Aksara Nata || 8. Maaf untuk apa?

321 67 149
                                    

-cr by author

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

-cr by author

"Walau Langit Malam bersaksi perihal Bulan yang selalu di sisi Bintang, tidak perlu menitah Langit Siang untuk menarik Bulan, sampai sekarang Matahari tetap setia memberikan cahayanya untuk Bulan tanpa tuntut balas rasa."

-Daniel

· · • • • ✤ • • • · ·

TANGAN dengan gunting itu bergetar, kedua jari menjepit poni halus gadis kecil di hadapannya. "Nata jangan nafas dulu." Ayah menelan ludahnya kasar, menerka-nerka potongan poni yang pas untuk anak semata wayangnya.

Gunting tersebut mulai melakukan tugasnya, "Bagus, dikit lagi.."

"Ahahaha Ayah." Guntingan poni tersebut seketika miring, tubuh Nata yang bergerak karena tertawa membuat potongan gagal.

Nata berlari riang ke depan cermin, menilik poninya, lalu ia pegang poni tersebut. "Nata jangan nangis, maafin Ayah.." Ayah mengikuti langkah kecil anak gadisnya pergi, berjongkok dan memegang kedua bahu Nata. Jelas sekali terlihat, poni gadis kecilnya miring, bisa dibilang tidak jelas bentuknya.

"Nata suka!" Nata mengecup pipi Ayahnya, memeluk leher lelaki itu dengan eratnya, "Gendong dong Ayah!" gadis itu mengangkat kedua tangannya, berjinjit untuk menggapai tangan Ayahnya.

Wajah Ayah masih menekuk, merasa sedih dengan apa yang telah ia lakukan. Seharusnya ia lebih berhati-hati, rambut adalah mahkota bagi kaum perempuan, ia tidak boleh seceroboh ini.

Ia gendong Nata dengan segenap cintanya. "Nanti Ayah beliin pita ya, buat jepit rambut kamu sampe poninya numbuh lagi."

"Ayah.." Nata yang tadinya tersenyum, mengubah siratan wajahnya, ia mengerutkan keningnya, matanya mulai berkaca-kaca, "Ayah jangan cemberut gitu.. N-nata nggak suka."

"Nggak sayang." Ayah menarik sudut bibirnya, membuktikan kalau ia benar baik-baik saja.

"Apapun yang Ayah lakukan! Ayah tetap Ayahnya Nata, Ayah tetap yang terhebat.."

· · • • • ✤ • • • · ·

Ayah mengusap sudut matanya cepat, menyadari ia belum menjadi Orangtua yang baik untuk gadis semanis Nata. Membuat baju-baju Nata luntur, gosong karena setrikaan yang terlalu panas, seragam yang masih basah karena lupa diangkat. Hal-hal konyol yang seharusnya bisa dilakukan dengan baik.

Namun dengan manisnya Nata berkata, "Nggak apa-apa Ayah, salah Nata juga nggak mandiri."

Nilainya untuk menjadi Ayah yang baik mungkin masih jauh dari rata-rata, Ayah mengusap wajahnya kasar, beralih ia memijit keningnya. Untuk membuat Nata tersenyum saja aku butuh kebohongan kecil, Ayah menghela nafasnya.

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Onde histórias criam vida. Descubra agora