22

19.9K 5.3K 1.8K
                                    

"Lepasin Jinwoo!"

Hyungjun refleks berseru ketika Jinhyuk berhasil menarik Jinwoo hingga Jinwoo terlepas dari rangkulannya.

"Gak akan."

Jinhyuk menyeringai sambil mengarahkan pisau lipatnya ke leher Jinwoo yang gemetar ketakutan.

"Hyungjun, tolong Jinwoo," lirih Jinwoo yang sangat ketakutan.

Hyungjun kalang kabut melihat pisau yang sebelumnya hanya di arahkan ke leher Jinwoo kini ditempelkan ke lehernya.

Dia ingin maju menolong Jinwoo, tapi Eunsang terlihat sudah mengambil ancang-ancang untuk menghalanginya.

"Udah lah, lo gak bakal bisa nyelamatin Jinwoo, karena sebentar lagi dia bakal mati, begitu juga lo," kata Jinhyuk santai.

"Kenapa lo bohongin kita semua? Kita punya salah apa sama lo, kak?" Tanya Hyungjun to the point.

"Ck, Kak Jinhyuk minta bantuan dan hampir mati kalian gak dateng," decak Eunsang menjawab pertanyaan Hyungjun.

Hyungjun terkejut. "H-hampir mati?"

"Liat kan, lo sendiri gak tau Kak Jinhyuk kecelakaan waktu itu. Lo lupa? Kak Jinhyuk sama Kak Hangyul kecelakaan di perjalanan menuju rumahnya Kak Midam. Tapi apa, mobil mereka ditabrak dari arah yang berlawanan. Dan lo tau siapa yang nabrak? Kak Yuvin sama Kak Wooseok!"

Eunsang mengambil nafas sejenak, lalu melanjutkan penjelasannya.

"Mereka emang bantuin Kak Jinhyuk sama Kak Hangyul keluar dari mobil mereka yang hancur. Tapi mereka gak bawa Kak Jinhyuk sama Kak Hangyul ke rumah sakit, mereka malah ninggalin Kak Jinhyuk sama Kak Hangyul dengan alasan gak mau ditangkep polisi. Alasan klasik, kan?

"Kak Hangyul udah sekarat waktu itu, dia kehilangan banyak darah. Kak Jinhyuk yang masih sadar nelpon kalian satu-persatu, tapi gak ada yang angkat. Cuma gue, Kak Sihoon, dan Kak Yohan yang angkat telpon darinya. Padahal waktu itu gue lagi sakit."

Hyungjun terdiam membisu, tak tahu harus mengucapkan apa. Karena semua penjelasan dari Eunsang membuatnya merasa bersalah karena tidak menolong Jinhyuk.

"Gimana? Udah puas sama penjelasannya?" Jinhyuk angkat bicara. "Makanya, kalo orang butuh bantuan tuh ditolongin, bukan ditinggalin. Temen kok dateng disaat seneng doang."

"M-maaf, gue gak tau kalo waktu itu lo nelpon gue karena butuh bantuan. Gue sendiri gak bisa angkat telponnya karena gue emang gak bisa megang hp," ucap Hyungjun penuh rasa bersalah.

"Halah alesan. Emangnya lo kemana sampe gak bisa megang hp?"

"Gue istirahat setelah jalanin operasi donor ginjal. Lo tau gue donorin ginjal gue buat siapa? Buat lo, Eunsang."

"A-apa?"




















































"Woi Hyunbin, cepetan dikit napa sih!"

"Sabar dong, lo mau ditilang polisi?!"

"Gue gak mau ya kita ikutan mati gara-gara nama kita ditulis di death notenya!"

"Bawel banget lo, pendek!"

"Apa lo bilang?!"

Hyunbin kesal sendiri gara-gara Wonjin berisik diboncengannya. Mengomel, menyuruhnya untuk cepat, bahkan sampai mengancamnya.

Kepala Hyunbin langsung pusing.

"Woi Kim Hyunbin, lo minta-"



Ckiiittt



"Woi, lo bisa nyetir gak sih?!" Teriak Wonjin kesal karena kepalanya kejedot helm yang dipakai Hyunbin.

"Itu Mahiro sama Dohyun bukan sih?" Tanya Hyunbin mengabaikan Wonjin yang kesal.

"Mana?" Tanya Wonjin sambil ngedumel.

Hyunbin menunjuk ke depan dan Wonjin mengikuti arah tunjuknya. Matanya menyipit melihat dua laki-laki sedang berlari entah menuju kemana dengan kepala yang menoleh kesana kemari, terlihat waspada.

"Dohyun, Mahiro!" Panggil Wonjin.

Yang dipanggil menoleh, dari raut wajahnya sih terkejut. Tapi setelah tahu siapa yang memanggil, mereka berdua berlari menghampiri Hyunbin dan Wonjin.

"Kalian mau kemana?" Tanya Hyunbin penasaran. "Eh, lo udah ke kantor polisi buat kasih bukti-buktinya?"

"Ini kita lagi otw kesana, tadi gue habis bebasin Dohyun yang disekap sama si Sihoon," jawab Mahiro.

"Heh Dohyun, lo kenapa dah?" Tanya Mahiro sesaat kemudian ketika melihat Dohyun yang terlihat terkejut.

"Kak Wonjin bukannya termasuk pelakunya? Terus Hyunbin kenapa masih hidup? Sebenernya kalian rencanain apaan?" Tanya Dohyun bertubi-tubi.

"Bukan, Wonjin itu detektif yang ngerencanain ini semua. Dia sama Jungmo yang buat rencana untuk laporin para pemegang death note ke polisi. Selebihnya gue jelasin nanti, kita harus ke kantor polisi sebelum terlambat. Ayo, Dohyun."

Mahiro langsung menarik tangan Dohyun untuk segera ke kantor polisi.

Tapi tiba-tiba, ada sebuah tangan berwarna hitam menyandung kaki Mahiro hingga jatuh tersungkur.

"Mahiro, lo gak apa-apa?!" Tanya Wonjin seraya turun dari motor.

"Gue gak apa-apa, aduh," jawab Mahiro sambil meringis. Sedetik kemudian, dia tersadar. "Eh, ini kan──AAAAA!!!"

"MAHIRO/KAK MAHIRO!"

Wonjin, Hyunbin, dan Dohyun refleks berseru kaget ketika tangan tersebut menyeret Mahiro ke arah hutan.

Mereka langsung berlari mengejar Mahiro yang terus meminta tolong.

Tapi sayang, tubuh Mahiro hilang di kegelapan hutan. Membuat langkah mereka terhenti dengan penuh penyesalan.

"Dohyun, lo harapan kita satu-satunya, tolong bawa semua bukti itu ke kantor polisi secepatnya," pinta Wonjin lirih dengan sorot mata sayu.

Dohyun mengangguk mantap.

"Gue bakal selamatin nyawa kalian. Kalau gue gak berhasil sampe disana tepat waktu, gue minta maaf, gue belum bisa jadi temen yang baik buat kalian," ucap Dohyun sebelum berlari pergi dengan langkah lebar.

Hyunbin yang melihat Wonjin diam saja menepuk pundaknya pelan. "Lo harus yakin, Dohyun pasti berhasil. Sekarang, ayo kita selamatin yang tersisa. Kita gak boleh sia-siain usaha Kak Jungmo yang bersusah payah ngumpulin semua buktinya."

Wonjin tersenyum lalu mengangguk. "Lo bener, Hyunbin."

Hyunbin ikut tersenyum.

"Tapi, kalo gue termasuk salah satu pelakunya gimana dong?"

|1| Death Note | Produce X 101 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang