Serba Salah

1.4K 51 9
                                    

Sahla tidak mengerti mengapa dirinya akhirnya ingin ikut ke rumah sakit bersama Ammar. Ia hanya khawatir, sedari tadi Ammar tampak resah dan gelisah. Bahkan menyetirpun amat tak biasa, melarikan avanza hitamnya dengan amat kencang, membuat jantung sahla berpacu hebat.

Ia pernah berada diposisi Ammar, hati diliputi kecemasan dan rasa takut saat mendengar kabar Ayahnya dilarikan ke rumah sakit. Tentu kecemasan menguasai diri Asdosnya ini. Dulu Sahla sampai meminta Sultan untuk mempercepat laju mobilnya padahal jalanan sedang padat merayap.

Setelah penikahan Sahla memang langsung tinggal bersama Sultan. Sungguh pernikahan yang amat kilat, bahkan sahabat-sahabatnya hanya beberapa yang datang karna kabar pernikahan Sahla terbilang sangat mendadak. Acaranyapun diselenggarakan dengan sangat sederhana, akad dan tasyakuran biasa, itupun di saat masa libur kuliah semester lalu.

Dosen-dosennyapun tidak ada yang tahu bahwa Ia sudah menikah. Bukan ingin merahasiakan hanya saja agar para dosen tidak membatasi ruang geraknya sebagai mahasiswi apalagi jika mengetahui Ia sudah hamil beberapa bulan lalu. Ia ingin tetap diperlakukan sama dengan mahasiswi lainnya. Maka tak salah jika laki-laki disampingnya ini tidak menahu mengenai pernikahan Sahla, apalagi Ia baru kembali mengajar di kampus.   

"Astagfirullah! Kak hati-hati!" pekik Sahla saat mobilnya hampir menyerempet motor. 

Andai Sahla bisa menyetir Ia ingin dirinya saja yang menyetir. Bukan Asdosnya yang kini mulai kalap mengendarai mobilnya.

"Aku tau Kaka khawatir tapi jangan sampai membahayakan diri!" Seru Sahla membuat laki-laki itu akhirnya menghentikan aksinya untuk ngebut. 

Tiba dirumah sakit keduanya menuju ruang rawat inap, tempat sang Ibunda dirawat. Tampak di depan pintu ada perempuan belia umurnya sekitar 15 tahun segera berhambur memeluk Ammar. Sepertinya itu adiknya.

"gimana keadaan mama, Ni?"

"Mas Mama... " Ia menangis tersedu-sedu dipelukan sang kakak.

"Tenang ni, mama pasti baik-baik saja, sudah jangan menangis." ujar Ammar menghibur sang adik, menepuk pundaknya yang ringkih, meski tampaknya Iapun larut dalam kesedihan. 

Pemandangan yang membuat Sahla teringat ayahnya saat kritis dulu. Kesedihan yang begitu menyayat hati. 

Tak berapa lama Dokter dan suster keluar.

"Bagaimana keadaan Ibu dok?" 

"Tenang mas, saya sudah menstabilkan ibu Marini. Kondisinya mulai membaik. Sekarang biarkan ibumu istirahat ya."

Penjelasan Sang dokter membuat Ammar bernapas lega.

"Terima kasih dok." ucapnya. 

Seketika Sahla mendengar cerita yang mengalir dari bibir adiknya. Saat tadi menjaga sang Ibu yang 2 hari ini   dirawat di rumah sakit atas penyakit kerapuhan tulang (Osteoporosis) yang beberapa bulan ini diidapnya, Aini melihat Ibunya kesakitan merasakan tulang punggungnya remuk seperti dihantam ribuan batu. Alhasil Aini melaporkan kepada perawat dan menghubungi para kaka. Ammar dan kaka perempuannya. 

"Sudah tidak apa-apa Ni, Ibu sekarang sudah membaik. Biarkan dia Istirahat." Adiknya mengangguk sembil mengikis tangis dipipinya.

"Mbak kemana?" 

"Mbak belum datang, Mas." 

Tak lama seseorang datang. Perempuan yang tampak hamil tua. sosok yang wajahnya tak asing di mata Sahla. Ah ya ini perempuan yang pernah Ia lihat di wisuda Ammar, yang membuat dulu hatinya hancur melihat Ammar bersama perempuan ini, yang Ia sangka adalah calon istri asdosnya. Ternyata apa yang Ammar katakan benar, dia adalah kakak kandungnya. 

Pernikahan SurgaWhere stories live. Discover now