12

22.8K 5.7K 3.1K
                                    

Gichan mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengan seorang laki-laki dengan baju khas tahanan, Kang Minhee.

"Minhee, kenapa lo tega-"

"Dibilang bukan gue, lo gak percaya banget sih!" Potong Minhee cepat sambil membentak.

"Asal lo tau, gue gak pernah megang death note itu! Gue nemu di halaman rumah!" Lanjut Minhee dengan nafas memburu.

"Tapi Yunseong-"

"Dia meninggal di depan mata gue! Gue liat gimana dia diseret sama makhluk hitam entah apa itu, ngeliat dia dibanting ke aspal dengan kepalanya duluan, ngeliat dia dipenggal. Lo pasti gak bisa bayangin kan?" Minhee tersenyum getir.

"Kalo bukan lo, terus siapa?" Tanya Gichan.

"Gue gak tau, gue gak liat siapa-siapa selain Yunseong."

"Terus siapa yang ngelaporin lo ke penjara?"

"Eunsang."

Gichan menautkan alisnya bingung, kenapa selalu Eunsang Eunsang Eunsang dan Eunsang?

"Gue gak mau tau, pokoknya kalian semua harus bakar buku itu secepatnya!" Perintah Minhee sambil menggebrak meja, membuat Gichan jantungan setengah mati karenanya.

"Pak, saya mau balik ke sel, males saya disini lama-lama."

Minhee berdiri dari duduknya kemudian menghampiri polisi yang sejak tadi mengawasinya.

"Minhee," panggil Gichan cepat, membuat Minhee langsung balik badan.

"Lo tau kan siapa yang megang buku itu?" Tanya Gichan to the point.

Minhee tersenyum miring, kemudian pergi begitu saja ke selnya tanpa menjawab pertanyaan Gichan.

Membuat Gichan mengusak rambutnya frustasi. Tapi tanpa sengaja dia melihat selembar sticky notes di meja.

Karena penasaran, dia pun mengambilnya dan membaca isinya.

Kalo lo penasaran siapa pemegang death note itu, lo bisa ketemu Wonjin. Karena dia udah tau salah satu dari empat orang pelakunya.

Lama-lama kepala Gichan bisa meledak karena memikirkan masalah yang terlalu rumit ini.


























































Junho berjalan sambil menunduk, sesekali dia menendang batu dengan keras hingga terpental jauh.

Tak hanya itu, dia juga berteriak keras seiringan dengan langkah kakinya berjalan.

"BUKU ITU KENAPA HARUS DICURI SIH?! ARGH!"

"Jadi death note itu punya lo?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Kak Sihoon, bukannya lo habis operasi usus buntu?" Tanya Junho terkejut.

"Males gue di rumah sakit, mending di rumah, tidur enak, makan enak, ngapa-ngapain gak dilarang," jawab Sihoon santai sembari menghampiri Junho.

"Nanti usus lo bermasalah gimana? Nanti di operasi lagi kan gak lucu."

"Biarin aja sih, gue emang gak niat hidup."

"Heh mulutnya."

"Apa? Gue emang gak mau hidup setelah yang lain pergi. Kenapa? Gue rasa kita semua bakal mati, cepat atau lambat."

"Kak Sihoon!"

"Gue tau lo juga mau mati karena merasa bersalah, kan? Udah lah, gak usah sok tegar ngehadapin semuanya."

"Tapi gue bukan orang yang gampang nyerah kayak lo."

"Oh ya? Sampe kapan lo mau berjuang nyari death note itu?" Tanya Sihoon dengan nada menantang.

"Sampe gue berhasil ngebongkar kedok lo yang pura-pura sakit, Kak Sihoon."














































Jyunhao mengayun-ayunkan kakinya ke depan dan ke belakang sambil menikmati angin pagi yang menyejukkan dan menerpa rambutnya.

Sendirian di taman sambil menikmati sejuknya angin adalah hal favorit Jyunhao setiap harinya.

Dia tidak takut masuk angin, yang penting hobinya yang duduk menyendiri itu tidak pernah terlewatkan.

"Gue bingung, yang megang death note siapa, sih? Masa iya Eunsang? Tapi gak mungkin, dia kan baru dateng lagi kesini dua hari setelah kita semua ngebahas death note itu."

Jyunhao mengulum bibirnya. "Apa jangan-jangan dia pura-pura pergi supaya gak dicurigain? Tapi masa sih? Gak mungkin ah."

Saat sedang asik-asiknya berceloteh sendiri, dia malah melihat Minkyu yang tak sengaja lewat sambil menyisir rambutnya ke belakang.

Di tangannya, ada segelas minuman entah apa. Tak hanya itu, Minkyu juga memakai kacamata hitam.

Jyunhao saja sampai menganga melihatnya, gimana kalau kalian yang lihat.

"Gue tau gue ganteng, jangan ngeliatin gue kayak gitu ah." Tiba-tiba Minkyu bersuara, membuat Jyunhao langsung gelagapan.

"Eh Minkyu, lagi ngapain disini?"

Minkyu menegak habis minumannya lalu membuangnya ke tempat sampah. Setelah itu, dia duduk di samping Jyunhao sambil melepas kacamata hitamnya.

"Lagi nyari angin," jawab Minkyu seadanya. "Lo sendiri ngapain?" Tanyanya kemudian.

"Lagi nyari angin, sama kayak lo. Bedanya, ini hobi gue tiap pagi," jawab Jyunhao.

"Aneh banget hobi lo," celetuk Minkyu.

Jyunhao mendelik. "Daripada lo yang suka banget ngeprank orang, giliran dimarahin sama orangnya langsung kicep lo," balasnya tak mau kalah.

"Ck, iya deh iya. Btw, lo udah kepikiran siapa yang megang death note?" Tanya Minkyu mengalihkan topik.

"Udah sih."

"Siapa?"

"Lo," jawab Jyunhao dengan raut wajah polosnya.

"Apa sih, gue tau lo cuma bercanda," sergah Minkyu sambil terkekeh.

"Gue serius."

"Jangan serius-serius, nanti baper."

"Gue lagi serius, Minkyu!"

"Hehe, habisnya lo langsung bilang gue, emang kenapa sih?" Kekeh Minkyu sambil bertanya.

"Soalnya lo yang terakhir liat buku itu."

"Liat?"

"Iya, kan lo yang liat di rumah Junho, terus lo buka-buka."

"Lo tau dari mana?"

"Dari Wonjin."

Disela rasa bingungnya, Minkyu tertawa pelan. "Aduh, lo mau aja sih percaya sama si pendek itu. Rival gue dibawa-bawa, gak usah percaya lah sama dia. Semuanya cuma halusinasi alias khalayan."

"Emang kenapa, kok bisa?"

"Loh, lo gak tau?" Tanya Minkyu terkejut. Jyunhao menggeleng.

"Wonjin kan mengidap skizofrenia."












































Semakin rumit pemirsa haha!

Sejauh ini, siapa pemegang death note menurut kalian?

Butuh clue?

Udah ada kok, jelas banget malah :)

|1| Death Note | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now