Kebenaran yang Menyakitkan

1.9K 63 3
                                    

Mentari terbangun dari tidurnya, menyapa tiap insan yang tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Pagi ini tampak ada yang berbeda, Sahla sudah sibuk di balik dapur minimalis apertemen dibantu oleh Bi Elin. Beberapa hari ini Ia mulai membiasakan diri menjadi seorang Istri sesungguhnya, menyiapkan sarapan, menyiapkan baju kerja sang suami, membereskan rumah dsb. 

Tepat setelah kejadian malam itu, lebih tepatnya setelah mendapatkan serentetan nasehat dari sahabatnya, Firsa. 

"Aku minta maaf bukan bermaksud aku menasehatimu, tapi posisi kamu sekarang sudah berbeda La, kamu sudah memiliki suami, yang artinya banyak kepentingan rumah tangga yang kamu harus dahulukan. Menurutku Mas Sultan sudah sangat baik dengan memudahkanmu dari tugas rumah dengan adanya Bi Elin, tapi apa itu serta merta kamu bebas ingin melakukan banyak hal, hingga kamu sering pergi sampai pulang larut malam?" 

"Ingat, Surgamu sekarang ada pada suamimu, La, Ia mendambakan kamu menjadi seorang istri yang sesungguhnya tanpa kamu harus mengorbankan kuliahmu. Kamu bebas melakukan hal yang kamu inginkan selagi kamu sudah melaksanakan kewajibanmu sebagai  seorang Istri dan tentunya atas ridhonya." 

Kata-kata Firsa  membuat Sahla tertegun 

"Aku bukan tidak ingin melaksanakan kewajibanku tapi kehadiran tante Rindy membuatku tidak betah di rumah La." 

"Jadi hanya karena tante Rindy, La? Anggaplah tante rindy hanya ujian kecil yang kamu harus hadapi bukan untuk kamu jauhi."

Mengingat setiap bait kata-kata Sahla seolah tertampar, rasanya Firsa yang sudah lebih pantas untuk membina rumah tangga dari pada dirinya. Ia merasa sangat fakir ilmu dan lebih mendahulukan egonya.

"Sayang, ini bekal untukmu ya." Seru Sahla memberikan tempat makan berwarna biru. 

"Ma sha Allah, makasih sayang, Maaf ya aku buru-buru jadi tidak sempat sarapan bersama." Tuturnya memakai arloji berwarna silver. 

"Nggak apa-apa sayang, kamu hati-hati ya dan habiskan makanannya." 

"Pasti sayang." 

Sahla mengantar Sultan sampai depan pintu apertemen. 

"Aku berangkat dulu ya." Pamit Sultan yang kemudian Sahla mengecup punggung tangannya lalu Sultan mengecup kening Sahla. 

Pemandangan pagi yang amat romantis. yang selalu didambakan.

Sebisa mungkin Sahla masak di pagi hari dan sore sepulang kerja suaminya. Bi Elin banyak membantunya untuk belajar memasak. 

Sekembalinya ke dapur,  tampak Tante Rindy keluar dari kamarnya. 

"Tante kita sarapan bersama." Ajak Sahla sembari duduk di salah satu kursi meja makan.

"No, Thanks." Ucapnya membuka kulkas dan mengambil beberapa buah.

Sahla hanya menghela nafas mendapatkan penolakan lagi dari Tante. 

"Tante biar Sahla yang buatkan smootiesnya." Sahla menghampiri tante yang sibuk mengupas buah  untuk membuat smooties.

"Kamu nggak perlu sok baik!" Gertak Tante membuat Sahla beringsur kembali ke meja makan, melanjutkan sarapannya. 

Tak berapa lama tante ikut duduk di meja makan, Ia meminum smooties yang tadi dibuatnya dan memakan beberapa buah yang terhidang diatas meja. 

"Oh ya tante sedang mencari penjahit baju untuk desain-desain tante ya? kebetulan Ibuku dulu seorang penjahit dan alhamdulillah jahitannya selalu bagus, mungkin bisa coba membantu tante." 

"Apa? kita tidak selevel. penjahit tante harus sudah yang go international, bukan penjahit kampungan!" Lagi-lagi Sahla dibuat beristigfar atas kata-kata tante yang kembali menyakitkan. 

Pernikahan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang