#7 - Bunga Mawar

475 111 2
                                    

Bel pertanda istirahat berakhir tiga menit lagi akan berbunyi namun bukannya kembali ke kelas, Chandra justru sedang menunggu seseorang. Ia berdiri sambil bersandar pada dinding bangunan sekolah. Satu dua orang menyapa dan dibalas cuek oleh Chandra walau sesekali anak itu melepas senyum ramah.

"Kamu ngapain di sini?"

Chandra terkejut. Pemuda itu reflek berdiri tegak lantas mengusap leher guna menghilangkan kecanggungan. Aneh rasanya Chandra tiba-tiba bisa secanggung ini pada seseorang.

"Itu ..."

Chandra kebingungan sendiri. Tampak ragu untuk mengutarakan sesuatu. Sedangkan Rosé masih setia menunggu. Ia baru saja selesai mengerjakan tugasnya di ruang redaksi pun masih menggunakan kacamata karena terburu-buru.

"Apa?" Rosé kembali buka suara.

"Soal wawancara eum itu ...."

"Oh itu, maaf aku belum diskusi sama Doni. Kalau mau-"

"Nggak masalah kalau lo yang ngewawancarain gue kok," potong Chandra cepat pun sambil mengulas senyum seolah meyakinkan Rosé jika ia tidak keberatan.

"Hah?"

"Ah dan lagi maaf kalau kemarin ucapan gue buat lo kesinggung," ucap Chandra lagi dengan sedikit bumbu kecanggungan bercampur rasa bersalah.

Rosé terlihat terkejut mungkin saja tidak menduga jika Chandra baru saja mengatakan kata maaf.

"Wawancara kemarin belum selesai 'kan?"

Chandra menatap Rosé namun berakhir salah tingkah sendiri setelah melihat sepasang manik coklat dibalik lensa minus yang dipakai gadis itu.

"Jadi mau dilanjutin di mana?" tanyanya lagi.

Belum juga pertanyaanya terjawab, bel masuk sudah lebih dulu berbunyi nyaring.

"Perpustakaan?" usul Rosé.

"Apa bisa ngelakuin wawancara di perpus?" Chandra justru balik bertanya.

"Terus?"

"Gimana kalau di kantin?" Chandra memberi usul.

"Kantin?" Rosé terdiam sejenak memikirkan beberapa kemungkinan sebelum akhirnya mengiyakan, "Okeh di kantin ya."

Chandra tersenyum senang usulnya diterima, "Okeh kalau gitu sampai ketemu pulang sekolah nanti di kantin ya."

Rosé menganggukkan kepala.

"Gue duluan."

Rosé mengangguk lagi.

"Eum gue duluan," ulangnya tapi tak kunjung pergi.

Gadis bernama Rosé itu kembali mengangguk.

"Kali ini beneran pergi kok, duluan ya."

Rosé masih setia menganggukan kepala sebagai balasan.

"Iya. Katanya duluan tapi kenapa masih diam aja?"

Chandra tertawa canggung pun dengan tangan yang mengusap leher salah tingkah, "Oh iya. Dah!"

Pemuda itu berbalik lantas melangkah cepat. Kali ini ia merasa menjadi orang paling bodoh sedunia di depan Rosé. Sebenarnya ada apa dengan Chandra hari ini? Tingkahnya tidak seperti seorang Chandra. Hei ke mana perginya seorang Chandra yang tak kenal malu?

"Oh ya! Selamat belajar ya! Sampai ketemu pulang sekolah nanti!" teriak Chandra dari kejauhan pun dengan tangan melambai-lambai seolah akan berpisah jauh padahal mereka masih berada dalam satu lingkup sekolah yang sama.

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now