Aksara Nata || 10. Amarah

271 62 154
                                    

"Siapapun itu Ayah, Ayah adalah Ayah yang paling hebat bagi Nata."

-Natanael Arga

· · • • • ✤ • • • · ·

"INI namanya mobil, em-o-be-i-el. Mobil." Ayah mendorong mobil berukuran sama dengan tiga jari orang dewasa ke arah bayi kecilnya. Tertawa kecil ketika gadis mungil itu menyatukan alisnya.

"Mbil, mbil?" Gadis itu melempar asal mainan mobil-mobilan plastik tersebut, merangkak untuk menghampiri Ayahnya.

Pria berkumis itu mengulum senyuman, merentangkan kedua tangannya, seumpama menyambut putri kerajaannya.

Melihat itu, gadis kecil mempercepat gerakan tangannya. Tidak sabar ingin digendong oleh Ayah, bayi mungil itu mencoba untuk berdiri. Tapaknya yang belum sempurna, diambil alih oleh pelukan Ayah.

"Athu?" gadis kecil itu menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Kamu Nata, anak Ayah." Pria berkumis dengan rambut licin itu mengecup pipi Nata.

Nata tertawa, merasa geli karena kumis Ayah mengenai pipinya. Jari-jari layaknya buah jeruk kecil itu meraba wajah Ayah.

"Mama." Ucap Nata seraya tersenyum menatapnya.

Deg!

Mata Ayah membulat kaget, seperti tersayat namun sejujurnya ia sangat bahagia. Luka dan tawa saling menuntun, juga menuntut Ayah untuk mengelus rambut halus Nata.

"Anak Pintar."

· · • • • ✤ • • • · ·

Sebuah sepatu terpijak di dalam ruang rawat inap kelas tiga, mata lentik itu menerjemahkan keadaan. Langkahnya pelan, terpaku pada lelaki tua yang terbaring di atas kasur rumah sakit.

"Ayah kamu tuh orang gila!"

Gadis itu menghela nafasnya, kakinya terhenti pada tepi kasur. Menggenggam erat tangan lelaki tua yang setia memejamkan matanya. Perut besar naik-turun teratur, menandakan bahwa ia tengah tertidur dengan tenang.

"Orang aneh! Setiap dateng ke pabrik pake jas, udah gila pengen jadi bos dia."

Nata meringis, menggelengkan kepalanya tidak suka terhadap pernyataan Atasan Ayah tadi. Padahal, tidak perlu menjadi Bos atau apapun itu, Nata sudah senang kalau Ayah mendapatkan pekerjaan.

Gadis itu menggunakan jari-jari mungilnya untuk meraba wajah Ayahnya, ia tersenyum manis. 

Pria itu, pria yang menggendong Nata setiap malam, menyanyikan lagu tidur dengan suara yang seadanya, membuatkan gadis kecilnya susu, berlarian ke toko saat makanan bayi sedang diskon.

Mengajarkan cara Nata memasang pita, cara memetik senar gitar, cara melawan orang jahat, cara membuka bungkus permen, cara membersihkan bekas buang air, cara memakai rok.

Cara untuk berdandan, cara untuk berjalan, cara untuk mengucapkan kata pertama, Mama.

Dan, cara untuk mencintai dengan apa adanya.

"Ayah."

Sebulir air, melesat jatuh melewati sudut mata Nata. Tangan mungil itu mengusap wajah Ayah, pria yang paling ia cintai seumur hidupnya.

"Seburuk apapun Ayah." Gadis itu menitikkan tetes kejujuran lagi.

"E-entah Ayah itu pencuri.. penipu, pembunuh, pencela." Isaknya menjeda, "Preman, Buruh pabrik, atau siapapun itu Ayahku.."

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin