Part 32

21 6 0
                                    

Kini terbaring lemas sekarang gadis hybrid dengan hidung lancip dengan mata sayu yang terpejam

"Alvin"

"Iya om"

"Kamu sayang kan sama Stephanie"

"Iya om sangat"

"Jauhin dia yah"

"Tapi kenapa om, saya sayang dengan putri om saya akan melakukan apapun untuk dia om"

"Jauhi dia itu yang harus kamu lakukan Alvin"

"Tapi kenapa?"

"Karena dia sayang sama kamu"

"Kalau dia sayang sama saya om kenapa dia lari dari saya, kenapa ia menyiksa dirinya sendiri?"

"Karena Stephanie sakit Leu-"

"Sakit apa om?"
Tanya Alvin menggebu-gebu, David hanya terdiam

"Hah"
David menghembuskan nafasnya berat karena pasrah, lalu mulai menjelaskan meski Stephanie tak ingin ayahnya berbicara tentang ini pada Alvin tapi David harus bicara sekarang

"Stephanie"

"Kenapa om?"

"Meni leukimia"

"Kangker darah?"
Tanya Alvin tak percaya

"Yah, Meni tidak ingin kamu tahu jika dia leukimia, itu sebabnya dia putusin kamu jadi dengan itu kamu melupakan Meni dan mencari pengganti dia dihati kamu Alvin, dia tidak ingin kamu memiliki pacar yang penyakitan seperti dia, dia ingin kamu bahagia Alvin"

"Gue salah selama ini gue pikir Stephanie-"
Batinnya

"Arghhh"
Erangnya merutuki sikapnya

"Tapi kenapa om dia nyakitin dirinya sendiri"

"Dia cinta sama kamu itu alasannya"

"Alvin cinta sama Meni om, jadi Alvin mau menemani Meni sampai sembuh om Alvin janji"

"Tapi itu mustahil Alvin"

"Meni tak memiliki waktu yang lama untuk hidup, apa kamu mau"

"Setidaknya saya menemaninya disisa hidupnya om"

"Ok, jaga dia baik-baik"

"Pasti"

"Alvin!"
Panggil Rio yang berjalan kearahnya bersama dengan Kesya, Jevon, Gio, Raina, dan Alea

Alvin menoleh kearah teman temannya

"Eh om"
Ucap Jevon menyalami tangan David di susul teman-temannya

"Vin gimana Meni? Baik?"
Tanya Jevon memastikan jika Stephanie baik-baik saja

"Meni-"
Ucap Alvin menggantung lalu menatap David bertanya apakah ia boleh memberitahukan keadaan Stephanie, David mengagguk setuju

"Meni sakit Leukimia"

"Apa!"
Pekik Raina

"Ngak mungkin lo becanda kan bro"
Ucap Rio

"Ini beneran Vin"
Tanya Jevon, Alvin mengangguk lalu menunduk

Spontan Raina, Kesya dan Alea menutup mulutnya tak percaya

"Yang sabar bro"
Nasehat Gio mengelus punggung sahabatnya

"Meni kuat kok lo harus percaya itu, dan lo harus jaga dia baik-baik"
Kini Jevon yang menyemangatinya, Alvin bersyukur memiliki sahabat yang pengertian seperti mereka

"Iya pasti, makasih yah"

"Iya sama-sama"

~~~

Matanya coklatnya mengerjap untuk berbaur dengan cahaya di ruangan bernuansa putih ini

"Hi Meni"

"Kamu kenapa disini?"
Alvin hanya tersenyum

"Aku ngak papa kamu pulang aja"
Ucap Stephanie judes, namun Alvin masih setia dengan senyumnya

"Aku udah tau semuanya"

"Kamu tau apa?"

"Aku tau kenapa kamu putusin aku, aku tahu kenapa kamu jauhin aku, aku tahu semuanya"
Seketika Stephanie terdiam menatap Alvin

"Kalau kamu tahu semuanya trus kenapa kamu masih disini"

"Aku disini karena aku cinta sama kamu"
Meni menangis menatap Alvin

"Jangan nangis, ijinin aku nemenin kamu yah"
Ucapnya mengusap sisa airmata Stephanie

"Walaupun ini singkat?"
Tanya Stephanie

"Iya walaupun takdir tidak berpihak ke kita"

"Janji?"
Tanya Stephanie mengacungkan jari kelingkinya pada Alvin

"Janji"
Alvin menerima jari Stephanie

Sedari tadi Alea merasakan sesak dihatinya tapi ia tak boleh egois

~~~

Stephanie sudah membujuk ayahnya jika agar tidak membawanya untuk berobat disana toh jika umurnya singkat ini sudah takdir karena nyawa tidak berpihak pada kecanggihan mesin yang dipakai tapi berpihak pada takdir Tuhan pikirnya

Sudah seminggu Stephanie dirawat dengan berbagai alat yang terpasang ditubuhnya, sudah seminggu juga Alvin selalu menciptakan senyuman di wajahnya, entah dengan lelucon atau dengan peristiwa serius yang Alvin ceritakan namun konyol menurut Stephanie, hanya sesederhana itu

- Tbc

Waiting For You  Where stories live. Discover now