GW 13

272 28 3
                                    

"Perhatian yang kecil mampu menimbulkan reaksi yang begitu besar"

Sarah menatap kotak makanan berwarna coklat yang berada dihadapannya dengan lekat. Masih bingung memikirkan sang pemberi kotak makanan yang memiliki sifat seperti bunglon; berubah-ubah.

Sarah lalu memejamkan matanya seraya menggelengkan kepalanya. Berharap pikirannya kembali fokus 'Astagfirullah, ngapain aku mikirin dia' gumamnya dalam hati. Ia lalu mengalihkan pandangannya dari kotak makanan itu ke papan tulis, mendengarkan kembali apa yang tengah dijelaskan oleh tentornya. 15 menit yang lalu setelah bel pulang sekolah berbunyi Sarah langsung menuju ke tempat bimbelnya.

Sarah mencatat hal-hal penting yang tengah tentornya jelaskan mengenai logaritma. Namun, perutnya yang terasa nyeri membuatnya berhenti menulis. Sarah meruntuki dirinya yang terlalu fokus belajar hingga ia lupa makan dan membuat maagnya kambuh. Sarah memegang perutnya dengan kedua tangannya, berharap rasa sakitnya sedikit hilang.

Lemparan kertas dari arah belakang membuat Sarah melepaskan tangannya dari perutnya lalu meraih kertas yang mengenai tubuhnya 'Jangan dulu balik, habis bimbel mampir dulu ke cafe depan' Sarah mengerutkan keningnya begitu membaca tulisan yang berada di kertas. Lalu ia menoleh ke arah belakang untuk melihat siapa yang melemparkan kertas kepadanya. Betapa terkejutnya Sarah begitu melihat Kai yang berekspresi datar melihat kearahnya. Sarah langsung buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan.

Sarah memukul-mukul jidatnya, memastikan jika ia hanya berhalusinasi saja, lalu ia menoleh kebelakang lagi namun sosok Kai yang ia lihat tadi masih ada. Kini ia mengangkat sebelah alisnya 'Ngapain dia ada disini' tanya Sarah pada diri sendiri lalu kembali menatap ke depan.

Lagi-lagi kertas yang dilempar dari belakang mengenainya, Sarah meraihnya lalu membuka lipatannya 'Kenapa Lo? kaget liat gue ada disini?" Kalau lapar seharusnya makan, jangan ditahan demi belajar. Lo sendiri kan yang menderita'

'Kenapa dia bisa tahu kalau aku lagi lapar' Ucap Sarah yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri. Lalu Sarah kembali fokus mendengarkan penuturan tentornya walaupun rasa sakit perutnya masih ia rasakan.

Kak Wedi yang merupakan tentor matematika mengakhiri pelajarannya, "Materi kita hari ini cukup sampe disini, kakak harap kalian mengulangnya lagi di rumah"

"Iyah kak" Ucap para siswa yang mengikuti bimbingan belajar secara bersamaan.

Sarah memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tas dan kotak makanan yang belum sempat ia makan sedari tadi, lalu ia bergegas keluar, begitupun para siswa yang lainnya. Saat Sarah tengah mengikat tali sepatunya tiba-tiba saja seseorang menghampirinya. Sarah mendongakkan kepalanya, lagi-lagi sosok Kai lah yang ia lihat. Berdiri menatap Sarah dengan muka datar seraya memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya.

"Lo bisa baca kan?" tanya Kai membuat Sarah menautkan alisnya.

Sarah berdiri dari duduknya lalu membersihkan roknya yang sedikit kotor "Apa" Ucap Sarah.

Kai mendengus, "Ke cafe depan" Ujar Kai.

"Maaf tapi aku harus pulang" tolak Sarah lalu ia berjalan melewati Kai.

"Kenapa sih lo jadi cewek keras kepala banget, maag lo tambah parah kalau lo masih tunda makan" teriak Kai membuat Sarah menghentikkan langkahnya.

Kai menyunggingkan bibirnya lalu berjalan menghampiri Sarah "Ikut gue" Ucapnya lalu menarik tangan Sarah yang langsung ditepis oleh Sarah.

"Kita bukan mahram" Ucap Sarah membuat Kai teringat dengan pertemuan pertamanya bersama Sarah.

"Ya udah buruan jalan" Ucap Kai seraya memberi jalan untuk Sarah berjalan duluan. Sarah berjalan gontai menuju cafe depan tempat bimbelnya dengan Kai yang berjalan di sampingnya.

Tangan Kai memberi isyarat kepada para pengguna kendaraan bahwa ia akan menyebrang jalan, Kai juga memberi isyarat kepada Sarah agar berjalan duluan yang langsung diiyakan oleh Sarah.

Kai dan Sarah memilih duduk di kursi belakang dekat jendela setibanya mereka di cafe. "Lo mau pesan apa?" tanya Kai pada Sarah yang hanya terdiam sedari tadi.

"Hot chocolate" jawab Sarah.

"Makannya?" tanya Kai lagi.

Sarah mengeluarkan kotak makanan yang diberi Kai saat jam istirahat "Roti dari kamu masih ada kok, tadi belum sempat aku makan"

Kai menggelengkan kepalanya melihat kotak makanannya yang masih berisi roti 'Pantesan aja tadi megangin terus perut' gumam Kai.

Kai memanggil seorang waitres untuk memesan makanan "Hot chocolate satu, jus lemonnya satu sama spageti nya dua" Ucap Kai setibanya waitres di hadapannya yang langsung mencatat pesanan Kai.

"Ada lagi yang mau di pesan mas" Ucap sang waitres dengan ramah.

"Itu aja" Ucap Kai lalu sang waitres melenggang pergi.

Setelah kepergian waitres kesunyian dalam keramaian kini melanda Sarah dan Kai. Mereka saling terdiam satu sama lain, bergulat dengan segala pemikiran masing-masing.

Sarah menoleh ke arah Kai yang tengah memainkan ponselnya "Kenapa kamu peduli sama aku" Ucap Sarah membuat Kai sontak melihat kearahnya.

"Jangan geer dulu, gue cuman kasian aja sama lo" Ucap Kai lalu kembali memainkan ponselnya.

"Aku gak butuh di kasianin, aku masih bisa kok jaga diri aku sendiri tanpa belas kasian dari oranglain" Ucap Sarah.

Kai menyimpan ponselnya di saku celananya lalu menatap Sarah, "Gue tau kalau gue gak sepinter lo. Tapi gue tau gimana efek sampingnya telat makan bagi penderita maag dan lo juga pasti tau. Percuma banyak pengetahuan Ra, kalau gak di implementasikan pada diri sendiri dan cuman mikir buat nilai biar bisa tinggi" Jelas Kai sarkatis, membuat Sarah langsung terdiam. Menurutnya Kai benar, Sarah hanya mengetahui apa yang ia pelajari untuk nilai semata namun tak pernah ia implementasikannya.

"Maaf kalau kalimat gue barusan nyakitin lo" Ucap Kai.

"Gak perlu minta maaf, kamu benar aku terlalu terobsesi biar nilai aku tinggi" Ucap Sarah dengan nada parau. Kai juga sekilas melihat ada air mata yang keluar dari ujung mata Sarah namun ia langsung menyekanya.

Kai merasa bersalah atas ucapannya tadi, ia tidak bermaksud melukai perasaan Sarah. Ia hanya berniat membuka mata Sarah agar jangan terlalu fokus pada belajar tapi fokus pada kesehatannya.

"Maksud aku gak gi-" Ucapan Kai terpotong begitu seorang waitres datang membawa pesanannya yang langsung ia taruh di meja.

"Selamat menikmati, semoga suka" Ucapnya sebelum pergi dengan tersenyum ramah.

"Aku gak pesan spageti" Ucap Sarah begitu melihat ada spageti dihadapannya.

"Gue yang pesan buat lo" Ucap Kai seraya menggulung spageti miliknya.

"Masih ada roti kok" ucap Sarah lagi.

"Itu roti udah dari pagi, udah gak enak" Ujar Kai

"Gak papa, aku makan roti aja, soalnya minuman yang aku pesan juga hot chocolate. Gak enak rasanya kalau habis makan spageti langsung minum hot chocolate" Jelas Sarah.

Kai meruntuki dirinya, yang lupa memesankan minuman untuk Sarah "Lo gak akan kenyang kalau cuman makan roti doang" Kai menyodorkan jus lemon miliknya ke arah Sarah "Lo minum punya gue"

"Kamu gimana?" tanya Sarah

"Gue pesan lagi entar" Ucap Kai, lalu ia memasukkan spageti yang telah ia gulung-gulung di garpunya ke dalam mulut.

Sarah menurut yang diperintahkan oleh Kai, ia memakan spagetinya dan meminum jus lemon milik Kai. Entah kenapa kepedulian Kai terhadapnya sedikit berbeda ia rasakan jika yang peduli terhadapnya adalah oranglain.

Terimakasih yang sudah baca:)
Jangan lupa klik bintangnya dibawah:)

Perempuan KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang