Aksara Nata || 12. Gitar

276 57 132
                                    

"Lebih terpana dengan kata-kata dibandingkan perlakuan nyata. Ya begitulah cinta, senang sekali membutakan."

-Aksara Nata

· · • • • • • • · ·

SEBUAH pagar terbuka lebar, pertanda kalau tuan rumah tempat itu sudah kembali. Tanaman disana memiliki banyak dedaunan yang layu, baru ditinggal seminggu lebih saja sudah seperti ini, apalagi jika ditinggal selamanya.

"Anton jangan males coba-cobain kaki buat jalan sendiri loh!" Wanita tua itu mengekori Nata dan Ayah. Sudah berkali-kali ia mengomeli Ayah, dengan kata-kata yang sama tentunya.

Sedangkan yang dimarahi hanya tertawa kecil dan mengangguk.

Tersirat kerinduan di mata Ayah, pria itu nampak bersemangat untuk masuk ke dalam rumah. Walau melangkah pun terasa sangat sulit, karena kakinya masih belum sembuh total.

"Ayah bisa?"

Gadis berambut ikat satu itu menggenggam kuat lengan Ayahnya, memastikan kalau pria itu bisa berjalan dengan bantuan tongkat.

"Gua aja."

Nata mengerenyitkan kening ketika Daniel mengambil alih tugasnya, berjalan bersama Ayah untuk masuk ke dalam rumah. Kemudian gadis itu menangkap anggukan Ayah, pertanda kalau Ayahnya menyetujui tindakan Daniel.

Nata membalikkan tubuhnya, tersenyum manis ke arah wanita tua yang menatapnya. Jasa wanita itu membuat Nata tidak kesulitan membawa Ayahnya pulang dari rumah sakit. 

"Kenapa sayang?" Oma membalas senyuman Nata.

Nata, gadis dengan keberuntungan yang baik. Kenyataan memang membunuh harapannya perlahan-lahan. Tetapi pada akhirnya, kenyataan juga yang menolongnya untuk bangkit.

Ia hentakkan kakinya, memeluk wanita tua itu tanpa menjawab pertanyaannya. Hati Nata tidak berhenti berterimakasih atas semua kebaikan Oma. Wanita itu, baik sekali terhadap Nata.

"Weeh dipeluk cewek cantik." ujar Oma, seraya membalas pelukan Nata hangat.

"M-makasih Oma, atas semuanya. Nata janji akan berusaha buat ganti uang Oma."

Oma tersenyum, sadar betul kalau ia tidak salah pilih orang dalam berbuat baik. Ingin sekali memiliki cucu seperti Nata, sifatnya lucu, penurut, sopan, dan baik. Sebenarnya Daniel juga cucu yang baik, akan tetapi laki-laki itu tidak tanggap.

Kalau Oma bercerita, Daniel biasanya hanya mengangguk atau menjawab Iya saja.

Mengapa anaknya melahirkan batu seperti Daniel ya? Kira-kira begitu lah pertanyaan yang menghantui batin Oma beberapa tahun ini.

"Nggak usah diganti sayang, Oma tulus nolongin Anton." Oma tersenyum lebar, mengelus puncak kepala Nata gemas. "Urus Ayah kamu gih." Wanita itu memegang kedua pundak Nata, mengusap pipi gadis itu. 

Anggukkan riang pun terlihat, Nata mencium pipi Oma sekilas. Semburat merah mewarnai pipi gembulnya, memaksa gadis itu untuk berlari masuk ke dalam rumah.

"Aduh!" ujar Nata, sempat-sempatnya gadis itu tersandung batu.

"Hati-hati sayang." Oma menggeleng heran.

"Ehehe." Gadis itu tertawa kecil, seraya menggaruk tengkuk lehernya. Kemudian ia berlari lagi.

"Nata.. Nata.."

· · • • • • • • · ·

"Daniel mau minum apa?"

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now