Aksara Nata || 11. Dia misterius

288 62 100
                                    

"Apakah saya bukan lagi manusia di mata anda?"

-Daniel

· · • • • ✤ • • • · ·

"CUCU KU SAYANG, UDAH PINTER BANGET SEKARANG."

Bibir berbalut lipstick tebal berkerut itu sukses mendarat di pipi Daniel. Laki-laki itu menyipitkan kedua matanya, tidak mampu menghindari serangan.

"Udah bisa dipercaya ya sekarang, Oma pikir kamu ngelayap kemana lusa kemarin, ternyata ke nemenin Ayahnya Nata."

Daniel mengusap-ngusap pipinya yang terasa sedikit lengket, kening laki-laki itu berkerut saat melihat jari-jarinya yang ikut merah. "Nanti, Oma datang kerumah sakit. Kamu kemana dulu sekarang? Langsung ke sekolah atau gimana?"

"Mau jemput Nata dulu di rumah sakit." Ujar Daniel sembari mengangkat seragam sekolah perempuan dan memasukkannya ke dalam tas, tak lupa ia masukan juga kunci rumah Nata.

"Pinter sayang, yaudah hati-hati. Gih, jangan sampai telat." Oma mencubit hidung Daniel gemas, walau ia tahu kalau cucu nya itu tidak akan merespon. Paling Daniel hanya menatapnya sebentar lalu tersenyum saat sudah menjauh darinya.

"Jagain pacarnya ya." Oma tertawa lepas, wanita tua itu langsung masuk ke dalam rumah.

"Apaan si nggak."

· · • • • ✤ • • • · ·

Gadis berbibir mungil itu tidak melepas pandangannya, seakan terpaku pada lelaki berkumis yang masih menutup mata. Sudah dua malam Nata tidak bisa tidur, untung saja ia ditemani Daniel.

Bisa saja Aldo menginap juga, namun dua orang penginap saja sudah melanggar aturan rumah sakit. Apalagi kalau tiga orang penginap?

Ditemani Daniel juga rasanya seperti sendirian, laki-laki itu tidak berbicara sama sekali. Mungkin masih marah soal dua hari lalu. Ah bagaimana caranya Nata meminta maaf sampai Daniel luluh?

Apa Ayah baik-baik saja?

Nata melipat kedua tangannya, memejamkan kedua kelopak mata, kemudian ia menghela nafas. "Tuhan yang baik, jangan sakiti Ayah."

Gadis itu mengusap cepat airmata nya, seisi hatinya penuh dengan kekhawatiran.

"Kembalikan Ayah, Nata mau Ayah sehat-sehat aja. Nggak apa-apa kalau Nata harus kerja, Nata nggak pernah marah kok Tuhan."

Ayah menahan senyumannya, sebenarnya ia sudah terbangun dari tadi. Namun ia memutuskan untuk diam saja. Ingin tahu apa yang akan anaknya lakukan saat ia tidur. Ya, gadis bernama Natanael Arga itu selalu menjadi anak manis.

"Iya."

Eh? Itu suara Tuhan.

"Tuhan?" Nata membuka matanya, lalu pupilnya membesar. "AYAHHH!?"

"E-eh, lupa. Aminn." Gadis itu menutup doanya, memeluk leher Ayahnya erat-erat. Seolah-olah jika tidak melakukan itu, lelaki di hadapannya akan musnah saja.

Ayah tersenyum lega, sudah berapa tetes airmata yang ia jatuhkan? Tidak untuk kali ini, hati Ayah berjanji akan menahannya untuk Nata.

"AYAH NAKAL!" Nata mulai terisak.

Yah, tidak tahan juga.

Sebulir air tangis pun menetes dari sudut mata Ayah, memaksa lelaki itu untuk ikut memeluk erat gadis kecilnya, tanpa memperdulikan infus di tangan nya.

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now