Aksara Nata || 6. Penolong Bertopeng

345 88 264
                                    

"Terkadang dia membuat kita terlalu menitik fokuskan senyuman dan memburamkan matanya yang tengah berkaca-kaca."

-Aksara Nata

· · • • • ✤ • • • · ·

BERTANYA soal apa hal yang menyedihkan? Adalah saat dimana pagi hari datang dengan senyuman yang kamu pamerkan, seolah lupa tentang airmata yang semalam kamu jatuhkan. Seperti gadis berponi manis itu, bibirnya melengkung sempurna setiap harinya.

"Pagii Ayahh, ganteng banget deh macho deh kumisnya, jasnya, dasinya umumu.." Nata terkekeh pelan, sebelum ia berlari menghindari jitakan Ayahnya, "Bos nih Ayahmu." Sombong Ayah sembari menarik dasinya, "Nataa kamu udah ngambil uang buat sekolah belum?"

Nata mengangguk-angguk, memasukan sisa tali yang ia ikat ke dalam sepatunya. "Tapi kok uang Ayah malah bertambah lima ratus ribu yah." Ayah memasukkan dompetnya ke dalam saku jas hitamnya, alisnya nampak bertautan keheranan.

Herannya sebenarnya terjawab, kalau Ayah tahu. Ada seorang gadis yang diam-diam mengambil dompetnya subuh tadi, memasukkan uang gajinya ke dalam dompet coklat tua itu.

"Ayah Nataa berangkat duluan yaa!" seru Nata riang, sambil menuruni tangga. Tangannya terangkat untuk mengikat rambutnya menjadi satu untaian.

Matanya yang berkilau menyorot tepat pada laki-laki dengan almameter sekolah tersampir di lengan kuatnya, dasi yang sedikit longgar, dan seperti pada waktu-waktu sebelumnya, messy hair-nya selalu menjadi bintang utama pada penampilannya. "Pagi Daniel."

Nata memegang dasi Daniel, membenarkan posisi atribut kerah tersebut, "Udah nggak usah." Daniel memegangi tangan Nata, hendak menepis tangan gadis itu. Siapa yang tahu? Bahwa kenyataannya ia tidak merasa terganggu dengan kelakuan Nata.

"Sabar! Nata benerin dulu, ini dasi kamu nggak jelas tau!" Nata membulatkan matanya, Daniel memang susah diatur, Nata sangat tahu hal itu. Jikalau ia tengah berkeras hati, biarkan saja, Daniel cukup mandiri dalam mengatasi hal apapun, keras kepala adalah hal yang wajar bagi laki-laki itu.

Tangan Nata menarik almet Daniel, memegang bahu almet tersebut dengan kedua tangannya, "Pakai, Daniel mau dimarahin guru? Daniel nggak pernah masukin baju ke celana, kalau pakai almet kan nggak keliatan. Baru aja dihukum, kamu nggak juga berubah."

Daniel memalingkan matanya malas, namun ia mengulurkan tangannya untuk menerima almet tersebut. Nata kembali menarik sudut bibirnya, "Aishh pintarnya Danielku!" soraknya riang.

"Bacot." Walaupun wajah Daniel terlihat kesal, ia tetap tidak dapat menyembunyikan rasa gembiranya, sejujurnya ia sangat suka diperhatikan. Tanggapannya dingin memang, akan tetapi kalian tidak tahu bagaimana perasaan asli laki-laki itu bukan?

"Umumumu gantengnya Daniel." Ya, seperti Daniel. Nata juga sedikit keras kepala soal ejek-mengejek sahabatnya itu.

"Naik."

"Iya Daniel, kamu kayak cowok-cowok bad gitu deh, besok-besok jangan lupa oles minyak di badan kamu ya. Biar tambah gentle." Nata menginjak step motor, menduduki jok motor Yamaha R15 hitam milik Daniel, senyumannya tetap melengkung sempurna, Nata menghela nafasnya, berniat meledek Daniel lagi, "Da—"

NGUEENGG!

"NIEEELLLLLLL!!!"

· · • • • ✤ • • • · ·

"Eh lo denger kabar soal kak Erlan sama Nata putus nggak?" meja nomor 5 mulai dipenuhi dengan ibu-ibu gosip. Gadis dengan rambut bob dora itu terdengar serius. "Masa si? Bukannya mereka langgeng banget ya, waktu nembak aja di tembaknya pake lagu pas Erlan nyanyi di panggung, iya bukan sih?"

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now