10: Dia tahu namaku

1.1K 45 0
                                    

Alexa menatapku dengan serius,
"Lo harus semangat, kami selalu dukung apapun yang lo lakuin."

"Iya, asalkan hal yang positif, kalo lo merampok misalnya, gue nggak mau ngakuin lo sebagai sahabat gue"

Aku tertawa,
"Yaelah Na na..  "

Mereka duduk mengepungku, setelah aku menceritakan sesuatu.
.....

Jam istirahat tadi, Pak Ardi memangilku, menyuruhku menghadapnya di ruang Kepala Sekolah.

"Minggu depan, ada O2SN tingkat kecamatan, sekolah kita memang sudah sering mendapatkan juara, tapi juara dalam bidang olahraga, Voli kita kemarin mendapat juara satu,
Tapi kalau di bidang seni? Kita ketinggalan jauh, lomba nyanyi, kita nggak pernah masuk urutan 10 besar, Nulis apalagi..
Nah.. Bapak tahu kalau pelangi punya jiwa di bidang seni, bapak tahu karena Pelangi siswi bapak sewaktu SMP dulu.
Kamu mau kan ikut lomba nulis puisi?"
Pak Ardi menatapku dengan tatapan yang menenangkan, aku sama sekali tidak takut atau gugup kali ini. Dia menunggu kalimat yang terucap dari mulutku.

Aku terpaku beberapa saat,
"Apa aku bisa, akankah aku bisa jika aku jawab iya? Kalo aku mengiyakan.. Artinya, aku sudah membawa harapan besar dari pak Ardi khususnya untuk sekolahku ini"

Aku menarik napas, mengangguk,
"Em, Pelangi akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Sekolah ini"

Pak Ardi tersenyum, tangan kanannya menepuk pundakku.

......
Aku berlatih, berusaha sebaik mungkin, sepulang dari sekolah aku mengikuti latihan, lewat bimbingan pak Ardi. Beliau menunjuk ibu Nina sebagai pelatihku selama seminggu ke depan, guru cantik yang selalu dibalut jilbab panjang yang menutup anggun lekuk tubuhnya. 

Aku menatap Aria yang lagi berusaha keras menyanyikan lagu dengan suara merdunya, juga tak jauh dariku ada Aisyah yang lagi berlatih membaca puisi

Beda denganku yang bersuara tapi membisu, iya, tidak harus ngeluarin suara, tapi tetap harus ngeluarin kata-kata yang tidak bernada, tidak bergelombang, apalagi bercengkok.

Kali ini aku harus mengandalkan otakku,

Bu Nina memberi pengarahan, mata sendunya diantara balutan cadar menatapku sejuk.

"Sayang.. Menulis itu bukan hanya masalah pikiran, bukan cuma pikiran yang bergelut, tapi.."
Beliau mengangkat jemarinya,

"Disini.. "

Aku berseru,
"Hati.. "
Beliau tersenyum, meski senyumannya tertutup di balik cadar, aku mengetahuinya, lewat garis matanya.

"Benar, jadi sebelum menulis, kamu harus berdamai dengan hatimu lebih dulu"

Aku mengangguk paham.
Beliau membaca tulisanku sepintas, memanggut, lalu mendongak ke arahku yang menanti beliau membuka suaranya.

"Bagus, bagus..  Puisi ini bermakna tentang lingkungan?"

Aku mengiyakan.
"Kamu perlu bumbu sedikit lagi agar puisi-puisimu sempurna, diksi, dan maknanya. Kamu harus banyak mencari diksi yang bagus, coba kamu baca puisi karya Penyair-penyair terdahulu sayang"

"Setelah itu, coba kamu tulis puisi dengan tema yang lain, misalnya remaja, politik, atau budaya, besok lusa ibu mengoreksinya lagi.

Kali ini aku mengangguk untuk kedua kalinya.

.....

Seminggu akhirnya telah usai, tidak ada jam latihan setelah pulang sekolah, tidak ada masukan lagi yang aku terima hari ini.

Dan sekarang, hanya ada pak Ardi yang mendampingiku beserta rombongan yang lain, ada aku, Aisyah, Aria, dan selebihnya anak Basket dan Voli mereka dipandu Mr. Ganteng.

"Kalian jangan gugup, rileks"
Pak Ardi berpesan sebelum detik perlombaan akan segera dimulai.

.....
"Dimulai dari, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1"

"Sekarang!, silakan dikerjakan sampai dua jam kedepan."
Dua juri mengarahkan kami yang ada di ruangan lomba.

Semua orang mulai menggoreskan pena mereka masing-masing. Hanya aku yang berkutat dengan otakku,
"Ayolah.. Tulis! Ayo!"

Keningku berkeringat, otakku kosong, kenapa tiba-tiba pikiranku nge-blank.

20 menit kemudian aku mencoba membuat tubuhku serileks mungkin, aku memejamkan kedua mataku, menarik napas lalu menghembuskannya perlahan

"Sebelum menulis, kamu juga harus berdamai dengan hatimu lebih dulu"

Tiba-tiba aku teringat pesan bu Nina.
Iya, bu Nina benar, aku harus berdamai dengan hatiku terlebih dahulu
Aku membuka mata seketika,

Dan..  Sekarang aku tahu apa yang akan ku tulis di lembar kosong yang tadi kuabaikan.

....

"Selamat sayang.. "
Bu Nina tersenyum bangga, beliau tak henti mengusap pundakku.

"Terima kasih bu, ini semua berkat ibu, dan juga doa ibu, Pelangi permisi masuk ke kelas dulu ya bu"
Aku tersenyum.
Bu Nina mengangguk,

Bel berbunyi, lalu berhenti, diiringi suara pak Ardi yang sudah berdiri di tengah lapangan lengkap dengan pengeras suara di tangannya.

"Perhatian-perhatian!, jangan masuk ke kelas dulu. Silakan kumpul dan atur baris yang rapi di lapangan!"

Kami menurut,
"Kemarin, sekolah kita tengah mengikuti lomba O2SN, ada beberapa siswa yang dikirim, dan Alhamdulillah kita masih bisa bergabung di peringkat juara"

Pak Ardi menyebut nama pemenang, pertama beliau menyebut namaku,

"Ini juara kita, Pelangi Anastasya si penulis puisi yang memecahkan rekor setelah kita vakum beberapa tahun terakhir di bidang seni, kalau voli dan basket jangan ditanya lagi"
Pak Ardi kemudian memanggil nama anak voli dan basket yang menang

Semua anak bertepuk tangan termasuk Alexa dan Dana, aku tersenyum ke arah mereka berdua, semua guru yang ikut berbaris pun melakukan hal yang sama,

"Arga, ....., ......, ......,"

Nama yang pertama kali disebut, aku terkejut,
"Oh ternyata kemarin kita sama-sama berjuang." 

Aku tersipu malu dengan celotehanku sendiri.

Arga berjalan menjauhi barisannya, lalu melangkah ke depan, ia tampak memukau ketika berjalan ke arahku, aku menatapnya kikuk. 

"Pelangi, bisa geser sedikit?"

Aku tersentak, terbelalak, ucapan barusan seolah membangunkanku dari mimpi yang amat panjang.

"Dia memanggilku, itu artinya dia tahu namaku? Ahhh.. Benarkah tadi dia memanggilku?"

Aku menoleh memastikan, menatap wajahnya yang kini memang nyata tepat di sampingku. 

Eh eh.. Aku segera menghentikan senyumku. Teringat sesuatu,

"Wajar dia tahu namaku!, tadi kan.. namaku yang disebut paling dulu, ah aku terlalu baper!"

Jadi, aku harus menutup mataku kembali, lalu bermimpi lagi?

Tapi tak apa, aku sudah terlanjur bahagia, setidaknya dia sudah tahu namaku, aku tak menyangka hari ini, rasanya.. aku pengen lompat setinggi mungkin lalu berteriak,
"Yehhh... Arga tahu namakuuuuu!"

------------
😆Pelangi Pelangi..
Lanjut ya>>>>

Novel Remaja: R Kuadrat (Completed)Where stories live. Discover now