21: Air terjun bahagia

957 33 0
                                    

Libur tenang menjelang UAS.

"Ngi anak kelas besok pengen ngadain jalan bareng"

"Iya Na gue tau, banyak ya yang ikut?"

"Lumayan, lo tenang aja rame kok. Kami jemput ke rumah lo bila perlu"

"Oke.. "

***

Suara motor terparkir sudah terdengar di depan rumahku. .

Aku pun langsung beranjak ke luar,

Ternyata sudah ada banyak anak kelas di sana, sudah ada Dana, Alexa, Vino, Dion, Dedi, Ari, si kembar Lita Lika, Angel, Mika, Sinta, dan.. Aji?

Aji juga ikut?

Aku pamit sama mama, kemudian berjalan canggung ke arah mereka, beberapa anak yang lain bersalaman sama mama, termasuk Aji.

Entah kenapa aku tidak berani untuk menatap Aji yang tersenyum ke arahku.

"Eh gue dibonceng siapa?"

"Gue ngi, lagian nanti kita jalan kaki ke sana, lumayan lama sih"

"Gila, jadi kita jalan kaki?"

"Yaiyalah sayang.. Kalo lo capek, lo tinggal minta gendong aja sama si pangeran lo"

Dana berbisik pelan seraya mengangkat genit alisnya.

.....

Setelah kurang lebih 40 menit di atas motor, kami pun mulai berjalan menyusuri jalan kecil untuk mengantar kami tiba di air terjun bahagia.

Katanya kami harus berjalan kurang lebih 30 menit untuk tiba di sana. Karena lokasi air terjun terletak di daerah perbukitan, kami pun harus ekstra hati-hati melangkah.

Jalannya cukup licin, banyak kerikil-kerikil kecil, dan harus menyeberangi beberapa anak sungai yang cukup deras.

Benar saja aku kesulitan dan hampir saja terpeleset ketika menyeberangi sungai.

"Bisa..?"
Aji berjalan di belakangku,

Aku menggangguk,

Tak lama setelah itu, aku tidak sengaja hampir terpeleset gara-gara menginjak batu yang licin, dan Aji langsung menarik tanganku,
Aku melepaskannya, kikuk, tapi dengan diam berterima kasih padanya.

Beberapa menit kemudian aku pun membiarkan tanganku mengait ke lengan Aji.

Sepertinya aku memang butuh bantuannya.

Sampai aku lupa, kenapa tiba-tiba tanganku sudah menggelang di jemarinya. Di genggaman Aji.

Aku sesekali menoleh ke arah Aji yang menatap ke depan, dengan pertanyaan yang tak biasa,

"Perasaan apa ini? Ini bukan perasaan yang sama seperti perasaanku sama Arga ataupun perasaan sama Arman"
........

"Akhirnya... "

Aku menatap takjub air terjun di hadapanku. Begitu juga Aji dan anak yang lain tak kalah takjubnya. Walaupun capek, tapi semua terbayar sudah. Air terjunnya cantik sekali.

Aku mengamati air terjun itu dari bawah, airnya jatuh dari batu yang menjulang tinggi dan bertingkat seperti anak tangga raksasa. Butiran air yang jatuh dari ketinggian itu menimbulkan kabut di bawahnya, sementara di sekelilingnya pepohonan rimbun dan semak-semak di pinggir sungai membingkainya jadi tampak sempurna.

Aku terkesima, pantas saja, air terjun ini dinamai air terjun bahagia. Tiap tetesnya membuat semua orang tertawa. Bahagia.

Aku pun menarikan jemariku di aliran air yang cukup tenang, dingin, aku menatap anak-anak yang lain.
Alexa dan Dion udah foto-foto aja di bawah sana, sementara Dana dan anak-anak yang lain udah nyemplung dan berseru kegirangan.

"Yuk gabung?"
Aji mendekat ke arahku, dan kali ini aku bisa menatap wajahnya lebih dekat dari biasanya. Aku refleks menunduk,

"Iya, kamu duluan aja"

"Kenapa?"

"Aku lebih suka menikmati kebahagiaan mereka dari sini, dan melihat teman-teman yang lain tertawa aku udah cukup bahagia"

Aku mengambil handphoneku seraya membidikkan kamera

Aku tahu sekarang Aji tersenyum di sampingku.

"Kalo gitu aku pengen nemenin kamu di sini"

Aku sontak menoleh, kali ini aku bisa melihat garis wajah Aji lebih dekat lagi, bahkan aku bisa melihat senyumannya lebih dekat dari biasanya,

"Boleh?"

Aku mengangguk,

"Sebentar lagi UAS, enggak terasa ya pertemuan kita akan semakin berkurang"

Aku sadar kalo ada Aji di sampingku, aku langsung berdeham canggung

"Eh, maksudku pertemuan dengan teman-teman kelas akan berkurang"

Aku pun tersenyum kikuk,

"Iya.. Lo benar ngi"
Aji tersenyum simpul ke arahku

Aku menoleh, kali ini aku baru tahu kalo sorot matanya begitu tenang, bola matanya hitam pekat, alisnya hampir menyatu, dan bulu matanya lentik. Bahkan aku sekarang merasa minder, aku saja enggak punya bulu mata selentik itu..

Aku melirik ke arah Dana dan Alexa,
"Gue cuma sedih, pasti setelah ini, dan selesai UN nanti, gue susah untuk ketemu mereka ji"

Aji tersenyum lagi,
"Dalam hidup, ada yang namanya datang dan pergi, temu dan juga pisah, semua itu kadang diluar dari kendali kita, kita tidak bisa mencegahnya, kita hanya perlu menerimanya"

Beberapa detik kemudian diam menyambut ucapan Aji. Dan aku membiarkan hatiku bicara,

"lo benar Ji..  Sebenarnya, gue juga takut sebentar lagi kita akan berpisah ji. Entah kenapa beberapa bulan ini gue merasa nyaman dengan sikap cuek lo ji, gue tahu gimana perasaan lo selama ini, maafin gue ji.. "

"Hei.. Aji, Pelangi.. Ayo gabung sini!"
Dana berteriak sembari menyipratkan air ke arah kami berdua.

Aku dan Aji sontak tertawa, Aji beranjak sembari mengulurkan tangannya ke arahku.

Aku mendongak, refleks langsung menggenggam tangan Aji.

Entah kenapa rasanya aku tak ingin melepaskan genggaman tangan itu.

"Eh eh.. Kayaknya ada yang jadian nih.. Dari tadi pegangan tangan terus. "
Vino berseru.

"Apaan sih, enggakk"

Novel Remaja: R Kuadrat (Completed)Where stories live. Discover now