Penguntit

1.5K 69 2
                                    

Cinta membuat seorang Ammar harus mengalah. Tidak ada lagi alasan untuknya berada di kampus, karna apa yang Ia perjuangkan bukanlah menjadi takdirnya, baginya menjauh adalah satu cara terbaik untuk mengikhlaskan takdir yang bukan menjadi miliknya. 

Ikhlas memang tidak semudah yang dibayangkan, meski sudah berusaha untuk melupakan, bayang-bayangnya tak lepas dari pelupuk mata laki-laki arab ini. Jika Ia tetap berada dalam satu lingkungan dengannya tentu akan sangat sulit untuk sekedar melupakan perempuan itu. 

Urusan cinta membuatnya harus resign dari profesinya sebagai Asisten Dosen, namun bukan itu alasan yang ditunjukkannya kepada dekan fakultas komunikasi, melainkan karena mendapatkan pekerjaan lain yang sesuai dengan keinginannya. Padahal Ia sudah diminta untuk melanjutkan menjadi dosen pengganti di mata kuliah yang diajarkan Pak Hakim di semester depan. Bahkan ditawari beasiswa S2 agar bisa menjadi dosen tetap disana. Lagi-lagi Ia menolak. 

Sejak mengetahui Sahla sudah menikah Ia berniat untuk resign dan mulai mencari pekerjaan baru. Bukan sekedar untuk melenyapkan perasaannya melainkan juga untuk menemukan takdir yang lain.

Tak sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru, apalagi atas bantuan teman yang menjadi orang dalam. Sehari sebelum pertemuan terakhirnya dengan Sahla Ia sudah diterima di tempat kerja yang baru dan kemarin adalah hari terakhir Ia berada di kampus untuk menyerahkan surat pengunduran diri. Ia memang tidak ingin berlama-lama menganggur terlebih harus membiayai rumah sakit Ibu. 

Hari ini, hari pertamanya bekerja dengan profesi yang baru. 

Ia parkirkan mobil di depan sebuah rumah sakit nan megah. matanya melihat jam dipergelangan tangan, sepertinya Ia sudah telat. Ammar segera keluar dari mobil melangkah masuk ke lobby rumah sakit. Sambil mengingat-ingat nomor kamar narasumbernya, akhirnya Ia mendatangi resepsionis. 

Ya, kali ini Ia berada di rumah sakit untuk menemui salah satu narasumber yang akan menjadi topik berita hari ini. 

Pagi tadi Ia ditugaskan untuk mencari informasi mengenai kecelakaan tabrak lari yang terjadi semalam. Setelah mengunjungi TKP Ia meluncur ke rumah sakit menemui korban. 

Setelah diberitahu resepsionis Ia segera melangkah menuju lift, namun ekor matanya menemukan sosok perempuan dengan pakaian yang masih sama dengan yang kemarin Ia temui keluar dari lift menuju lorong sebelah kanan. Alisnya mengkerut. 

Apa yang Sahla lakukan disini? 

Ammar masih mengingat kemarin saat Ia berpamitan dengan Sahla suaminya tampak menunjukkan amarah memergoki sahla tengah duduk bersamanya. Suaminya itu pasti sudah salah paham padanya. Ammar tahu itu salahnya dan Ia merasa tak tenang jika terjadi sesuatu pada Sahla karna dirinya. 

Ia membututi perempuan itu sampai di mushola. Untungnya memakai topi, maka perempuan itu tidak engeh dengan keberadaanya. 

Ia memperhatikan Sahla hingga selesai sholat dan berdoa, entah apa yang dipanjatkan perempuan itu namun airmatanya tampak masih membekas di pipi. Rasa penasarannya semakin tinggi akhirnya Ia mendekati Sahla saat keluar dari mushola. 

"Sahla apa yang kamu lakukan disini?" tanya Ammar mendekati Sahla.

Ia tampak kaget melihat Ammar berada di hadapannya. 

"keluarga saya sedang dirawat disini." ucapnya datar menundukkan kepalanya.

Lagi-lagi Sahla bersikap dingin padanya. Ia tahu pasti ini karena kejadian kemarin.

"Sia..?" kata-katanya terpotong.

"Maaf, saya duluan." Pamit Sahla.

Ammar menghela nafas. Setelah berfikir panjang Ia kembali mengikuti Sahla, menunggu sampai Sahla masuk ke lift, lalu melihat layar diatas pintu lift sampai berhenti disatu lantai,  setelah tahu lantai berapa yang dituju Ia menaiki lift selanjutnya. Menekan tombol yang sama.

Pernikahan SurgaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu