8: Rumus-rumus cinta

1.3K 40 4
                                    

"Apa yang penting bagi lo di dunia ini Pelangi?"

Aku mendongak, memutar-mutar bola mataku, sembari menjentikkan pena pilot kesayanganku.

"Emm apa ya? Bagiku yang paling penting di dunia ini Ibu gue lah, dia segalanya buat gue"

Dana dan Alexa mengangguk, setuju.

"Emang napa lo nanya begituan Na..?"

"Nggak.. Gue cuma nanya doang. Soalnya lo kayaknya gak mikirin apa-apa selain belajar sama nulis"
Dana tertawa cengengesan

"Yehhh...  Maksud lo gue jomblo?"

Dana menggangguk.

"Lo juga sama KELES"

***

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi juga pak!"

Suara serak menyapa kami semua pagi ini. Suara pak Erwin.

"Kenalin, Pak Erwin.
Guru Matematika, guru senior paling berpengalaman, rambutnya sudah memutih, dan umurnya 50 tahunan.
Agak sedikit kurang di bidang pendengaran, makanya anak kelas sering kali jahil ketika beliau mengajar di kelas."

"Minggu kemarin kita sudah belajar tentang garis singgung, nah sekarang kita akan belajar mengenai garis singgung parabola"

Aku mendengus lesu, aku memang suka pelajaran matematika, tapi jujur aku lemah dalam memahami garis singgung parabola. Pokoknya soal singgung-menyinggung deh. 

Seperti biasa pak Erwin memasang kacamatanya, menggenggam buku cetak dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya dengan lincahnya menggoreskan spidol di papan tulis.

"Huh.. Pak cepat amat sih nulisnya, geser dikit dong.. Gak keliatan!"
Celetuk putri kesal. 

Aku tertawa geli, untung pak Erwin nggak denger, kalo denger? Gawat!. Memang sih. Pak Erwin suka keasyikan nulis, sampai lupa untuk menggeserkan tubuhnya.
Terus langsung dijelasin padahal kami belum selesai nulis, udah gitu belum sampai semenit langsung dihapus.

Lah.. Gimana buku catatan kami mau penuh pak pak.

Kadang saking kesalnya, anak-anak kelas diam-diam sengaja moto tulisan pak Erwin.
Tapi kalau lagi beruntug
Iya nggak ketahuan,
Pak Erwin memang kurang dalam pendengaran, tapi kalo dalam hal penglihatan? Masih jelas, apalagi pakai kacamata. 

Beliau termasuk guru yang disiplin, pernah waktu itu Lala ketahuan main hp di dalam kelas, pak Erwin marah besar, beliau paling tidak suka ketika beliau menjelaskan ada yang tidak memperhatikan, apalagi kalo main hp di dalam kelas.
Itu kesalahan terbesar!

"Kalo ingin dihargai, cobalah untuk menghargai orang terlebih dahulu, kalian tidak tahu gimana rasanya jadi guru. Atau siapapun, suatu saat, adakalanya kalian minta di hargai oleh orang lain"

Begitulah yang kutangkap dari kalimat pak Erwin ketika marah. 

.....
"Kalian itu.. Harus banyak-banyak mengulang tiap rumus yang sudah dipelajari ini di rumah, biar ingat, jangan ingatnya cuma chattingan sama pacar mulu"

Anak kelas tertawa termasuk aku. Tidak seperti biasanya hari ini wajah dingin pak Erwin begitu bersahabat. Kelas pun pecah oleh tawa.

"Nah denger tu.. Jangan malah tahu rumus cinta aja Do"
Meix menyeletuk, menoleh ke arah Edo.

Kami pun kembali tertawa.

"Pak pak, kalo rumus-rumus cinta itu gimana?"
Kali ini Putri yang kasih celetukan.

Pak Erwin tersenyum. Sekarang wajah garangnya benar-benar hilang.

"Kalian tahu? Bapak sama ibuk dulu sama seperti kalian, sekelas"

Hahhh
Mata anak-anak termasuk aku membelalak, terkejut mendengar rahasia tentang guru yang selama ini begitu serius.

"Iya.. Bapak sama ibuk dulu teman kelas. Kami duduk di kelas yang sama, kuliah pun di Kampus yang sama, jurusan pun juga sama"

"Wowwww"
Kami semua takjub.

"Kami tidak seperti anak zaman sekarang, yang dikit-dikit ketemu,  dikit-dikit chatingan"
Pak Erwin melanjutkan kalimatnya.

Kami tertawa geli
"Jadi zaman dulu kenapa pak?"
Putri kembali menyeletuk.

"Kami tidak pernah pacaran, kami bersahabat, selalu berdiskusi, mendiskusikan soal yang sulit dipecahkan, ibuk adalah teman yang seru untuk diajak bertukar pikiran. sampai kuliah pun kami masih seperti itu, berteman"

Wahh aku takjub, terkesima dengan cerita dari guruku barusan. Berarti cinta itu memang datang karena terbiasa. Sekarang aku tahu jawaban dari pertanyaanku selama ini.

"Wahhh kasian ceweknya pak, di php-in"
Kali ini Putri menyeletuk lagi.

Pak Erwin tertawa, sepertinya beliau tidak mendengar celetukan dari Putri barusan. 
Tapi malah kami yang sontak tertawa melihat Putri dianggurin. 

"Ya... Mencari wanita itu jangan pasang satu, tapi bukan berarti harus pacaran..., kalian jadi cowok harus bisa memilih dan ngebandingin yang mana yang klop di hati,

Kali ini aku mendengus, tidak setuju. Sementara anak cowok tertawa pecah, yang nanya padahal cewek, kok yang dikasih rumus cinta malah cowok-cowok sih.

"Jangan pula semuanya dipacarin. Cukup didekatin dengan cara yang ilegan"

Pak Erwin menghentikan kalimatnya.
Edo berbisik, memberi isyarat ke arah Putri
"Tanya terus, tanya terus put... "
Putri mengangguk.
...
"Sudah-sudah, cukup sampai sini ceritanya, sekarang kembali kerjakan tugas di depan, kalau sudah, silakan di kumpul"

Yahhh...!
Kami semua mendengus, "Failed!"

-------------------

Lanjut gak? >>>>

Novel Remaja: R Kuadrat (Completed)Where stories live. Discover now