GW 10

315 37 3
                                    

"Untuk apa bersama jika tujuan tak lagi sama"

Suara ketukan pintu membuat Sarah yang tengah melantunkan surah Ar-rahman berhenti seketika. Sarah beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu yang sebelumnya telah menaruh Al-Qur'annya di nakas tempat tidurnya.

Seseorang berpakaian rapi dengan perlengkapan menggambarnya yang ia taruh di punggungnya, tersenyum memperlihatkan deretan giginya ketika Sarah membuka pintu yang dibalas senyuman oleh Sarah. Siapa lagi kalau bukan abangnya Hilmi.

"Ya ampun Ra, lo belum siap-siap juga" tanyanya gemes, melihat Sarah masih mengenakan mukenanya.

Sarah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Abang gak bilang kalau mau ajak Sarah"

Hilmi menarik hidung Sarah membuat Sarah meringis "Kenapa sih adik gue yang satu ini gak peka banget jadi orang, masa iya gue gak ngajak lo di acara gue"

Sarah tersenyum simpul "Tapi bang-" Sarah menggantungkan kalimatnya, ia ragu untuk mengatakan kepada abangnya kalau ia sudah ada janji untuk pergi bareng Dion.

"Tapi apa? Jangan bilang lo gak mau?" tanya Hilmi

"Bukan gitu bang, tapi-"

"Tapi apa? kalau ngomong yang jelas dong Ra" Ujar Hilmi.

Sarah menghembuskan nafasnya "Aku udah janji sama kak Dion mau berangkat bareng ke acara kakak" Ucap Sarah hati-hati, ia takut abangnya marah karena tidak memberitahunya terlebih dahulu.

"Dion si ketua Osis itu?" tanya Hilmi memastikan

Sarah mengangguk "Abang kenal Kak Dion?" tanya Sarah penasaran, pasalnya Sarah tidak pernah mengenalkan kakak seniornya itu pada abangnya.

"Akhir-akhir ini dia sering ke UI, katanya sih mau lihat-lihat jurusan. Terus abang gak sengaja ketemu tuh anak dan dia ngajak kenalan. Anaknya sih lumayan asik gitu dan keliatannya juga baik" Jelas Hilmi, Sarah hanya mendengarkan.

"Jadi-" Ucap Sarah memastikan, apakah abangnya mengizinkannya untuk pergi bareng Dion atau tidak.

"Gue izinin lo. Tapi kalau udah nyampe disana lo harus temui gue" Ucap Hilmi yang dibalas acungan jempol oleh Sarah, tidak lupa senyuman khasnya.

"Ya udah, abang pergi dulu. Bilang juga sama Dion jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya" pamit Hilmi

"Iyang bang. Abang hati-hati" Ucap Sarah lalu Dion melenggang pergi.

***

"Lo yakin mau nerima tantangam si Bima? Gue khawatir dia merencanakan sesuatu buat lo" Ucap Danu

Danu dan Rio kini tengah berada di rumah Dion, mereka sedang bermain PS. "Iyah Kai, gue gak yakin kalau si bima gak curang pas balapan nanti"

Kai tidak menanggapi ucapan kedua temannya, ia fokus bermain PS membuat kedua temannya kesal melihatnya "Celakanya cewek lo jadi taruhannya" Ucap Danu, sontak saja membuat Kai menghentikan aktivitasnya.

"Gue gak bisa tarik omongan yang udah gue ucapin" Ucap Kai datar, sedari tadi Kai memikirkan nasib hubungannya dengan Feby. Kai juga berpikiran kalau Bima akan berbuat curang nantinya. Namun yang paling mengganggu pikiran Kai, kenapa Bima mengincar ceweknya. Bukannya Bima sudah punya pacar. Kai teringat, kalau Bima tukang gonta-ganti cewek. Bisa jadi ia mengincar Feby untuk mebalas dendam kepadanya.

"Seandainya lo kalah, lo ikhlas Feby diambil si Bima" Ucap Rio

"Gue gak akan biarin apa yang udah jadi milik gue direbut sama oranglain" Ucap Kai

"Kalau itu keputusan lo, kita berdua gak bisa berbuat apa-apa. Tapi, lo harus hati-hati Kai, si Bima orangnya licik banget belum lagi orang suruhannya dimana-mana. Bisa aja dia lukai lo" Ucap Rio, ia sangat khawatir terjadi sesuatu sama sahabatnya. Ia tidak mau sesuatu yang menimpanya dimasa lalu terulang lagi.

Perempuan KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang