Aksara Nata || 22. Ungkapan hati Daniel

218 26 165
                                    

"Kini bayangan itu tidak bersembunyi lagi, ia mulai belajar mengatakan."

-Aksara Nata

· · • • • ✤ • • • · ·

GADIS itu manis, dibalut derai merah jambu dan urai rambut ikat tengah berpita serasi.

"Sebentar lagi acaranya akan dimulai," ujar salah pria berjas rapih, ia tersenyum.

Bayang pink tipis terlihat cantik di mata bulat gadis itu, dibumbui rona merah di kedua pipinya. Apalagi ketika ia menjawab.

"Baik."

Merasa ada yang kurang dari penampilannya, Nata pun mengambil sebuah lipbalm dari tas yang tersampir di pundak, memakainya.

Tak lupa ia rapikan poninya sedikit, memperbaiki tatanan rambutnya.

Nata menarik sudut bibirnya, berdiri perlahan. Ada yang mengganjal jauh dalam lubuk hatinya, langkahnya berada di atas panggung kecil sekarang.

Peringkat untuk siapa yang paling mengundang perhatian selain pengantin, tentu saja Nata.

Matanya mengedarkan pandang, dengan tangan kiri yang menekan senar dalam nada C. Gadis itu nampak risau.

"Daniel dimana sih, Nata kan nungguin kamu tau.."

· · • • • ✤ • • • · ·

Laki-laki itu terduduk, memperhatikan wanita tua yang sibuk menawar harga sekeping CD lagu lawas, sesekali ia merasa bingung kenapa Oma berjuang untuk hal yang bahkan tidak perlu ditawar juga sudah sangat murah baginya.

"Ceban ini bu, ya Allah.."

"Goceng! Situ mau rampok saya."

Laki-laki itu terkekeh, membiarkan tingkah laku neneknya. Seperti biasa, ia terdiam. Mulai memperhatikan orang lain, menyimak apa yang mereka lakukan. Tatapnya tertahan pada seorang Ibu yang menggandeng anaknya, berbicara kepada penjaga toko kaset lainnya.

"Saya mau CD lagu anak-anak, ada?"

"Ada, Bu."

Daniel, laki-laki yang duduk seraya melipat kedua tangannya di atas lutut itu, mengulum senyuman.

Ia tidak pernah hapal lagu pelangi, atau mungkin lagu si kancil. Tapi, si kecil Daniel menghapal lagu lain di masa kanak-kanaknya.

Lagu yang mungkin tidak kalian kenal.

· · • • • ✤ • • • · ·

"O-omaa, ini apa?"

"Jangan diuntel-untel adonan Oma."

Bocah kecil itu mendongak, menatap wanita tua yang tersenyum ke arahnya. Perlahan mangkuk itu diangkat, dan diletakkan di meja dapur.

Oma mengambil mangkuk yang lebih kecil, menarik sekepal adonan dan menaruhnya disana. "Ini punya Daniel," ujarnya seraya memberikan mangkuk kecil.

"Ini punya Oma." Wanita tua itu melanjutkan, menunjuk ke arah mangkuk yang lebih besar.

Daniel kecil mengangguk-angguk.

Melihat itu pun, Oma tersenyum. Memasukan tape ke dalam radionya.

"Jenuh aku mendengar, manisnya kata cinta.."

"Lebih baik sendiri." Oma meneruskan lagu.

"Bukannya sekali, sering ku mencoba, namun ku gagal lagi."

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon