9. 꿈- Dream

2.3K 176 13
                                    

Votee''

Happy Reading💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading💚

    Aku merasa bersalah, ini tidak mungkin—aku tidak mungkin bisa menerima ini, maksudku mana mungkin aku dan Jimin akan menikah, bahkan berita perjodohan ini sudah tersebar luas di seluruh Korea Selatan. Sejak Yoongi datang ke kamarku, aku menolaknya, maksudku ia ingin menciumku tapi aku menolaknya dan saat itu juga aku mengusirnya.

Aku benar-benar tidak bisa percaya dengan semua ini, bahkan Jimin setuju-setuju saja dengan perjodohan ini. Aku semakin gila. Ini membuatku bingung aku tidak mungkin bisa menikah dengan Jimin—Tidak akan mungkin.

"Jiyeon-ah." aku menoleh kesamping, tepat dimana Jimin berada disana dengan senyumnya yang hangat. Aku masih menatapnya tak percaya, dia benar-benar setuju dengan perjodohan ini? Sungguh aneh?

Aku menghela nafas pasrah dan kemudian berdiri, mataku kembali menatap kedepan dengan pemandangan sungai Han.

"Kau yakin dengan keputusanmu?" tanyaku tiba-tiba, aku sedikit menoleh kearah Jimin masih menunggu jawaban darinya hingga Jimin mengangguk pelan.

"Aku mencintaimu Jiyeon." satu tusukkan pedih menancap tepat dihatiku, ini tidak mungkin—perasaanku sekarang tidak untuk Jimin. Tidak—aku bukan Jiyeon yang dulu, aku bukan Jiyeon yang selalu suka dengan sikap manis Jimin, sekarang berbeda. Aku sudah berbeda.

Aku menghela nafas berat. Pandanganku menatap kedepan dengan dingin dan datar.

"Kau ti—,"  aku menghentikan ucapan Jimin dengan menarik lengan tangannya yang hangat.

"Aku pusing, bisakah kita pulang?" pintaku, mataku masih terpejam aku dan merasakan jika Jimin melepaskan tanganku dari lengannya dan berakhir dengan Jimin menggenggam tanganku.

"Kau ingin menangis?" aku perlahan membuka mataku, wajah kami tidak terlalu jauh, lebih tepatnya sangat dekat, aku masih diam membisu dengan menatap mata Jimin.

"Mendekatlah, menangislah dipelukanku." ujar Jimin, tanpa menunggu jawaban dariku Jimin sudah menarik tubuhku, dan benar saja. Aroma parfum Jimin dan aroma tubuhnya sangat menenangkan, aku memejamkan mataku erat dibalik pelukan ini. Mencari jalan ketenangan seperti dulu.


******


   Aku tak bisa menahan semua ini, rasanya benar-benar sakit dan kecewa. Sangat menyakitkan, aku tidak yakin—aku tidak bisa merelakan Jiyeon bersama Jimin. Tidak untuk gadis itu. Jari-jariku masih mengetuk setir mobil, pandanganku masih kearah kampus Jiyeon. Sudah lebih dari satu minggu aku tidak bertemu dengannya, lebih tepatnya dia menghindar dariku, bahkan Jimin selalu mencari alasan yang tepat untuk menutupi Jiyeon.

Sekarang tidak lagi, aku ingin semuanya berakhir,  mataku masih memandang kedepan Jiyeon sudah berada disana, tapi sayangnya masih banyak orang-orang disekitar Jiyeon, aku masih menunggu dengan sabar hingga hanya tinggal beberapa orang dan dengan cepat aku keluar dari mobil dengan masker hitam di wajah ku dan hoodie abu-abu yang menutupi kepalaku.

Overnight[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang