9

24.5K 6K 3.2K
                                    

Focus: Wonjin, Hyungjun, Yohan

"Gue dapet kabar, katanya Kak Midam meninggal."

"Bagus dong, berarti gak bakal ada yang curigain kita lagi."

"Habis ini mau nulis nama siapa?"

Orang yang ditanya menyeringai senang dengan death note yang terbuka di depannya.

"Yang ada huruf u aja deh, hehe."

"Jangan pake huruf-huruf-an dong, kasih tau yang jelas."

Orang itu memperlebar seringaiannya. "Gue mau nulis nama Hyungjun."

















































"Gak perlu ditulis, gue aja yang turun tangan buat bunuh dia secara langsung."















































Hyungjun menghela nafas. Sudah tiga jam dia duduk diam sembari menatap wajah tenang Wonjin yang tak kunjung bangun.

Wajahnya tampak tenang, damai, dan Hyungjun takut melihatnya. Dia takut Wonjin tidak bangun lagi, cukup Jinhyuk, Dongbin, Hyunbin, dan Midam saja.

Kalau bisa, dia rela menggantikan posisi Wonjin saat ini. Dia tidak bisa melihat Wonjin dalam keadaan seperti ini.

Wonjin harus tetap hidup, sampai pelaku yang sebenarnya terungkap.

Harus.

"Kak Wonjin, lo tau gak sih, dulu pas masih kecil gue sempet gak suka sama lo gara-gara lo nangis mulu." Hyungjun membuka suara, sambil menggenggam tangan Wonjin.

"Gue kesel karena lo nangis mulu, dibentak dikit nangis, dinasehatin nangis, sampe ngeliat ayam nabrak pohon aja nangis kejer. Bingung gue sama lo, padahal lo lebih tua dari gue."

Hyungjun terkekeh mengingatnya. Dimana dia mengomeli Wonjin yang menangis sampai mukanya memerah, sampai akhirnya dia memukul kepala Wonjin karena tidak tahan lagi mendengar tangisan Wonjin yang keras itu.

Walaupun begitu, Wonjin tetap lah sepupunya yang paling baik. Wonjin selalu jadi tempat berbagi keluh kesahnya, dia tidak bisa membenci Wonjin.

"Kak Wonjin, gue beli makan dulu ya. Semoga pas gue ke kantin, si Minkyu udah dateng dan jagain lo disini."

Hyungjun bangkit dari duduknya dengan pelan, takut menimbulkan suara yang mengganggu tidur nyenyak Wonjin.

Tangannya bergerak meletakkan tangan Wonjin di atas ranjang dengan pelan.

Setelah itu, Hyungjun melangkahkan kakinya menuju pintu, membukanya perlahan lebar-lebar, dan menatap ke depan.

"Halo Hyungjun."

Setelah menyapa, seseorang dengan topeng berwarna putih yang menutupi seluruh wajahnya mendorong Hyungjun masuk ke dalam hingga jatuh telentang ke lantai.

"Lo siapa?!" Tanya Hyungjun terkejut.

Dari balik topengnya, orang itu menyeringai lalu menutup pintu, dan menahannya dengan meja. Kemudian, tanpa aba-aba dia melempar kamera cct menggunakan gelas hingga kameranya pecah berkeping-keping.

"Setelah Kak Midam, enaknya lo yang mati. Kenapa? Lo tau death note itu punya Junho yang udah dicuri. Tapi kayaknya lo curiga sama seseorang deh. Makanya lo gue bunuh aja biar kita aman."

"Lo siapa?" Hyungjun mengulangi pertanyaannya sambil berdiri dengan tatapan mengintimidasi. "Kenapa perawakan lo mirip-"

"Liat kan, lo curiga sama seseorang. Tapi sayang, orang yang lo curigain itu bukan gue. Jadi, gue bakal bunuh lo sekarang!"






BRUK!





Orang tersebut mendadak jatuh menghantam meja dengan keras hingga mejanya bergeser, sampai membuat Hyungjun refleks memekik terkejut.

Orang itu mendongak dengan mata membola, melihat Wonjin dengan perban yang melingkar di kepalanya berdiri di depannya.

"Jangan pernah sedikitpun ngelukain sepupu gue atau gue yang bakal bunuh lo," ancam Wonjin penuh penekanan, dengan tatapan tajamnya.


Tok tok tok


"Woi, kok pintunya gak bisa kebuka?!" Seru seseorang dari luar.

Tiba-tiba orang itu bangkit dan menggeser meja dengan cepat, kemudian membuka pintu dan kabur begitu saja.

Yohan, si pengetuk pintu sambil berseru tadi langsung jatuh terduduk karena tertabrak hingga membuat makanan yang dia bawa berhamburan ke lantai.

"Woi, gak santai banget sih jadi orang. Gue ditabrak, belom tau rasanya gue hajar ya," gumam Yohan kesal sambil berdiri.

Tapi dia terkejut melihat Wonjin yang berdiri dengan wajah datarnya. Seketika dia mengomel.

"Aduh, lo ngapain bangun sih, tiduran dulu! Lo tuh lagi sakit, nanti kalo sakit gue bisa diomelin Kak Wooseok! Lo mau gue mati muda?!"

"Yohan, lo bisa telpon Junho sekarang? Gue ada perlu sama dia." Mendengar nada suara Wonjin yang dingin, Yohan tergagap dan menurut.

"Hyungjun, lo telpon Guno, ada yang mau gue bahas."

"Kalo yang lainnya gimana?"

"Gue gak percaya siapapun, kecuali mereka berdua, orang yang gue suruh mata-matain temen-temen kita yang lain."

"Mata-matain?" Yohan mengernyit bingung. "Lo nyuruh mereka mata-matain yang lain, kenapa?"

"Karena gue curiga kalo orang yang megang death note saat ini ada di antara mereka. Kecuali gue, Hyungjun, Guno, Junho, Kak Wooseok, dan lo," jawab Wonjin serius.

"Emang yang paling lo curigain siapa?"

"Eunsang, karena gue dapet kabar dari Minhee kalo dia terus nuduh orang lain tanpa bukti yang jelas. Dan berdasarkan informasi yang gue dapet, Eunsang memang mencurigakan. Karena pas gue menyelinap masuk ke rumahnya diem-diem, gue liat death note yang kita cari ada di meja belajarnya."

"Terus kenapa gak lo ambil?"

"Eunsang yang baru balik dari dapur dateng. Gue langsung keluar lewat jendela dan gak lupa tutup jendelanya supaya dia gak curiga. Gue gak sempet ambil death notenya karena gue liat ada sinar laser yang kalo kena tangan gue bakal ada alarm yang bunyi."

Hyungjun dan Yohan berdecak kagum mendengar penjelasan Wonjin yang terdengar lumayan detail itu.

Bagaimana bisa mereka melupakan satu fakta rahasia tentang Wonjin dan hanya mereka berdua yang tahu.

Kalau Wonjin adalah seorang detektif.










































































"Eh, orang yang tadi kok mirip Minkyu, ya."

Dalam hati, Hyungjun menyetujui perkataan Yohan.

|1| Death Note | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now