Aksara Nata || 14. Senyuman?

301 53 159
                                    

"Mengertilah satu hal, mencintai bunga itu bukan berarti kita harus memetiknya bukan?"

-Aksara Nata

· · • • • ✤ • • • · ·

DENTINGAN sendok dan mangkuk menemani dinginnya waktu rembulan. Tidak memperdulikan suasana yang mulai sepi, gadis dengan rambut tergerai itu lahap menyantap mangkuk bakso ketiganya. Di tepi jalan, tepat di sebelah pedagang kaki lima.

"Slurrpp.."

Tanpa menyisakan kuah sama sekali, gadis itu riang mengangguk saat tangannya berhasil menggapai mangkuk selanjutnya.

"Panas, panas," ujarnya seraya meniup-niup mie putih yang ia angkat dengan garpu.

Sebuah tangan menyibak tepi rambut gadis itu dengan hati-hati, memastikan kalau rambut gadis itu tidak masuk ke dalam mangkuk bakso. Dari beberapa waktu yang lalu, bola mata gelap itu tidak pernah lekang menatap gadis di sampingnya.

"Hehe, Nata lapar." Gadis itu memamerkan sederet gigi putihnya, kemudian kembali menyuapi mulutnya dengan gumpalan daging. "Daniel tau nggak? Hari ini adalah hari jadi Nata sama Kak Erlan yang ke satu tahun."

Daniel tidak menggubris ucapan Nata, laki-laki itu hanya terus memperhatikan wajah gadis itu tanpa kehilangan fokus sedikit pun. Hatinya tahu, bahkan sangat tahu. Bahwa sesuatu yang tidak beres pasti telah terjadi.

"Terus hari ini juga, Kak Erlan mutusin Nata, hehehe." Nata kembali mendongak, sambil tersenyum manis ke arah Daniel. Laki-laki itu tertegun, siratan wajahnya tidak marah atau kesal.

Daniel hanya terlihat sedih.

"Kata Kak Erlan gini." Nata menelan kunyahan baksonya, mulai mempraktekkan apa yang terjadi beberapa waktu lalu. "Hidup tanpa Erlan, Nata bisa kan? Gitu katanya."

Kini Nata kembali memasukkan tiga bakso sekaligus ke dalam mulutnya, tidak hanya itu, ia juga memaksa untuk tetap berbicara. "Nata kaget loh tadi." Gadis itu terkekeh pelan.

Daniel menautkan alisnya, menghela nafasnya berat. Menatap pekat wajah Nata, cara gadis itu berbicara, dan yang terakhir adalah matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Terus dia minta maaf ke Nata," gadis itu melanjutkan, masih dengan senyum yang sama. "Terus Nata pergi, kita nggak jadi jalan-jalan hari ini."

"Nata ninggalin dia begitu aja." Nata menunduk, namun sudut bibirnya yang tertarik tetap setia mewarnai wajahnya. "Hehehe.."

Tes!

Airmata itu menetes ke dalam mangkuk bakso, sejenak mereka mematung dengan posisi masing-masing. Namun tersela dengan sebuah tangan yang menurunkan posisi mangkuk Nata. Seakan melarang gadis itu untuk melanjutkan makan. Nata menoleh pelan, memberikan senyuman terbaiknya kepada Daniel.

"Kenapa Daniel?" tanya Nata riang.

Daniel memiringkan kepalanya sedikit, menyatukan kedua alisnya dengan sirat sayu. Seolah-olah bertanya, apa gadis itu benar baik-baik saja? Pada detik pertama, Nata masih bertahan dengan senyumannya. Namun pada detik selanjutnya, lengkungan manis itu lenyap perlahan.

Nata menggembungkan pipi agar isaknya tidak terdengar, pandangannya mulai buyar. Di matanya, hanya ada laki-laki yang juga menatap dirinya dengan sorot penuh kesedihan. Air yang menggenang di bawah mata coklat itu tumpah seketika.

Gadis itu memalingkan pandangannya, meletakkan mangkuk di sisi lain trotoar jalanan tempat ia duduk. Kemudian ia kembali menunjukkan wajahnya kepada Daniel, menumpukkan kedua tangan di depan dadanya.

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now