12: Gelombang Cinta

1.1K 39 1
                                    

Selain Matematika, mata pelajaran apa yang kerjaannya ngitung hayo?

Aku kasih tahu inisialnya deh, pelajaran ini satu spesies dengan matematika,

Tahu?

Fi si ka

Iya, tepat sekali.

Dan sekarang pertanyaannya, kenapa mata pelajaran ini ditaruh selesai istirahat?, kenapa nggak pagi aja?, kan otak masih fresh. Kan alasan buat malas belajar jadi bertambah deh.
........

Di tengah kesibukan anak-anak yang lain,
Aku sibuk mencoret-coret asal buku khusus coret mencoretku.  Sementara Alexa sibuk ngobrol sama..
Aku menoleh, ehem kayaknya ada yang lagi pdkt-an sama si cowok kopi.

Sementara Dana ke toilet tapi udah kelamaan. Katanya sakit perut, mungkin gara-gara kebanyakan makan saos.

Sinta duduk di pinggir mejaku, tumben, aku menatapnya dengan segala dugaanku.

"Dari cengiran sama gerak-geriknya kayaknya ada sesuatu ni"

"Eh ngi, nanti kalo pak Gito dateng, jangan bilang-bilang ya kalo ada PR, please... Kalo dia nanya "ada PR gak?" jawab aja "nggak", tapi kalo dia nggak nanya jangan lo bilang ada. Ya? Ya? Iya dong... "

Hem, emangnya aku tikus got? Dengan gampang diperdaya. Hihi bercanda.

Aku juga tahu kalo PR kemarin soalnya aja udah bikin pusing.
Mirip sama soal matematika yang beranak bercucu,
Kelebihannya fisika lebih bercabang, beranting, dan rantingnya muncul ranting lagi.

"Kalo kalian paham ilmu fisika, kalian pasti bisa dengan mudah mengerti ilmu matematika, tapi sebaliknya kalo kalian paham matematika, belum tentu mengerti ilmu fisika"

Itu kata bu Mega, guru smpku dulu.

Sinta masih menungguku membuka mulut,

Aku mengangguk,

"Yes.. Gitu dong!, makasih ya Pelangi"
Sinta berjalan ke kursinya sembari menghentakkan kaki.

"Percuma, kayak gak tau pak Gito aja"
Ketusku.

"Napa ngi?"
Dana sudah duduk di sebelahku.

"Nggak, masalah.. PR"

"Oh.. Aku juga belum baru seperempat kayaknya"

"Eh.. Pak Gito udah jalan ke arah sini!, tuh liat.. "

Lagi-lagi Dedi si juru kunci kelas kami udah ngasih peringatan aja. Tapi bukan peringatan bencana akan dapat hukuman, peringatan kalo hari ini pak Gito masuk dan otak kami akan diputarnya sampai pusing tujuh keliling.

Aku tertawa geli, sudah kubayangkan gimana jika pak Gito masuk nanti.

"Ayo berpikirrrr!, mikirrrr!... Cari jawaban, tuh! bapak bisa dengan mudah nebak siapa sekarang yang nggak mikir.. Tuh tuh tuh ini ni ni.. tu juga!"

Dedi langsung balik ke kursinya hanya beberapa langkah dengan ruas kakinya yang panjang. Kami pun refleks, siap-siap, biasa.. harus dengan kondisi kelas yang serapi mungkin.

"Siang.. "
Pak Gito menyapa kami dengan muka datar seraya berjalan dari arah depan pintu.

"Siang juga pak... "
Kami menyahut serentak.

"Kenalin, Pak Gito
Guru Fisika yang dua rius dibanding guru yang lain, selalu masang muka datar lengkap dengan kumis tebalnya, tapi beliau baik kok, asalkan kita mau berusaha nanya, nanya, dan nanya. Beliau gak pelit kalo ngajarin rumus yang kita kurang mengerti.
Di kelas dua kemarin beliau lebih serius kalo ngajar, senyum pun jarang sekali. Tapi sekarang beliau sering kok senyum."

