Aksara Nata || 9. Dusta Pertama

300 69 167
                                    

"Maaf, Ayah gagal."

-Ayah

· · • • • ✤ • • • · ·

MATA yang biasanya memicing itu kini membulat, kedua matanya memperhatikan jendela di seberang rumahnya. Indra penglihatannya menyipit, kemudian ia berlari keluar kamar dengan selimut yang menutupi badannya.

"Tak sengaja lewat depan rumah, ku melihat ada tenda biru.." Oma menggoyangkan kepalanya, mengikuti irama musik, terlihat jempol kirinya bergoyang santai. "DIHIASI INDAHNYA JANUR KUNING~" wanita tua itu ikut bernyanyi.

Daniel menggeleng pelan, "Hati bertanya, pernikahan siapa." Sambungnya datar, sudah bertahun-tahun lamanya Oma menyetel lagu Tenda Biru setiap awal hari, merupakan sebuah kebohongan kalau Daniel tidak hapal juga.

"Daniel udah bangun sayang?" Oma menoleh kearah Daniel, tangannya sibuk membalik-balikkan telur dadar. Ia mengangkat telur tersebut dengan spatula, kemudian menaruhnya di atas nasi, "TANPA UNDANGAN DIRIMU KULUPAKAN."

"Diriku, kau lupakan." Ralat Daniel, laki-laki itu hanya mendatar melihat tingkah laku neneknya, wanita tua itu meletakkan piring di depan Daniel, "Biarin suka-suka Oma, yang nyanyi siapa?" Oma mendelik.

"Mbak Desy Ratnasari." Jawab Daniel seadanya.

"Salah! Oma Ratnasari dong." Oma tersenyum bangga, cucu laki-lakinya tidak bergeming, lebih baik ia makan saja.

"Kamu nggak sekolah hari ini?"

Daniel menguyah makanannya, kemudian ia menggeleng, "Nggak, cuma pensi."

"Enak aja cuma pensi."

Eh? Suara siapa itu?

Daniel mengerutkan keningnya, perasaan Oma tidak komat-kamit, kenapa ada suara orang lain. Dan, ia sangat kenal suara itu. Kalau tidak salah dengar, asal suara itu berada di kolong meja makannya. Spontan Daniel membungkuk, matanya terbelalak menatap siapa yang duduk menekuk di bawah kolong meja.

Seketika ia menegakkan kakinya, "N-Nata?" kagetnya.

Gadis itu keluar dari kolong meja, menepuk-nepuk lututnya. Jari-jari mungil itu merapikan poni dan ikatan kecil pada rambut kirinya. Ia menunjuk ke arah Daniel, laki-laki itu masih bertanya-tanya apa sebenarnya tujuan Nata bersembunyi di bawah sana.

"Nata tau kamu pasti malas ikut pensi, tapi kali ini harus ikut, cepet mandi!" Nata bertolak pinggang, memandang Daniel tajam. Seakan-akan jika Daniel tidak menurut, gadis itu akan menerkamnya.

Daniel memalingkan pandangannya kepada Oma, wanita tua itu hanya mengangguk-angguk mendengar permintaan Nata.

Ah sial, Oma nggak di pihak gua melulu. Keluhnya.

Omong-omong bagaimana Nata bisa ada di kolong meja makan tadi?

"Selamat Pagii Oma." Gadis dengan kaos putih panjang dan rok hitam rempel selutut itu riang melangkah, melambaikan tangannya kepada Oma.

"Nata sayang, Pagi juga." Oma tersenyum manis, mengepak-ngepakkan tangannya, "Sini, Danielnya belum bangun tuh!"

"Ehh? Kok belum? Kan hari ini pentas seni sekolah, tahun lalu dia nggak ikut, masa tahun ini dia nggak ikut lagi." Nata memanyunkan bibirnya, sedikit merasa jengkel.

"Kamu ajakin juga mau tuh anak." Oma mematikan keran yang terhubung dengan selang, sudah menjadi rutinitas baginya menyiram tanaman di pagi hari.

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Onde histórias criam vida. Descubra agora