[vol. 1] 25. Sebuah Foto

6.7K 930 30
                                    

Siapa wanita di foto itu?

***

"Bunda! Ada Kak Sakura!" Dari ruang tamu Caca dan Ingga berteriak cukup keras. Namun setelah memanggilkan Bunda, tak lama Ingga menyela lagi, "Kak, aku sama Caca main barbie dulu, ya, di teras depan."

Selepas mematikan api kompor, Bunda segera menghampiri. "Sakura?"

"Ehehehe," Sakura mengangguk dengan cengiran. Kemudian seperti biasa mencium punggung tangan Bunda. "Bunda apa kabar?"

"Baik, Nak. Kamu gimana? Lama sekali nggak ke sini, ya. Bunda kangen, tau."

"Baik, Bun. Cuma aja Sakura lagi banyak tugas kuliah akhir-akhir ini, jadinya baru bisa main ke sini sekarang," jelas Sakura yang sarat akan sesal.

Tati Haryati, wanita setengah baya yang biasa dipanggil Bunda, adalah wanita hebat yang sudah belasan tahun mengabdikan diri untuk menjadi pengelola panti Kasih Ibu tanpa bayaran atau imbalan dalam bentuk apapun. Dengan keseharian menjadi penjual nasi uduk tiap pagi, Bunda mampu menghidupi anak-anak asuhnya, dibantu dengan sumbangan dana dari beberapa orang yang berniat untuk amal.

"Ya sudah nggak apa-apa. Yang penting melihat kamu sehat saja Bunda sudah sangat bersyukur. Cuma aja Bunda suka bingung jawabin pertanyaan anak-anak yang hampir tiap hari kayaknya, nanyain kamuuu teruss." Dengan memanjangkan kata 'kamu' dan menekankan kata 'terus', artinya Bunda betul-betul jujur dengan ucapannya. "Apalagi Dion sama Fai. Kayaknya sehari bisa berkali-kali, deh, mereka nanyain kamu. Pagi-pagi pas sarapan nanyain; nanti kamu bakal dateng apa nggak, pulang sekolah nanyain, mau tidur nanyain. Duh, pokoknya Bunda sampai nggak inget. Kadang Bunda cuma bisa sampaikan ke mereka; semoga besok kamu dateng. Berharap apa yang Bunda sampaikan itu bisa meminimalisir kerinduan mereka sama kamu."

"Iya, tadi anak-anak cerita di depan, Bun. Makanya Sakura merasa bersalah banget sama mereka."

"Nggak usah merasa bersalah gitu, namanya juga anak-anak. Bunda ngerti kamu banyak perihal yang mesti kamu urus."

"Oiya, katanya Dion sakit, Bun? Sakit apa?"

"Iya, dia demam dari semalam."

Seketika Sakura mengembuskan napas sedikit lega. "Sakura kira penyakit jantungnya kumat lagi."

"Nggak, kok. Belum lama check up, kata Dokter kondisi jantungnya sudah membaik."

"Syukurlah. Sekarang dia di mana sekarang, Bun?"

"Ada, di kamarnya. Kamu samperin aja, pasti dia seneng liat kamu tiba-tiba ada di sini."

"Yaudah, Sakura ke kamar Dion dulu, ya, Bun."

"Iya, silakan. Bunda mau lanjut masak lagi. Nanti kita makan sama-sama."

Di saat Sakura berlalu ke kamar Dion, Bunda kembali berlalu ke dapur melanjutkan apa yang sedang dia lakukan tadi namun sempat tertunda.

💕

Perlahan kedua mata Angkasa kembali terbuka. Dan sesuatu yang pertama ia lihat saat itu adalah kotak musik berian Raya sekian tahun lalu, yang masih setia memutarkan alunannya. Seperti kata yang memberi, memang Angkasa akui melodi kotak musik itu nyatanya sampai detik ini masih menjadi alat tercanggih yang paling bisa membuat pikirannya tenang dalam waktu singkat. Tidak pengaruh mau sebanyak apapun hal yang harus ia pikirkan, cukup mendengar melodi dari kotak musik itu saja sudah bisa membuat perasaan Angkasa tenang.

Termasuk ketika kedua orangtuanya bercerai dulu, dan ia harus mulai membiasakan diri hidup dengan orangtua tunggal, alunan melodi kotak musik itu juga yang turut serta membantunya menenangkan diri supaya tidak terlalu kalut akan masalah yang sedang ia hadapi saat itu.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang