Aksara Nata || 16. Bayaran

244 36 164
                                    

"Namanya Natanael Arga, gadis yang tidak memiliki cinta kasih seorang wanita, sejak lahir."

-Daniel.

· · • • • ✤ • • • · ·

SATU sibakkan, mampu membuat poni halus itu enggan turun. Tangannya kedinginan, saat mengangkat pundak baju dan menjepitnya ke tali. Besok ia harus memakai seragam ini, namun kenapa ia malah lupa mencucinya? Nata, berubah lah sedikit.

Tergesa-gesa, pijakkan itu menyusuri lantai.

"Ayah, Ayah masih lapar?" tanya gadis itu seraya mendorong bak cucian ke kolong meja. Ayah tidak menyahut, lelaki berkepala licin itu hanya tersenyum. "Ayah, langsung tidur aja, kamu juga langsung tidur."

"Iyaa aku langsung tidur kok!" seru Nata riang, ia peluk lengan Ayahnya hangat, diikuti dengan lengkungan semanis gula di bibirnya.

Bagaimana anak kecil ini masih bisa tersenyum manis? Apa aku yang terlalu rapuh?

Ayah mendaratkan tubuhnya perlahan, terbaring di kasur. Matanya seakan tidak berani untuk menatap wajah gadisnya lagi.

Selang beberapa waktu, saat merasa pasti kalau Ayah sudah tertidur. Gadis itu memundurkan kakinya, menutup pintu perlahan, tanpa suara. Kemudian gadis itu melangkah ke luar rumah.

Mengumpulkan kain-kain terbentuk di tangannya, dan lari masuk ke dalam. Satu sorot, menangkap apa yang Nata lakukan dari balik sekat bening. Terpaku, sebelum runtuh dalam satu hembusan nafas.

Gadis kecilku, Nata.

Ayah tau kamu berbohong lagi hari ini.

Nata memijakkan kakinya riang, mengantar langkahnya untuk masuk ke kamar tidur. Dengan hati-hati ia menggunakan kakinya untuk menutup pintu.

"Dikit kok ini, ayo semangat Nata!" ujarnya menyemangati diri sendiri, setelah ia menjatuhkan tumpukan baju ke lantai.

Dingin, semesta bahkan tidak merasa kasihan. Angin malam tetap sama, tidak berubah. Konsisten dengan hidupnya, tidak berlainan secara tiba-tiba.

Nata tidak sedih, tidak menangis. Gadis itu hanya tahu, tentang apa itu bahagia? Sengaja melewatkan materi tentang duka. Walaupun sebelum belajar, ia sudah lebih dulu merasakannya.

Dari jauh, seorang laki-laki terlihat sibuk menerka. Kenapa gadis itu belum tidur selarut ini? Nata bukan type gadis yang akan menghabiskan malamnya untuk belajar. Beberapa hari ini, lampu kamar tersebut selalu menyala sampai kira-kira di atas jam 12.

"Uang Nata tinggal tujuh puluh ribu, kurang kalau buat minggu depan. Nata nggak handal masak, nggak handal matematika, nggak sepintar Albert Einstein, Nata juga ceroboh. Nata seringkali bikin orang lain khawatir.."

Daniel membenturkan kepalanya pelan, bersandar sambil mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamar. Entah apa yang laki-laki itu terawang, mungkin tentang dua mata yang bersinar, bibir merah muda tipis, milik gadis manis bernama Nata.

"Ya, handal banget bikin orang khawatir," gumam Daniel hampir tak bersuara. Satu tarikan nafas, mampu membuat laki-laki itu duduk tegak.

"Kerja paruh waktu di daerah jabodetabek."

Daniel memandangi layar ponselnya. Bukan tatapan kosong, hanya pandang yang tersirat penuh harapan. Kini ia menoleh lagi, menangkap lampu kamar yang baru saja dimatikan. Laki-laki itu membuang nafasnya dalam-dalam.

Mata itu terpejam, tenggelam dalam perasaan.

"Nata selalu payah, tapi Daniel selalu hebat."

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now