Aksara Nata || 18. Bukan aku.

213 34 104
                                    

"Lagi, laki-laki itu berdiri, tersenyum memperhatikan gadis yang jauh di depannya. Dan, lagi. Ia berbalik, meninggalkan gadis itu, dengan sekuntum bunga yang tak kunjung ia berikan."

-Aksara Nata.

· · • • • ✤ • • • · ·

"TERIMAKASIH Pakk, Buu, jangan lupa di-like sama subreett ya!"

Tidak terlalu menyengat, matahari menjelang senja memang selalu teduh. Diantara sela angin yang berhembus, hanya ada satu yang mampu menerbangkan rambut Nata. Gadis itu menggembungkan pipinya bulat-bulat.

"Sekarang mau kemana lagi?" tanya Aldo, laki-laki yang membuka mulutnya lebar-lebar agar terkena angin itu menoleh cepat.

"Dikit lagi belok kanan, terus ada semacam tempat makan gitu dah seinget gue," jelas gadis di belakangnya, tentu saja bukan Aldo namanya jika tidak membonceng Vero.

"Jangan seinget lo ah, ingetan lo melenceng mulu." Aldo terkekeh, spontan Vero langsung menjitak laki-laki itu.

"Tuh bener kan ada tempat makan!"

Kedua motor itu terhenti di antara deretan jenis kendaraan beroda dua lainnya.

Restoran yang baru di datangi mereka memiliki meja makan outdoor dan juga indoor, bukan di pinggir jalan besar, resto ini berdiri di tepi jalan komplek. Walau tidak terlalu mewah, akan tetapi tempat ini ramai pengunjung. Banyak yang bilang sambal disini juara rasanya, namun kebanyakan orang hanya memesan makanan ringan dan kopi saja.

"Emang kita boleh promosi disini?" Nata menatap wajah Vero, siratan ragunya berbanding terbalik dengan keyakinan Vero di tiap lekukan wajah.

Dari jauh, mereka berempat memperhatikan tempat tersebut.

"Ya, Kak. Silahkan masuk," sambut pegawai restoran itu ramah. Seulas senyum dan ucapan nyaman didengar membuat orang-orang yang baru datang pun merasa senang.

Vero melipat tangannya percaya diri. "Kalo yang minta cogan mah, pasti boleh," ujarnya.

Laki-laki berkaos hitam, berpasang celana jeans itu terhenyak. Apalagi saat tiga pasang mata kini menatap ke arahnya. Namun posisinya tetap konsisten, berdiri dengan satu tangan masuk ke dalam saku celananya.

"Aldo kan ganteng," alih Daniel.

"Aaaahhh Danieeel.." Aldo menggeram manja.

Daniel menghela nafasnya ketika semua mata masih terpusat kepadanya, lama-lama ia pun merasa terancam dengan keenam mata itu, laki-laki itu sontak berjalan masuk ke wilayah resto. Menguraikan apa arti senyuman bagi ketiga sahabatnya.

"Selamat datan-" Mbak-mbak pegawai menghentikan ucapannya, sengaja Daniel menyibakkan rambutnya ketika melihat wanita itu, "...ganteng."

Lengkungan manis langka itu muncul juga akhirnya, suatu momen yang jarang sekali terlihat. Ketika Daniel tertawa sebentar dan berbincang dengan pegawai resto, adalah salah satu adegan paling mengejutkan.

Daniel menengok ke belakang, memberi kode untuk sahabat-sahabatnya. Menunjukkan kalau ia berhasil mendapatkan ijin promosi. Daniel, memang selalu bisa diandalkan!

Sebuah tangan menepuk pundak laki-laki itu, dengan bisikan maut Aldo tertawa. "Gimana? Lanjut nggak sama mbaknya? Kalo nyaman lanjut aja ke jenjang yang lebih serius."

Daniel menyunggingkan senyumannya, mencengkram lengan Aldo hingga laki-laki itu meringis. Merasa puas membalas, Daniel pun melepas cengkraman itu. Menjauh dari kawannya yang masih setia menggerutu.

Aksara Nata [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now