16: Mati rasa

1K 33 3
                                    

Jika saja tiap rasa itu memiliki wujud, lalu mereka bicara, apakah rasaku sekarang menangis atau tertawa?

Seperti di film Inside Out, manusia punya lima lingkaran rasa, diantaranya sedih, senang, takut, jijik, dan marah.

Titik balik dari kelimanya adalah sedih.

........
Aku mengamati foto Arga yang selama ini sengaja ku pajang di atas meja belajarku. Aku hanya ingin menatap foto itu untuk beberapa saat sampai keputusanku sudah berada di ujung.

Aku harus membuangnya.

Aku tidak bisa membiarkan foto Arga atau wajah Arga masih terlintas dari tatapanku.
Tanpa basa-basi, tanpa menunggu waktu lagi, kedua tanganku pun menarik kasar foto Arga yang menyunggingkan senyuman di sana, foto ketika aku berdiri di sebelahnya waktu itu.

Aku pun menyambar cepat lembar foto itu dari bingkainya, aku memejamkan kedua mataku. Kemudian ku biarkan kedua tanganku bekerja sesuka mereka.

Sampai aku membuka mataku kembali, foto Arga sudah menjadi potongan-potongan kertas kecil di telapak tanganku,

maafkan aku Arga,

rasa bersalah muncul ketika aku melihat kertas kecil itu sebelum aku menghamburkannya dari jendela, kubiarkan angin yang membuat mereka pergi.


Lega,

Perasaanku kosong sudah,

Aku tersenyum kecut, ingat hal konyol yang ku lakukan sewaktu SMP dulu, aku punya kebiasaan menuliskan nama Arga di helaian daun yang jatuh dari tangkainya. Aku selalu berusaha menangkap daun kering itu, menggapainya sebaik mungkin sebelum ia mendarat ke tanah.

Waktu itu, aku hanya memikirkan nama Arga di ingatanku. Karena yang ku tahu kata orang, kalau kita menuliskan nama orang yang kita cintai di sehelai daun yang jatuh, lalu daun itu diterbangkan kembali bersama angin, suatu saat nanti akan berjodoh.

Rasa cinta kadang memang menipu rasionalitas, karena kita hanya memikirkan perasaan itu tanpa memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.

Tapi aku tak pernah membenci rasa cinta yang datang, mereka datang tanpa di duga, sesukanya, cinta hanyalah isyarat segala rasa. Rasa yang sebenarnya ialah ketulusan
dan tiap orang sulit menemukan itu.

.......
Tiba-tiba aku teringat Meix, minggu lalu, aku dengan lantangnya berkata kasar, padahal kalau seandainya perasaan Meix kali ini memang tulus? Aku pasti sedikit banyak sudah melukainya.

Aku cemas, kini menatap barisan tulisan pesan dari Meix.

"Pelangi, aku serius."

"Aku sungguh cinta sama kamu."

"Pelangi, ku mohon."

"Oke, aku memang gak serius orangnya, aku selalu bikin kamu kesel, tapi tolong kali ini aja kamu percaya"

"Kamu tinggal bilang iya atau enggak."

"Pelangi balas.."

Ah, tapi kan Meix bisa aja bercanda, dia nggak ada rasa kecewa sama sekali. Kemarin aku lihat dia sedang membonceng seorang cewek. Dia memang boros terhadap rasa, dia nggak mikirin perasaan tulus itu untuk siapa, dia hanya menganggap semua rasa itu sama. Enggak ada namanya kecewa, nggak ada namanya tersinggung, dan enggak ada marah.
Begitulah Meix.

Aku menarik napas panjang lalu mengeluarkannya perlahan, jemariku pun mulai menari di layar datar berwallpaper hello kitty.

"Maaf Meix, cinta memang datang karena terbiasa, tapi cinta tidak akan pernah datang kalau terpaksa, cinta bukan tentang memiliki, tapi tentang seberapa lama kau bisa mempertahankannya. Aku lebih suka mencintai. Ibarat benih, dan aku lebih suka menanam benih cinta itu, menyiramnya perlahan, membiarkan ia tumbuh, lalu memetiknya."

Terkirim,

Maaf Meix,

Ku harap Meix tidak kecewa menerimanya.

Novel Remaja: R Kuadrat (Completed)Where stories live. Discover now