20.

1.6K 159 0
                                    

Yohan membuka pintu mobilnya, dia mempersilahkan Yeonji keluar dari mobilnya, "jangan nangis lagi, oke?" kata Yohan lalu mengacak rambut Yeonji.

"gue masuk dulu ya?" kata Yeonji parau sambil tersenyum seakan menyembunyikan masalahnya. "hati hati ya, Yohan"

Yohan ngangguk lalu masuk kedalam mobilnya lalu melaju keluar, sedangkan Yeonji mulai masuk kedalam apartement.

°[Moment]

ctak

Yeonji menyalakan lampu apartement, lalu beranjak ke dapur untuk minum segelas air putih. Yeonji sangat berharap kalau Junho belum pulang, dia udah cukup kehilangan Minhee, walau Minhee hanya sebatas mantannya.

"ekhem.."

Yeonji menoleh kearah suara, tas selempangnya masih menggantung dipundaknya. Mantelnya bahkan masih melekat menutupi kemeja ungu dan rok violet nya.

Ekspetasinya salah, Junho sudah pulang.

"bisa gak sih Ji, gak usah ikut campur?" tanya Junho, nadanya sangat dingin.

"a--apa?"

"lu ngikutin gue ke rumah sakitkan?" tanya Junho mencengkram pundak Yeonji kencang, "jadi alasan lu ikut reuni cuman mau ikutin gue?"

"Ho, apa apaan?"

Junho memejamkan matanya, lalu menghela nafasnya kasar.

"Jelasin ke gue"

"jelasin apa? seharusnya gue nanya ke lu, Yeji hamil anak siapa?" tanya Yeonji sedikit menekan. "alasan lu gak pulang waktu itu sebenernya apa? alasan lu bilang gue buat gak ninggalin lu apa? kita seharusnya saling menghargai, Ho"

"lu bisa ngehargain privasi gue?" tanya Junho

"inget ya Ji, gue gak habis pikir lu bisa ikut campur kayak gini" timpal Junho

"gue berhak tau, Ho"

"alasannya?"

"karena gue istri lu, dan gue berhak tau"

"seandainya gue gak ngelakuin kesalahan, gue bakal molak perjodohan" tekan Junho.

"Minhee meninggal"Junho menatap Yeonji lekat, menditeksi kebohongan dari netra milik lawan bicaranya. "dan lu tau.." Yeonji menunduk, dia merasa bersalah pada Minhee sekarang.

"seharusnya gue yang meninggal, bukan dia.. gue yang meninggal biar gue gak ngerasain-- hiks"

Air mata Yeonji turun, dia mengangkat kepalanya lalu melewati Junho. Dia mau pergi aja.

tap

"kita bukan anak anak lagi, Ji" kata Junho, nada yang menekannya berubah menjadi lembut. "kita udah dewasa dan kita bisa nyelesain ini berdua" kata Junho yang kini menarik tangan Yeonji kedalam pelukannya.

"gue... cemburu" kata Junho pelan

Yeonji gak akan dengar, dia masih sibuk dengan isakannya. Dia gak akan maagin orang yang buat Minhee meninggal, Yeonji bukan orang yangsuka membenci orang, tapi udah cukup dia ngebenci dirinya sendiri.

Punggung Yeonji terasa hangat, "maafin gue Ji" kata Junho menenangkan Yeonji yang masih terisak.

"pukul gue kalau memang gue salah tadi"

"gue bukan manusia Ji, gue cuman pisau yang siap nyakitin lu kapan aja.. Maafin gue"

"Gue si pemarah tanpa mau tau alasan dari orang lain, gue egois memang. Gue egois gak bisa pilih lu sama Yeji, Maafin gue"

Junho ikutan nangis.

Pelukannya merenggang, Yeonji menghapus air matanya lalu menatap Junho. "Ho,"

"Maafin gue"

"maafin gue yang gak bisa ngejagain lu, ngehargain lu, jadi pengertian buat lu, atau apapun itu jangan salahin diri lu Ji."

"gue sayang sama lu Cha Junho" gumam Yeonji pelan, hingga Junho gak dengar dia bilang apa.

"ingin berkata sesuatu?" tanya Junho mendadak formal.

"surat Minhee, buat lu" Yeonji mengobrak abrik tas kecilnya lalu menerahkan sebuah amplop putih, lalu dia pergi menuju kamarnya.

Junho harus berterima kasih pada Minhee, tapi dia gak mungkin nemuin Minhee yang jelas udah gak tau keberadaannya.



Gak ngefeel ya? Mian deh, ehehehe 😅😅
Luv luv ke kalian, jangan lupa jejaknya.

Tbc.

Hug ° Cha JunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang