24: Rindu

1.1K 37 0
                                    

Aku menatap sebingkai foto yang kutaruh di mejaku,

Aku pun mengangkat sebingkai foto itu,

Disana ada Nana, Alexa, mereka tertawa lebar sambil memegang permen lolipop sesuai permintaan mereka. Di tengah-tengah mereka ada aku dan Aji lengkap dengan cengiranku, keliatan sekali aku canggung di sana. Sementara Aji dengan senyuman manisnya menatapku.

Ah.. Aji selalu bertingkah begitu.

Begitu cepat rasanya waktu berlalu, aku enggak nyangka kalo akhirnya Rambal dan Rumbal resmi pacaran.

Dan aku enggak tahu gimana caranya nama Rambal dan Rumbal itu bisa nyebar sampe ke kelas sebelah bahkan ke kelas IPS.

"Eh ngi, lo jadian sama si Rumbal ya?"
Aku cekikikan tapi berusaha mengangguk, walaupun namanya kebalik, padahal rumbal kan sebutan untukku.

"Eh Pelangi.. Apa sih kepanjangan Rambal dan Rumbal?"
Kalo ada yang bertanya seperti ini aku selalu jawab, "privasi"

Kali ini datang dari anak IPS
"Pelangi lo pacaran sama anak yang nilai Matematikanya paling tinggi sewaktu UAS itu ya? Siapa namanya.. Tapi gue tahu rambutnya hitam keriting sering main basket juga"
Kali ini aku juga baru tahu kalo rambut si Aji keriting, bukannya setengah bergelombang ya.. Hihi

Aku menatap kalender, tak jauh dari mejaku. 4 September

Sudah lima bulan rupanya,

Sudah lima bulan setelah hari itu, hari ketika ujian nasional pertama,

hari ketika Aji menembakku, kata Aji tanggal itu cantik, 4x4.

"Pelangi.. Kali ini kamu harus dengerin aku"
Aji memegang kedua tanganku, tapi dengan canggung ku lepas tanganku dari genggamannya.

Aku bingung, dengerin apa..?

Aji berdeham,
Dia gugup? Sebenarnya Aji mau apa..?

"Sebentar lagi, kita mau pisah, gue mau bilang sekali lagi.. Kalo gue.. Kalo gue.. "
Suara Aji tercekat, dia berusaha mengatur napasnya, aku pun membelalak meningkahi tiap ucapannya.

"Kalo gue mau bilang, gue cinta sama lo Pelangi. Gue rela setelah ini kita terpisah, gue enggak peduli, gue enggak peduli kita berpisah berbulan-bulan, bertahun-tahun, gue akan nunggu lo sampai kapan pun"

Aji...

Beberapa detik setelah itu, suara tepuk tangan mendekat dari arah pintu. Rupanya Dana sama Alexa tahu barusan Aji nembak.

Mereka berseru kegirangan, sementara aku kikuk, gugup, jantungku berdetak begitu cepat kala itu sembari menatap wajah Aji yang menungguku memberi jawaban. Aku pun menggangguk. Setelah itu langsung lari ke luar, malu..

"Gue enggak nyangka lo ternyata jadian sama Aji ngi"
Seru Alexa

"Iya, eh PJ lo enggak lupa kan?"

"Eh walaupun hari ini UN tapi belum pengumuman kelulusan ya kan..?"
Dana melanjutkan kalimatnya.

"Iya Dana sayang.. Nanti gue beliin permen lolipop pesanan lo"
......

Hari itu, hari setelah UN
Aji menceritakan banyak hal, aku juga baru tahu kalo Aji jatuh cinta denganku semenjak kami bertemu di kelas yang sama. Di kelas 2.

Aku juga baru tahu, kalo Sebenarnya Aji berusaha menyembunyikan perasaannya, dia enggak berani menyatakan perasaannya. Dan dia mencoba memberanikan diri setelah dia tahu kalo Meix menembakku.
Aku juga baru tahu, kalo Aji mengenalku sejak tahu namaku.

"Aku kenal nama pelangi sewaktu kelas 10, waktu itu aku melirik papan nama-nama Nilai Peringkat Sepuluh Besar pelajaran Geografi. Dari sana, aku mulai mengenal nama Pelangi Anastasya dari kelas X3, dan entah kenapa ingat nama itu."

Aku baru tahu kalo sewaktu aku melamun di bawah pohon beringin, Aji malah memperhatikanku, dia berharap aku meliriknya. Tapi nyatanya waktu itu aku melirik ke arah Mr. Ganteng dan yang kupikirkan hanya Arga.

Aku sibuk menunggu Arga, sementara tanpa ku sadari ada Aji yang ternyata menungguku.

Aku penasaran bagaimana dia jatuh cinta denganku, tapi kata Aji..

"Enggak tahu, tiba-tiba, mengalir seiring waktu"

"Kok gitu? Terus kenapa bisa jatuh cinta denganku?"

"Hemm.. Aku jatuh cinta karena semua yang ada di diri kamu, dan yang paling penting karena aku tahu aku bukan sekedar berjuang untuk sekedar dapetin kamu, tapi berjuang untuk masa depanku nanti, karena aku cuma mau mencintai dua orang wanita aja di dunia ini, ibu dan kamu"

"Kalo Rumbal pernah jatuh cinta sama siapa?"

Aku terkekeh, malu untuk cerita kalo aku pernah diam-diam cinta sama Arga.

Aji tersenyum simpul setelah mendengar ceritaku,

"Enggak, untuk apa cemburu? Dia kan masa lalu. Setiap orang punya masa lalu, yang penting sekarang mikirin masa depan"
........

Aji benar, dan sekarang aku hanya ingin mikirin kamu Aji.
......
Terima kasih Aji putra angkasa, meskipun aku mengenalmu enggak cukup lama. Meskipun sebelumnya aku ragu dengan perasaanku, tapi sekarang aku jadi tahu. Kalo cinta juga bukan karena datang terbiasa, melainkan karena perjuangan. Dan kamu sudah nunjukin itu semua selama ini.

Novel Remaja: R Kuadrat (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang