Part 41 (End)

15 2 0
                                    

"Pagi Pah, Pagi..."
Ucapan Alea digantung, ia tak tahu harus memanggil apa wanita yang telah menjadi pendamping Ayahnya

"Panggil aja Mama"
Jawab Ayahnya yang kini melahap Selembar roti selai nanas

"Pangil Ibu aja, Mama kamu tetap Mama kamu Alea"

"Iya Bu"
Jawab Alea kikuk

"Al"
Panggil Ayah Alea menatap Anak semata wayangnya

Alea menoleh

"Kapan kamu nikah sama Alvin"

"Ngak tau pah"
Ucapnya cuek

"Loh, orang mau nikah kok ngak tau"

"...."
Alea tak menjawab, bagaimana bisa ia menikah jika Alvin ke Singapura dengan alasan pekerjaan

"Kemarin dia datang di kantor Ayah"
Seketika Alea menghentikan aktifitasnya

"Kok dia ngak ngabarin? Tuh kan ngak serius emang dia pah, ngapain coba ketemu sama papa? Emng papa yang mau nikah sama Alvin?"
Hey tunggu, kemana Alea yang pendiam, irit bicara dan cuek dengan segalahal

"Yah kali Al, Dia datang buat lamar kamu"

"..."
Alea bungkam, dia seketika ingin tersenyum senang tapi disisi lain ia masih marah dengan Alvin karena tak memberi tahukan jika ia akan datang di Indonesia

"Pah Alea berangkat yah"
Buru buru Alea menyalami tangan Ayahnya, Ayahnya menyambutnya lalu mengecup kening Putrinya, itu sudah rutinitas mereka

"Bu a aku berangkat"
Tingkahnya canggung pasalnya ini kali pertama ia menyalami tangan seorang Ibu

~~~

Tangannya bergerak menaruh jas putih di kursi hitam yang menemaninya menemui pasien

"Sepi hari ini yah"
Ucapnya tengah duduk di kursi kesayangannya

"Eh Dok, misi dok"
Sebuah staf pembersih datang menghampiri ruangan Alea

"Loh kan ruangan akan di bersihkan saat saya sedang libur, ini kenapa jadi dibersihkan"
Tanya Alea lugu

"Loh Dok hari ini anda tidak ada janji, itu artinya anda libur"
Jelas seorang staf, Alea kini memeriksa jadwalnya

"Hah iya saya lupa"
Jawabnya setelah melihat ternyata jadwalnya memang kosong hari ini, bagaimana bisa seorang dokter melupa jadwalnya? Itu batinnya yang menyalahkan dirinya sendiri

~~~

"Hai dokter"
Seorang bersuara di belakang Alea yang hendak membuka pintu mobilnya, Alea hanya melirik Alvin yang menampakkan senyum manisnya seolah hanya melihat sesuatu yang tak berguna

Kesya melanjutkan aktifitasnya namun sebuah tangan mencegah agar pintu mobil Alea tertutup kembali

"Apa sih Vin?"
Tanyanya jengah

"Do you wanna hugh me?
Tanya Alvin penuh percaya diri

"Dah lah"
Ucapnya malas lalu kembali
membuka pintu mobilnya

"Et et et"
Alvin menahan pintu mobil Kesya

"Bener ngak kangen? Hmm?"

"Ngak"
Jawab Alea lalu dengan cepat masuk ke mobil lalu menjalankannya

"Lah gua datang salah gua pergi apa lagi? Alea pas lahir kaya gimana yah? Ngeri bayanginnya, untung calon Istri"
Ucapnya mengelus dadanya

~~~

"Key?"

"Hmm?"

"Kamu abis kemana?"

"Abis nonton"

"Aku nunggu empat jam lo, aku pikir kamu udah pulang"

"Aku telpon kamu tadi ngak diangkat yaudah aku pergi sendiri"
Ucapnya meninggalkan Rio yang msih mengatur nafasnya

"Kuatkan hambamu"
Ucapnya pasrah melihat Kesya sekarang

"Key tunggu dong"

~~~

"Jev"

"Iya mah"

"Ayahmu mau bicara sama kamu"
Tumben sekali Ayah Jevon ingin bicara dengan anaknya

Cklek

Sebuah pintu terbuka, Jevon melihat malas seorang parubaya yang duduk menunggunya

"Ada apa?"
Jawabnya to the point

"A Ayah ingin bicara dengan mu nak"
Jevon tersenyum miring seolah meremehkan, baru kali ini Jevon mendengarkan Ayahnya mengakui bahwa Jevon adalah anaknya

"Aku tidak punya waktu, bicaralah"
Ayahnya hanya bisa menghela nafas ia mengakui bahwa dia salah, ia tahu bahwa ia sering membandingkan Jevon dengan kakaknya, selalu merendahkan Jevon selalu tidak percaya terhadap anaknya tapi yang ia lihat sekarang berbanding terbalik, Jevon sekarang membukatikannya dengan menjadi CEO sukses dan tampan bahkan model di berbagai majalah ternama, jauh dari kata buruk

"Ayah minta maaf nak"

"Sudah lah Ayah hanya-"

"Ayah tahu Ayah tak pantas di maafkan, Ayah terlalu tergila-gila oleh saham dan jabatan dan tidak peduli denganmu dan merendahkanmu Jevon, namun sekarang Ayah sadar Ayah rela melepas semua saham dan jabatanku sekarang"
Jevon terdiam sekarang, dimana Ayahnya yang tergila-gilang dengan saham

"Dan juga kau boleh melakuakn apapun yang kau suka, kau juga boleh memukul Ayah bahkan membunuh Ayah"
Mata Jevon membulat ia sadar bahwa Ayahnya tidak main main dengan ucapannya

"Di berangkas Ayah ada sebuah pistol disana kau bisa membukanya, kodenya adalah hari ulang tahunmu Jevon, kau boleh mengambilnya dan membunuh ku di hari ulangtahun mu ini"
Jevon mulai mengepalkan tangannya, ia memulai langkahnya menuju seorang paruh baya yang menatapnya tenang dengan sebuah harapan
Tapi tunggu Jevon duduk melantai menghadap sang Ayah

"Ayah aku minta maaf"
Ucapnya memegang kaki Ayahnya namun Ayahnya dengan sigap membantu Anaknya berdiri lalu merangkulnya

"Kau sungguh baik Jevon"
Ayahnya sangat senang hari ini, ia tak pernah merasa sangat bahagia seperti saat ini

"Ayah"
Panggil Jevon melepas pelukannya

"Iya?"

"Aku ingin-"

"Ayah tahu, Ayah sudah melamar wanita yang kau sukai"

"Bagaimana bisa Ay-"

"Ayah tahu segalanya"

"Tapi dia dari-"

"Apa itu masalah? Ayah tak memperdulikan seberapa kaya orang itu, yang terpenting Ayah tahu dia adalah orang baik"
Ayahnya benar-benar berubah

"Jadi Ayah melamarnya tanpa ku?"

"Ya"

"Bagaimana bisa Ayah? Aku bahkan belum tahu apa yang akan ku lakukan selanjutnya setelah menikah"

"Berikan Ayah cucu"

~~~

"Alea"

"Hmm?"

"Diem mulu"
Alea hanya menatap Alvin sekejap lalu kembali mengaduk jus alpukat miliknya

"Al aku cuma mau bilang kalau-"
Alvin sengaja menggantungkan ucapannya agar Alea merespon namun nihil Alea tak merespon

"Hmm kalau aku bakal undur jadwal nikah kita"

"Apa? Kamu serius ngak sih Vin? Buat apa aku nunggu kalau gini" mending ngak usah nikah kalau gi-"

"Stttt"
Sebuah jari menempel di bibir Alea

"Yaudah kita nikah besok"

















-End

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Waiting For You  Where stories live. Discover now