8

26.9K 6.1K 2.8K
                                    

"Kita harus segera ketemu sama orang yang punya buku terkutuk itu! Korban pasti terus bertambah!"

"Kak Wooseok, tenang dulu kak. Kita selesaiin pake kepala dingin."

"Gimana gue bisa tenang?! Dua temen kita meninggal dalam satu malam, lo mau ada korban lagi?!"

Seobin yang jadi korban semprotan Wooseok langsung diam sambil meringis karena Wooseok menunjuk-nunjuk dirinya dengan marah.

Sementara itu, Yuvin dan Yohan asik berbisik-bisik tak jauh di belakang mereka.

"Kak Wooseok kalo marah serem ya. Berasa liat emak gue marah," bisik Yohan sambil bergidik ngeri mengingat ibunya yang kalau marah selalu membawa pisau dapur sebagai senjata.

"Bukan kayak emak lo, tapi kayak lo sendiri, Han," balas Yuvin yang malah bercanda, membuat Yohan langsung menyikut perutnya dengan keras.

"ADUH!"

"Kak, lo duduk dulu. Kita tunggu yang lain dateng," suruh Yohan mengabaikan Yuvin yang meringis sambil memegangi perutnya.

"Oh ya, yang bisa dateng sekarang siapa?" Tanya Seobin sembari menjauh dari Wooseok karena takut kena amuk lagi.

"Tadi yang ngechat gue ada Jinwoo sama Guno yang lagi nyamper Dohyun, terus Wonjin, Hyungjun, Minkyu, sama Junho lagi di jalan," jawab Yuvin.

"Terus si Dongpyo kemana?"

"Dia lagi di depan gerbang, nunggu polisi sama ambulan dateng."

Seobin ber-oh ria sambil mengangguk-anggukan kepala.

"Tapi kalian sadar gak sih? Sihoon mendadak gak ada kabar sejak pemakaman Kak Jinhyuk waktu itu. Ada yang tau dia kemana?" Tanya Yohan yang baru ingat.

Yuvin mengerutkan keningnya. "Lo gak tau kalo Sihoon operasi usus buntu?"

"Serius lo?" Yohan balik bertanya.

"Kayaknya hampir semuanya tau deh, baru Kak Midam sama Kak Wooseok yang jenguk dia di rumah sakit."

"Tapi si Midam gak nyadar sesuatu," kata Wooseok yang entah sejak kapan ada di samping Seobin.

"Kaget gue astaga." Seobin mengelus dadanya. "Nyadar apaan emangnya?"

"Di kamar tempat Sihoon dirawat, ada orang lain yang ngawasin kita dari balik pintu kamar mandi."

"Setan kali," celetuk Yohan yang langsung dapat tatapan maut dari Wooseok, membuat nyalinya menciut.

"Kalian gak nyamperin orang itu?" Tanya Seobin heran.

Wooseok menggeleng. "Midam nyuruh gue pura-pura gak liat, katanya mau dia labrak pas pulang. Tapi malah lupa dianya."

"Lo tau siapa orangnya?"

Wooseok mengangguk. "Tau, tau banget malah..."














































"...dia Lee Jinwoo."

















































Yunseong mengetuk pintu rumah di depannya. Sambil menilik arlojinya, dia kembali mengetuk pintu.

Tak lama kemudian, si pemilik rumah membukakan pintu dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur namun tidak mengurangi ketampanannya.

"Ngapain malem-malem kesini?" Tanya Minhee, laki-laki tersebut.

Yunseong malah terkekeh. "Rambut lo lucu," celetuknya.

Minhee memutar bola matanya malas. "Cepetan bilang ada perlu apa? Gue mau lanjut tidur."

"Ngobrolnya jangan disini, ya. Takut ada yang nguping."

"Terus dimana?"

"Di ruang bawah tanah rumah lo aja."

Minhee mengangguk setuju. "Ayo masuk," ajaknya.

Setelah menutup pintu, Minhee berjalan di depan menunjukkan arah. Yunseong yang mengekorinya berdecak kagum melihat isi rumahnya.

Catnya serba putih, barang-barang tertata rapi, mulai dari tata letak sepatu dan sandal hingga lemari. Udara disana sejuk, membuat Yunseong nyaman dan ingin tidur.

"Puas ngeliatin rumah gue?" Tanya Minhee memecah fokus Yunseong.

"Hehe, rumah lo rapi banget, gak kayak rumahnya Yohan," balas Yunseong sambil menunjukkan cengirannya.

"Lo belom tau rumahnya Jungmo, lebih bersih dari rumah gue."

"Emangnya dia tinggal dimana?"

"Dia tetangga gue, yang rumahnya kayak istana negara."

Yunseong membulatkan matanya kaget. "Serius lo? Jungmo yang mukanya memeable itu yang punya rumah segede istana itu?"

"Ck, muka lo juga memeable." Minhee berdecak.

Tak terasa mereka sudah sampai di depan pintu ruang bawah tanah. Minhee mengambil kunci yang tergantung di samping pintu.

Setelah membukanya, Minhee menyalakan lampu, membuat isi ruangan langsung terlihat jelas.

"Gila, ini mah laboratorium," decak Yunseong kagum.

"Ya emang," balas Minhee santai sambil melangkah masuk, disusul oleh Yunseong.

Gimana Yunseong tidak kaget. Disana ada empat atau lima meja yang di atasnya ada peralatan yang sering dipakai oleh dokter. Tak hanya itu, ada juga obat-obatan yang Yunseong tidak mengerti.

Lagi-lagi, Yunseong dibuat kagum dengan isi rumah Minhee.

"Duduk," perintah Minhee sambil mendudukkan dirinya di sofa.

Setelah duduk, barulah Yunseong memulai obrolan.

"Gue kesini mau kasih tau sesuatu sama lo. Tolong jangan pernah percaya omongan siapapun, kecuali anak Starship dan gue," ucap Yunseong serius.

"Lo cuma kasih tau ini doang? Kenapa gak lewat hp? Kan bisa," kesal Minhee.

"Gak bisa, Min. Si pemegang death note bisa ngehack hp, contohnya hpnya Kak Midam."

"Lo tau dari mana?" Tanya Minhee dengan mata menyipit curiga.

Yunseong menghela nafas. "Gue dikasih tau Eunsang, katanya dia gak sengaja denger ada yang ngomong gitu ke temennya."

Minhee mendengus. "Eunsang lagi Eunsang lagi."

"Tapi lo harus percaya, Min. Gue yakin Eunsang bener."

"Apa yang bikin lo yakin?"

"Gak tau sih, dia ngasih tau gue mukanya meyakinkan, kok."

"Itu efek muka lo gak pernah meyakinkan."

Yunseong mendelik. "Kok malah ngeledek gue, sih?"

"Stop, sekarang gue mau nanya ke lo. Lo gak curiga ke Eunsang?"

"Gimana mau curiga kalo dia sendiri gak mencurigakan."

"Lo gak tau kan kalo Eunsang suka nuduh orang sembarangan?"

"Serius lo?"

Minhee mengangguk. "Gue yakin dia salah satu dari pelaku penyebab temen-temen kita meninggal."

Yunseong mengernyit bingung. "Salah satu? Maksud lo gimana?"

"Pelakunya gak cuma satu orang, tapi empat orang."

|1| Death Note | Produce X 101 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang