Terkuak Lagi

1.8K 97 5
                                    

Di tengah hujan deras Sultan melarikan mobilnya meninggalkan pemakaman umum. Melaju menuju rumah sakit terdekat. Raut wajahnya menampakkan kekhawatiran, sesekali Ia melirik Sahla yang terbaring di kursi sebelahnya ditengah Ia menyetir. Berharap kedua mata perempuan yang dicintainya itu membuka mata namun beberapa kali melirik mata itu masih tetap tertutup rapat. 

Sesampai di rumah sakit, Ia segera turun kemudian membopong Sahla masuk ke lobby rumah sakit, seketika Ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang hingga seorang petugas mendorongkan brankar, Ia taruh tubuh istrinya yang basah kuyup diatas brankar dan mendorongnya mengikuti perawat yang membawanya. Apa seperti ini juga kecemasan istrinya saat Ia pingsan dulu? Sungguh tak bisa dibayangkan, bahkan Ia saja cemas setengah mati. 

Ia hanya mampu mengantar sang istri sampai depan pintu kamar UGD. Dokter dan perawat memeriksa kondisi istrinya. Sultan terdiam pilu dengan tubuh yang sembab di depan pintu kamar dengan masih mengatur nafasnya. Bibirnya berkali-kali bertasbih. Harapnya tidak terjadi apa-apa dengan istrinya. 

Tak berapa lama seorang dokter keluar. Hatinya semakin dirundung rasa waswas. Apa yang terjadi dengan istrinya? 

"Bagaimana keadaan Istri saya dok?" tanya ketika dokter berhijab keluar ruang istrinya.

"Tenang Pak, Istri bapak pingsan karna mengalami demam, tekanan darahnya menurun kemungkinan karena kehujanan." 

"Apa keadaannya sudah membaik, dok?" 

"Alhamdulillah sudah, tapi harus banyak istirahat, sebentar lagi dia akan sadar."

sepeninggal dokter Sultan segera masuk ke ruang rawat istrinya. Ia merasa amat bersalah telah membuat istrinya kelelahan hingga jatuh sakit. Lagi-lagi ini salahnya. Harusnya Ia tak memikirkan egonya dengan menghukum Sahla seperti ini. 

Ia hampiri tubuh perempuan yang kini terbaring lemah yang sudah berganti pakaian dengan pakaian rumah sakit. Diusapnya lembut wajah bening Sahla lalu diciumnya kening istrinya itu. 

"Maafkan mas, membuatmu menderita seperti ini, Sayang." Gumamnya memandangi wajah lembut Sahla yang terlelap. 

Tak berapa lama mata Sahla terbuka perlahan. Ia mengerjap demi dapat melihat sempurna. Matanya memutar melihat sekeliling ruangan. 

"Alhamdulillah kamu sudah sadar, sayang." Ucap syukur Sultan menatap Sahla. 

"Aku dimana, Mas?" tanya Sahla berusaha mendudukan dirinya. 

"Di rumah Sakit, tadi kamu pingsan, makanya Mas bawa kesini, kamu harus banyak istirahat sayang." Mendengarnya Sahla menghela nafas. 

"Maafkan Sahla Mas, Sahla merepotkan Mas." keluhnya.

"Tidak Sayang, Mas yang seharusnya minta maaf telah membuatmu seperti ini. Apa kamu memaafkan mas?" Sahla mengangguk senyum.   

"Mas, boleh aku peluk mas lagi?" Tanyanya menatap Sultan. 

Tanpa menjawab Sultan segera merengkuh tubuh Sahla. Tampak bulir embun runtuh dari pelupuk mata Sahla. 

"Makasih ya mas." ucap Sahla dalam pelukan.

"Lho, kenapa nangis?" 

"Aku senang akhirnya kamu kembali Mas, dan aku bisa memelukmu lagi." ucapnya bertambah bulir-bulir itu runtuh. 

"Maafkan mas sudah keterlaluan padamu, mengabaikanmu, kasar padamu. Padahal Mas sudah janji untuk membahagiakanmu." Sesal Sultan. 

"Nggak papa Mas, Sahla yang salah, Sahla patut dihukum seperti itu." lirihnya tertunduk dengan bulir yang masih jatuh. 

Pernikahan SurgaOnde histórias criam vida. Descubra agora