2: Mr. Ganteng

3.1K 101 4
                                    

"Pagi anak-anak"

"Pagi juga pak.. "

Suara anak-anak kelas termasuk aku Ikut menyahut, persis seperti latihan padus. Bedanya kami bukan latihan padus, tapi hari ini kami sedang mengikuti pelajaran olahraga.

"Eh eh.. Hari ini pak Anton ganteng banget deh"

"Ha,a ya ampun.. Sumpah ganteng banget"

Lika dan Lita yang berdiri tepat sebelah kiriku berbisik dengan jarak 30 cm. Percuma. Pak Anton juga denger kali. Pak Anton yang masih berdiri di depan tersenyum simpul. Seperti biasa, pak Anton selalu tampil memukau dengan senyumannya yang menawan.

Mr. Ganteng!  Begitulah kawan-kawan kelas memanggilnya.

"Kenalin, Mr. Ganteng
Beliau wali kelas kami, umurnya 24 tahun, salah satu guru yang terkenal dan tertampan di Sekolah, idola para siswi. Wajar saja, hanya beliau satu-satunya guru yang masih bujang di Sekolah ini.

Wajahnya manis, kedua rahangnya menonjol simetris, bulu matanya lebat dan lentik, kulit sawo mateng, tubuhnya tegap dan berotot. Ya.. sebelas dua belaslah sama Aktor India, Sarukhan."

"Oke, sebelum mulai, kita pemanasan dulu ya! Edo pimpin pemanasan"
Mr. Ganteng mengacakan pinggang, Edo melangkah maju ke depan, Edo mulai mengeluarkan suaranya..

"Sebelum memulai pemanasan ada baiknya kita berdoa, berdoa menurut kepercayaan masing-masing ya, berdoa mulai!"
.....

"Mulai dari kepala, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, cukup".

.....

"Uhh nggak usah pemanasan deh kayaknya. Natap Mr. Ganteng aja udah bikin badan panas dingin"
Celetuk Putri di belakangku.

"Uhh.. Pake kaos sama trening aja gantengnya kebangetan, apalagi kalo pake baju Koko, gak bisa bayangin deh"
Kali ini Mika

"Uhh.. Mr. Ganteng aku padamu!"
Tambah Angel.

Aku hanya tersenyum tak mengubris tiap kalimat yang muncul dari mulut para cewek. Coba di depan ada Mrs. Pretty, mungkin yang ribut sebaliknya.. Para cowok-cowok.

"Sa.. Lo ngapain merhatiin Mr. Ganteng gue, tuh liat Mr. Love lo, hitam manis kayak kopi".

Dana setengah berbisik.

"Ih apaan sih.. Kopi mana ada manis, yang ada pahit!"

"Kalo dicampur gula, Manis dong, kayak gue.. "
Bibir Dana mengulum senyum.

"Idih.. Tuh tuh.. Abang loh"
Alexa menunjuk lelaki yang berada tepat di samping Dion.

"Dedi..? Iyuhhh"
Kali ini Dana lebih milih diam, bahunya turun naik, entah apa yang dibenaknya sekarang.

"Mungkin lagi bandingin Mr. Ganteng sama Dedi hehe"

"Hari ini kita akan belajar main basket. Di sini ada yang jago main basket?"

Mr. Ganteng menjelaskan panjang kali lebar, semua anak memperhatikan dengan seksama, kecuali geng para cewek termasuk aku yang memperhatikan Mr. Ganteng dengan bola mata yang berbinar seterang lampu pijar.

Sejam berlalu, seluruh anak sudah dibanjiri keringat,

ternyata melempar bola ke ring basket tak semudah yang dipikirkan, sepertinya mudah, tapi nyatanya setelah dilakukan harus butuh konsentrasi dan kekuatan tangan.
Aku ikut bergabung. Tapi selalu gagal. Belum sampai ke ring, lemparanku selalu mendarat ke tanah lebih dulu.

"Yuk kita istirahat dulu, capek.. "
Pekik Alexa dengan napas ngos-ngosan sambil memegang kedua lututnya.

Aku mengangguk setuju, begitupun Dana.

Kami berteduh di bawah pohon beringin tak jauh dari lapangan. Beberapa anak cewek dan cowok masih bertahan berkelahi dengan panas matahari. Sesekali aku bertepuk tangan, melihat aksi para geng cowok, berkali-kali bola terhempas keras di tengah lapangan, Mereka melompat tinggi sekali, Beda sama geng cewek, kebanyakan ributnya doang, kayak ikan teri. Hihi

Tanpa sadar, aku terlamun ke masa SMP. Dulu.. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama sama kakak kelas. Waktu itu aku kelas 7 dan dia kelas 8. Aku tak sengaja melihatnya ketika dia lagi main basket sama teman-temannya di tengah lapangan.

Pertama kali melihatnya, seperti jatuh cinta pada pandangan pertama kebanyakan, jantungku berdegup begitu cepat dari biasanya, mataku hanya tertuju pada sosoknya, rasanya tak ingin sedetik pun bekedip ketika menatapnya.

Dia sosok lelaki bertubuh tinggi, kulitnya putih, hidungnya mancung, alisnya tebal membuat tatapan indahnya semakin tajam, rambutnya hitam, kalo dia tersenyum bagiku dialah sosok sempurna seorang cowok yang selama ini aku cari..

Sejak saat itu, aku selalu salah tingkah melihatnya, padahal dia tidak pernah tahu siapa aku bahkan tentang perasaanku, aku hanya mengaguminya dari kejauhan dan memutuskan untuk memendamnya sampai rasa itu hilang begitu saja.
Tapi ku akui.. Rasa itu tidak pernah hilang, sampai detik ini.

Dan sekarang, di sekolahan ini, aku bertemu kembali sama dia. Rasaku masih sama seperti yang dulu tapi entah mungkin karena kelas yang berjauhan, aku jarang sekali melihatnya.

Tanpa kusadari, ternyata Dana dan Alexa juga ikut terlamun.

"Pak Anton itu gantengnya kebangetan ya.. "
Alexa bergumam dengan mata yang tidak berkedip sama sekali sambil memutar botol air mineralnya yang kini tinggal separuh. Aku berdesis menahan tawa.

"Iya.. Ganteng.. Tapi sayang.. "
Kali ini Dana yang menyusul, Alexa menolehkan kepalanya, matanya mengerjip beberapa kali, bangkit dari lamunannya.

"Kenapa..?"

"Sayang.. Udah tua.."

Sontak kami berdua tertawa mendengar ucapan Dana.
Dana Dana.. Iya sih, Mr. Ganteng memang sudah dewasa jika dibanding dengan kami yang masih bau kencur. Mr. Ganteng nggak pantas untuk ditaksir, ya beliau kan tetap aja guru, pengganti orang tua kita. Jadi harus tetap dihormati sebagai pengganti bapak di Sekolah.

Aku menatap Mr. Ganteng yang juga ikut bergabung main basket dengan anak cowok di lapangan. Seandainya aku seperti Mr. Ganteng, yang dikagumi setiap orang, seandainya saja aku juga direbutkan oleh setiap cowok satu sekolahan, mungkin aku bisa mendapatkan cinta pertamaku dengan mudah.. Dia setidaknya akan mengenalku lebih dulu, tanpa harus aku memperkenalkan diri supaya dia tahu namaku.

Tanpa harus aku bilang:
"Hai.. Namaku Pelangi Anastasya.. Aku anak kelas Dua.. Senang berkenalan denganmu.. "

--------

Hai sahabat readers..
Terima kasih sudah membaca, lanjut part berikutnya ya!.

Dukung aku supaya semakin semangat dengan cara (ketik Reg spasi..  😂)
👇

1 Voute 1 koment.

Novel Remaja: R Kuadrat (Completed)Where stories live. Discover now