"Siapa yang masih ingat pelajaran minggu kemarin?"
Pak Gito berjalan ke tengah barisan. Muka-muka tegang mulai menjalar seiring beliau melangkah.

Beliau berhenti, menatap ke arah Dedi.
"Kenapa senyum-senyum? Ingat..?"

Dedi menunduk pura-pura nggak sadar kalo pak Gito menatapnya.

"Hah, Apa..?"
Pak Gito setengah berbisik mencondongkan mukanya ke arah Dedi sembari mengangkat alisnya, membuat ujung kumisnya ikut bergerak.

Kali ini Dedi menggeleng kaku, mulutnya senyum terpaksa, bulir keringat di pelipisnya hampir saja mengalir.

Pak Gito balik berjalan ke depan kelas. Kali ini beliau menatap kami layaknya peramal. Duh.. Muka kami dua kali lipat menegang.

Beliau tertawa,
Sementara kami tertawa kaku seperti squidwod di film Sponge bob.
"He.. He.. Hehe..hehehe"

"Ada PR?"
Kami sontak terdiam, pertanyaan maut pun akhirnya keluar, aku tersenyum getir. Seraya menoleh ke arah Sinta, Sinta mendengus.

"Pelangi, kerjakan ke depan"

Aku terkejut,
"Tapi belum selesai pak, baru setengah"

Beliau manggut
"Kerjakan dulu.. "

Aku pun mengerjakan hasil tugasku ke depan.

"Sudah?"
Aku menggangguk kaku,

"Udah cukup segitu saja, selebihnya yang lain cari lagi sampai dapat"
Pak Gito mencoretkan beberapa rumus.
......

"Baik, hari ini.. Kita belajar gejala dan ciri gelombang"

"Apa gelombang?"
Pak Gito berjalan lagi menyusuri tiap baris kursi.

"Apa....? Ayo mikirrrrrr"

Dana menunjuk,
"Iya silakan"

"Gelombang merupakan gejala perambatan energi"

"Energi yang bagaimana he..?"

"Apa energi bisa berpindah tanpa gelombang?"

Ya.. Mulai kan, otak kami mulai diputar. Pak Gito kadang sering ngasih pertanyaan yang menjebak. Bagi siapa yang terkena jebakannya siap-siap mau dijulukin rumus 02N.
..........

"Gelombang punya getaran, amplitudo, lembah, panjang lembah, dan arah. Sama seperti gelombang cinta"

Pak Gito tersenyum,

"Ada getaran, ada panjang, ada arah.. Sama kan..? Misalnya.. Dedi cinta sama Putri.. Pasti ada getaran yang dirasakan Dedi, iya kan Ded?"

Kami semua tertawa. Lalu menatap ke arah Dedi
Dedi mengulum senyum,

"Nggak pak, nggak suka sama cewek"

"Hah, gak suka sama cewek?"

Kami terkejut, sontak tawa kami pecah. Begitupun pak Gito

"Eh.. gak suka sama dia maksudnya pak"

Putri mendengus.

"Gue juga!"

.......

Sepulang dari sekolah, aku, Alexa, Dana ngobrol sebentar sebelum berbelok ke arah yang berbeda.
"Eh.. Gue baru tahu kalo cinta ada gelombangnya.. "

Aku dan Alexa tertawa,

"Jangan-jangan, pak Gito jatuh cinta sama ibuk pake rumus fisika juga ya. Ih.. Ribet ya kalo kayak gitu. Pak Gito harus ngukur dulu seberapa tinggi getaran, seberapa panjangnya, seberapa besar frekuensinya sampai nentuin arahnya juga harus tepat supaya gak meleset"

"Na.. Na.. Lo ada-ada aja sih"
Alexa memegang pipinya karena pegal.

"Mungkin Dana ada benarnya juga, kan siapa tahu."

-----------
😆
>>>>>

Novel Remaja: R Kuadrat (Completed)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