19

19.5K 5.3K 1.9K
                                    

Dan pilihan yang Hyungjun ambil adalah...















































Tetap berada disana tanpa melakukan gerak-gerik yang mencurigakan.

Tapi jantungnya terus berdegup kencang sejak tadi, dia benar-benar tidak tenang ada disana. Apalagi Sihoon terus memperhatikannya.

"Jinwoo, gue laper."

"Eh???"

Hyungjun menggoyang-goyangkan tangan Jinwoo sambil merengek meminta untuk ditemani. Padahal ada niat lain yang akan dia lakukan nanti.

"Kak Yohan, Kak Yohan punya mie gak? Hyungjun laper nih," tanya Jinwoo pada Yohan yang sibuk berdebat dengan Minkyu.

"Cari sendiri!"

"Astaga, maung juga Kak Yohan," gumam Hyungjun tersentak kaget lalu segera menarik Jinwoo ke dapur.

Begitu sampai disana, Hyungjun mengajak Jinwoo ke dekat pintu belakang rumah Yohan untuk berjaga-jaga. Kalau ada yang menyerang, dia bisa kabur lewat sana.

"Jinwoo, gue mau lo jujur. Kenapa lo selalu nemuin mayat temen-temen kita?" Tanya Hyungjun to the point dengan nada berbisik.

"Ji-Jinwoo gak bisa bilang."

"Kenapa? Lo salah satu pemegang death note?"

"Jinwoo gak bisa bilang."

"Jinwoo, dengerin gue. Lo bisa jujur sama gue, gue gak bakal marah, kok." Hyungjun tersenyum lembut sambil memegang kedua pundak Jinwoo.

"Kak Hyungjun bisa dipercaya?"

Hyungjun mengangguk sebagai jawaban.

"Sebenernya, Jinwoo tau siapa aja yang megang death note disini," ucap Jinwoo jujur sambil menunduk. "Maafin Jinwoo yang gak pernah bilang, Jinwoo diancem. Kalo Jinwoo bongkar semuanya, orang tua Jinwoo jadi sasarannya."

Untuk yang kesekian kalinya, Hyungjun dibuat terkejut dengan fakta yang menghantam dadanya begitu keras.

Kalau memang begitu, berarti Jinwoo memang tahu dong dua orang pemegang death note yang dimaksud Jungmo.

"Jinwoo, disini ada dua orang yang megang death note, kan? Yang pertama Kak Sihoon, yang kedua siapa?"

Jinwoo terdiam. Dengan gemetar dia menggelengkan kepala. Dia langsung berbalik badan hendak pergi, tapi Hyungjun langsung menahannya.

"Jinwoo, please jujur sama gue. Gue mohon," pinta Hyungjun lirih.

Mulut Jinwoo setia tertutup rapat. Badan Jinwoo gemetar. Dia takut, itu yang Hyungjun liat.

"Jinwoo, gue mohon," pinta Hyungjun sekali lagi.

Jinwoo mengambil nafas dalam-dalam, lalu menatap Hyungjun dengan serius.

Namun pintu belakang yang ada di samping mereka tiba-tiba terbuka perlahan. Bunyi decitan terdengar pelan, tapi sepertinya hanya mereka yang dapat mendengarnya.

Dari balik pintu, sebuah kepala menyembul ke dalam. Si laki-laki dengan rambut merahnya, Lee Eunsang.

"Hyungjun, Jinwoo, ayo kita pergi dari sini sekarang."




























































"Hyunbin, semua bukti udah lo kirim ke kantor polisi?"

Hyunbin membentuk tanda oke dengan jarinya sambil tersenyum puas. "Seenggaknya kalo kita mati, mereka tetep dipenjara," ucapnya.

Wonjin menepuk-nepuk pundak Hyunbin dengan bangga. "Gak salah gue rahasian kebenaran kalo selama ini lo masih hidup."

Hyunbin terkekeh. "Lo bangga, guenya capek sembunyi terus. Kemana-mana harus diem-diem."

"Nah, sekarang ayo ke rumah Hyungjun. Gue mau jemput dia, semoga aja dia ada di rumah."

Hyunbin mengangguk dan segera mengambil kunci motornya yang tergantung di paku dekat pintu kamarnya.

Setelah Wonjin memakai maskernya agar tidak ada yang tahu kalau itu dirinya, dia berjalan keluar rumah menuju halaman runah Hyunbin, dimana motor Hyunbin berada.

"Eh, gue kepo deh. Lo kok bisa tau kalo kejadian ini bakal terjadi? Lo kan ngasih tau gue tiga bulan yang lalu."

Wonjin yang baru saja memakai helmnya menoleh. "Oh, gue dikasih tau Jungmo. Dia yang lagi gabut pergi ke masa depan buat liat kita lagi ngapain. Eh taunya malah begini," jawabnya menjelaskan.

Hyunbin ber-oh ria sambil mangut-mangut mengerti. Tapi sedetik kemudian, dia tersadar akan sesuatu.

"Pergi ke masa depan? Kok bisa?" Tanyanya sambil naik ke motornya.

"Dia kan time traveller, ya bisa lah," jawab Wonjin santai sambil ikut naik ke motor.

"Kalo dia time traveller, kenapa dia gak coba selesaiin semuanya? Harusnya dia bisa dong?"

"Gue gak tau, mungkin ada alasan tertentu."

Hyunbin langsung diam. Dia jadi bingung sendiri.

"Ayo jalan, Hyungjun harus kita ajak sembunyi. Habis itu kita ke rumahnya Jungmo buat minta berkas-berkas yang katanya jadi barang bukti."

Hyunbin mengangguk, kemudian segera menyalakan mesin motornya, dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Tanpa tahu kalau ada sepasang mata yang mengawasi mereka dari jauh.

"Gue harap kalian bisa selesaiin semuanya."

































Pusing gak tuh? Wkwk

Ada yang berubah pikiran tentang siapa pelakunya?

Dan siapa hayo yang ngeliatin Wonjin sama Hyunbin dari jauh?

:)

|1| Death Note | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now