Bertemu Lagi

1.6K 88 7
                                    

Sultan terduduk diatas ranjang dan masih berusaha mengatur nafasnya dengan memijat lembut dadanya, matanya kemudian melirik Sahla yang baru masuk kamar dengan membawa nampan berisi air putih dan piring kecil berisi obat-obat. 

Sahla menaruh nampan diatas meja rias, kemudian membawa segelas air dan piring kecil tersebut ke hadapan suaminya. 

"Mas, obatnya diminum dulu." ucap Sahla menyodorkan obat. 

Sultan mengambil obat tersebut kemudian menelannya, Sahla menyerahkan gelas yang langsung diminum oleh suaminya itu. 

"Makasih." ucap Sultan, setelah meminum obat. Sahla membalas dengan senyuman. 

"Apa sudah merasa baikan, Mas?" Tanya Sahla. 

"Lumayan." balasnya. Tampaknya sesaknya sudah sedikit reda. 

"Alhamdulillah, kalau gitu mas istirahat, sudah jam 10 malam lewat." Sultan terdiam dengan tatapan kosong. 

"Mas?" panggil Sahla menyentuh tangan suaminya. 

"Jangan terlalu difikirkan." Lanjutnya. 

"Aku masih tidak menyangka dengan kenyataan ini. Aku... penyebab kematian sahabat kecilku, Zahra." 

"Ini bukan salah mas, kematian kak Zahra adalah takdir Allah." ucap Sahla dibalas gelengan Sultan. 

"Andai dia tidak menjenguk mas saat itu mungkin dia tidak akan mengalami kecelakan itu, mungkin dia masih hidup sekarang, dan kamu tidak akan kehilangan kakakmu." 

"Istigfar Mas! jika Allah sudah berkehendak untuk memanggilnya bagaimanapun caranya kita tidak bisa mencegahnya, kamu harus ikhlas, jangan seakan menyalahkan takdir Allah." Kata-kata itu sukses membuat embun mengalir dari mata elang suaminya. 

"Mengapa dia memberikan jantungnya untukku?" 

"Kata Ibu Karna kemungkinan untuk dia hidup sangat kecil, Mas, makanya kak Zahra memberikan jantungnya untukmu, Ia tahu Mas sangat membutuhkan jantung itu. Selain itu karena Kak Zahra sayang sama Mas." Lagi-lagi air matanya runtuh. 

"Kamu pasti terluka saat mengetahui ini kan, sayang?" Sahla seketika dibuat terdiam dengan kata-kata suaminya. Awal Ia mengetahui memang sangat terluka dan kecewa. 

Sahla menarik nafas. 

"Terluka pasti ada Mas, tapi aku tidak ingin menjadi orang yang egois, Kakak dan Ayah saja ikhlas menerimanya, mengapa aku tidak? Kini bukan saatnya untuk itu, yang ingin aku lakukan adalah terus memperbaiki diri, menjaga dan menyayangi orang-orang yang kusayang, apalagi kak Zahra ada di dalam dirimu Mas, maka aku merasa Ia dekat denganku." Sultan menatap Nanar Sahla, Ia tidak percaya istrinya begitu bijak. 

"Mas, aku mohon jangan sampai apa yang Kak Zahra korbankan untukmu sia-sia, mari kita sama-sama menjaganya, menjaga amanah dari kak Zahra dan tentunya amanah yang Allah berikan pada kita." Tutur Sahla lagi.

"Bukankah mas ingin berbuat sesuatu untuk Kak Zahra? pintaku hanya itu mas." Tanpa kata Sultan berhambur memeluk istrinya.

"Makasih ya sayang." 

"Iya Masku sayang, aku mohon lagi agar kamu memaafkan mama dan papa juga. Mereka tidak Salah." 

"Mereka tetap Salah! karena sudah menyembunyikan itu semua dariku!" 

"Mas, itu permintaan ayahku, untuk merahasiakannya dari kita." Sultan mengeryitkan alis mendengarnya. 

"Jadi kumohon jangan musuhi mama dan papa."  Sultan menarik nafas berat. 

"Baiklah." ucapnya mengangguk berat. 

Keduanya pun terlelap dalam buaian mimpi. 

Meski rasa kesal atas kejadian semalam masih tersisa, Ia tak menampakkannya, Ia sudah janji pada istrinya, maka tetap bersikap baik pada Mama dan Papa. Sarapan pagipun dilalui dengan tanpa perdebatan.

Pernikahan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang