GW 7

311 35 3
                                    

"Perasaan bukan candaan yang bisa dilempar ke sana ke sini"


Suara deruman motor dari arah utara membuat Kai dan teman-temannya menghentikan candaan mereka. Terlihat Bima dan 'the bastar' musuh bebuyutan Kai melaju kearahnya. Kai dan teman-temannya saat ini tengah menikmati kopi disebuah warung dekat jalan.

"Mau ngapain mereka ke sini?" tanya Danu entah pada siapa.

"Palingan mau nyari ribut sama si kai" sahut Rio.

Kai hanya melihat sekilas Bima dan gang nya, ia lebih memilih menikmati kopinya dan sesekali membalas pesan Feby.

Bima dan gangnya menepikan motornya setibanya ia di tempat Kai. Tanpa permisi Bima masuk dan menyuruh Danu dan Rio agar minggir dari hadapan Kai karena ia ingin berbicara dengan Kai.

Sementara Kai tidak menghiraukan kedatangan Bima, ia masih saja sibuk berbalas pesan dengan Feby sampai Bima kesal dan menggebrak meja barulah Kai mendongakkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Kai dengan raut wajah datar.

"Tambah songong yah lo" Ujar Bima

"Serah gue" Kata Kai seraya memainkan ponselnya. Ia lagi malas ribut sama Bima.

Melihat itu Bima makin geram, lalu kedua tangannya menarik kerah baju Kai. Mendapatkan perlakuan seperti itu, raut wajah Kai masih terlihat santai seraya memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Ia membiarkan Bima mengeluarkan segala ocehannya.
"Gue mau besok kita balapan" Ucap Bima sembari menatap Kai tajam yang dibalas tak kalah tajam oleh Kai.

"Gak bisa. Gue ada urusan" Jawab Kai datar.

"Pengecut" Ucap bima dengan suara yang tinggi di depan wajah Kai untuk memancing emosinya.

Kai mengepalkan tangannya, lalu ia melepaskan cengkraman tangan Bima dengan kasar dari kerahnya. Tanpa aba-aba Kai melayangkan tinjuan membuat tubuh Bima mundur beberapa langkah.

"Bangsat lo" tidak terima dengan perlakuan Kai, Bima membalasnya dan mereka kini beradu fisik membuat pemilik warung ketakutan. Sementara teman-teman Kai maupun Bima tidak ada yang berani menengahi karena mereka bisa saja mendapat amukan.

Wajah Kai maupun Bima kini penuh dengan luka lebam, sudut bibir mereka juga mengeluarkan darah karena tinjuan yang begitu keras. Melihat itu Danu tidak bisa tinggal diam. Setelah mengumpulkan keberaniannya Danu membanting meja dengan keras dan sontak saja mereka berhenti adu jotos dengan masing-masing tangan masih berada di udara untuk melayangkan tinjuan.

"Kalian berdua mau mati" Ucap Danu. "Dan gara-gara lo berdua Bi mimin jadi ketakutan, warungnya juga berhamburan kayak gini"

Kai dan Bima tidak menjawab ocehan Danu, mereka saling melemparkan tatapan tajam seraya mengelap darah yang keluar dari sudut bibir dengan jari jempol mereka.

"Gue terima tantangan lo, besok kita balapan" Kai menyetujui ajakan Bima, karena emosi kini mendominasinya untuk membuat pelajaran pada Bima.

Bima tersenyum menyeringai "Balapan besok bukan balapan biasa. Tapi balapan taruhan" Jelasnya.

Kai curiga Bima telah merencanakan sesuatu untuknya, jadi ia harus lebih berhati-hati. "Taruhan?" Tanya Kai.

"Iyah taruhan. Dan taruhannya adalah-" Bima menjeda kalimatnya. ia berjalan mendekati Kai lalu berbisik di telinga Kai "Cewek lo"

Mendengar itu Kai makin geram "Cewek gue bukan taruhan. bangsat lo" geram Kai.

"Lo gak lupa kan? Cewek lo satu sekolah sama gue" pancing Bima "Jadi, kalau lo gak terima taruhan ini jangan salahin gue kalau cewek lo gue apa-apain". Ancam Bima lalu beranjak keluar warung meninggalkan Kai yang masih terdiam ditempatnya.

"Gue tunggu lo jam 9 malam di arena balapan biasa" ucap Bima sebelum menyalakan mesin motornya. Lalu Bima dan teman-temannya beranjak pergi dengan sepeda motornya.

***

"Gimana? Bagus gak?" Tanya Vanya pada kedua sahabatnya; Tania dan Sasa. Mereka bertiga kini tengah berada di sebuah mall  untuk membeli beberapa alat make up sekaligus cuci mata.

"Kemerahan Van" Jawab Sasa. Vanya lalu mengelap bibirnya dengan tisu lalu mencari warna lain dan mencobanya. Sedari tadi belum ada warna yang cocok untuk bibirnya.

"Van lo gak mau nyoba yang ini?" Tawar Tania seraya menunjukkan lipstik berwarna peach.

"Masih ada di rumah" jawab Vanya seraya memilih-milih warna yang cocok. Namun  belum ada yang pas menurutnya.

"Mba, ada yang merek lain lagi gak?" tanya Vanya

"Tunggu sebentar yah, saya ambilin dulu" jawabnya.

Menunggu diambilkan Vanya dan teman-temannya mencari alat make up yang lain seperti maskara, eyeliner dan beberapa foundation.

"Ini merek lipstik terbaru" Ucapnya sekembalinya ia seraya memperlihatkan beberapa warna ke hadapan Vanya.

Pandangan Vanya langsung tertuju pada lipstik yang berwarna nude, ia langsung mengambilnya dan membayarnya beserta alat make upnya yang lain begitupun Sasa dan Tania, mereka sudah bosan berada di sana.

Setelah membayarnya, mereka berencana untuk menonton. Sebelum beranjak Vanya memakai lipstik yang baru saja ia beli terlebih dahulu.

Namun tiba-tiba saja tubuh Vanya terdorong ke depan ketika tengah asik memakai lipstik, seseorang telah menyenggolnya namun pergi begitu saja. Tidak terima, Vanya mengejar orang itu. Sasa dan Tania mengikut di belakang Vanya.

Vanya menarik baju orang itu, setibanya ia dibelakangnya "Hei kalau jalan pake mata dong" protes Vanya

"Apa sih narik-na-" Seseorang itu menjeda kalimatnya lalu seketika tawanya pecah saat berbalik menghadap Vanya, pasalnya lipstik yang Vanya pake belepotan. "Kurang ajar ya lo, bukannya minta maaf malah ketawa" Vanya geram

Seseorang itu berdehem untuk menahan tawanya "tunggu deh, emang gue ada salah apa sama lo" tanya seseorang itu yang ternyata adalah Hilmi-abang Sarah.

"Gak usah belaga bego deh"

"Enak aja lo ngatain gue bego. Lo tuh yang bego, pake lipstik belepotan" ucap Hilmi lalu tertawa.

Mendengar itu sontak Vanya langsung mengambil cermin di dalam tasnya. Dan benar saja, lipstiknya kini tak karuan. Ia lalu mengambil tisu dan mengelapnya. "Ini semua gara-gara lo, jalan gak pake mata" oceh Vanya seraya mengelap bibirnya.

Hilmi tak menyadari jika tadi ia menyenggol seseorang "Salah lo lah, ngapain pake lipstik ditempat orang mau lewat" Ujar Hilmi sarkatis.

"Dasar cowok gak tau diri" Kata Vanya seraya menginjak kaki Hilmi lalu melenggang pergi bersama Tania dan Sasa.

Hilmi meringis " Dasar cewek stres" Lalu Hilmi melanjutkan langkahnya menuju kasir untuk membayar beberapa barang belanjaannya.

Jangan jadi silent readers guys:v
Beri komen dan vote nya jangan lupa, Gratis kok :)

Perempuan KahfiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora