Aksara Nata || 23. Kencan

249 20 123
                                    

"Ini hanya tentang kita, bersamaku menghapuskan luka-luka, hari ini aku ingin kita berdua."

-Aksara Nata

· · • • • ✤ • • • · ·

"DALAM satu malam, jadi pacar gua."

Tangan mungil itu meraih dress yang tergantung di lemari dari jati terpilih, meletakkan benda tersebut di atas kasur. Dengan ujung rambut yang tergulung dengan roll, gadis itu berdecak pinggang.

Mengukur gaun tersebut dengan postur tubuhnya.

"Kita makan, beli eskrim, jalan-jalan, kita lakukan apapun yang lu suka."

Terlihat ia berkaca, membenarkan bagian lehernya yang kurang rapih, menepuk-nepukkan tangannya. Perlahan, gadis itu menarik roll rambut, seraya meringis ia menata mahkota kepalanya dengan sela-sela jari.

"Buat jalan sama gua, ada syaratnya."

Gadis itu menarik botol minyak wangi, sesaat ingin menyemprotkan cairan tersebut ke bajunya. Namun, ia terhenti sejenak.

"Gua nggak suka wangi yang keterlaluan."

Tak lama setelahnya, gadis itu tidak jadi mengenakannya. Hanya menempelkan ujung penyemprot ke beberapa bagian bajunya. Beningnya mata itu kembali memperhatikan perona pipi di meja kecilnya.

"Jangan dandan."

Sebuah lipbalm digenggam tidak mengerat, semburat tawa terlukis ketika ia kembali berkaca.

"Kalo pake lipbalm yang dari kamu boleh nggak?"

"Boleh."

Lipbalm merata di atas bibir gadis itu, menempel-nempelkan bibir atas dengan bibir bawahnya, sambil menjepitkan pita untuk menghias rambutnya.

"Bawa apa yang bagi lu paling berharga tentang Erlan."

Gadis itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menoleh ke arah toples bening di atas lemarinya. Melangkah mendekati benda itu, berjinjit untuk mengambilnya.

Aktivitasnya terhenti, terpaku pada benda tersebut.

"Kita buang itu malam ini."

Toples itu dimasukkan ke dalam tas selempang putih, sebelum gadis itu berbalik, perlahan memakai sepatu beralas tipis berwarna soft pink, dengan bunga hias berwarna putih.

"Terakhir, jangan pernah bahas Erlan."

Melangkah kecil dan gesit menuju pintu utama rumahnya.

"Dan jangan cengeng."

Menggembung-gembungkan pipi dan menghembuskan udara di setiap pijaknya. Kemudian kakinya terhenti, tepat di langkah pertama pintu utama.

Lelaki tua itu memaksakan tubuhnya untuk berdiri, menahan beban tubuhnya dengan kaki yang tidak sekuat dulu. Senyumnya mengembang seketika.

Nata tersenyum, berjalan mendekat ke sisi Ayah. Mencium punggung tangan lelaki itu.

"Mau kemana?" tanya Ayah retoris, karena sebetulnya memang ia sudah tahu kemana gadis kecilnya akan pergi.

"Mau jalan-jalan!" seru gadis itu.

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Место, где живут истории. Откройте их для себя