Part 33

20 5 2
                                    

Alvin kini bersiap untuk menjenguk Stephanie yang masih dirawat dirumah sakit

Matanya tertuju pada toko bunga yang berada dipinggir jalan, seringai tergambar diwajahnya melihat-lihat bunga apa yang cocok untuk Stephanie

"Cari apa mas?"

"Bunga"

"Buat pacarnya yah mas"

"Iya"
Ucapnya menggaruk tekuknya yang tak gatal

"Nih ada banyak mas tapi buat pacar mas ini deh kayanya"
Tunjuk Ibu itu memperlihatkan bunga lily putih

"Itu aja bu"

"Baik mas"

Tak lama menunggu bunga itu di bungkus oleh pernjualnya hanya 3 menit

"Ini mas"

~~~

Stehpanie merasa dirinya tak lama lagi untuk merasakan dunia, ia sudah putus asa sekarang

Tangannya meraba mengambil secarik kertas dan mulai menggoreskan pesan

Air matanya mengalir menulis kata demi kata, akhirnya semua pesannya telah tertuliskan walau sang pembaca akan melihatnya setelah nadinya berhenti berdetak lagi

Cklekkk

"Hai Meno"
Alvin memang memanggil Stephanie Meni namun Alvin sering mempleseti namanya menjadi Meno

Dengan sigap Stephanie menghapus air matanya lalu tersenyum seolah semua baik-baik saja

"Kok nangis?"

"Ngak nangis kok"

"Ok ok nih buat kamu"

"Dapat dari mana? Nyolong yah"

"Enak aja ini beli"

"Boong, muka kamu aja kaya maling hhhh"
Stephanie tertawa meledek Alvin

"Kamu masih bisa tertawa padahal tubuh kamu sakit, kamu memang kuat Meni, maafin aku ngak bisa buat apa apa"
Batinya menunduk

"Kamu kenapa, aku cuma becanda kok"
Ucapnya melihat Alvin menunduk lesu

"Iya tahu, tapi bukan itu"

"Trus apa"

"Maaf yah Meni aku ngak bisa buat apa apa"

"Ngak lah malah kamu yang buat aku kuat"

"Oh kalau gitu aku mau imbalannya"

"Jadi kamu nemenin aku ngak iklas gitu?"

"Iya dong mana ada yang gratis, ngak ada kan"

"Dasar matre, kamu mau apa?"

"Kamu kuat kan Meni, kamu harus kuat buat aku kalau gitu, dan janji ngak akan pergi, gimana?"
Stephanie diam bagaimana bisa ia melakukan itu dia tak punya banyak waktu lagi

"Vin aku haus, ambilin minum dong"

"Ngak usah alihin pembicaraan"
Stephanie kembali diam

"Meni kamu janji yah?"
Alvin menggengam erat tangan Stephanie sekarang ia berharap banyak pada meni, Dengan berat Stephanie mengangguk

"Ok aku janji bakal kuat"
Ucapnya berbohong

"Maaf Vin aku harus pergi, ini udah hukum alam"
Batinnya

"Janji?"
Alvin mengajukan jari kelingkingnya

"Janji"
Stephanie membalasnya

"Maafin aku Vin maaf"
Batinnya menangis

Waiting For You  Where stories live. Discover now