#21 - Konversasi Senja Hari

325 67 0
                                    

Sudah dua hari ini Chandra tidak masuk sekolah. Namun setidaknya ia masih sesekali berbalas pesan dengan Roseanne. Menanyakan perihal kabar sekolah setelah dua hari ia tinggal absen atau pembicaraan lainnya yang membuat Chandra betah berlama-lama menatap ponsel dan terlihat bersemangat menunggu balasan dari Rosé. Sepertinya benar jika Chandra telah jatuh hati dan ia telah menjatuhkan hatinya pada gadis bernama Roseanne yang dulu ia sebut gadis kaku yang menyebalkan. Nyatanya gadis itu berhasil meluluhkan Chandra. Entah karena sikap kakunya atau justru karena hati lembutnya. Yang jelas Chandra telah jatuh hati.

"Senyum terus, mantengin hape terus. Tuh Ibu kamu apa nggak mau  disamperin?" celetuk om Rendra memecah gelembung imajiner Chandra.

"Nggak usah lah, Om. Ibu tadi udah lihat Chandra kok."

Om Rendra tak lekas pergi. Ditepuknya bahu Chandra.

"Kalau kamu nggak mau bilang selamat sekarang paling nggak temuin Ibu kamu setelah acara ini selesai. Ibu kamu juga pasti butuh dukungan kamu sebagai anaknya."

Om Rendra kembali menepuk bahu Chandra lantas berjalan pergi untuk menemui Farhan di sudut lain hall megah tempat berlangsung resepsi pernikahan mantan kakak iparnya tersebut.

Ponsel tak lagi digenggaman tangan. Chandra meremas ujung jas yang dipakainya ketika melihat dari jauh sang ibu terlihat begitu bahagia bersanding dengan suami barunya. Bohong jika Chandra mengatakan ia baik-baik saja. Bohong jika Chandra mengatakan bahwa ia telah merelakan ibu memiliki kehidupan baru. Tak mudah memang justru terkesan sangat menyakitkan apalagi untuk ayah. Ayah bahkan tak mengambil cuti dan memilih bertugas dibanding menghadiri pernikahan ibu. Bersyukur ibu tidak memaksa ayah untuk datang. Walau diundang sekalipun ayah pasti juga tidak akan datang. Ingin rasanya membenci keluarganya tapi Chandra tidak bisa. Jika ia membenci keluarganya lalu bagaimana dengan Farhan yang masih banyak membutuhkan perhatian. Bagaimana bisa Chandra membiarkan Farhan menanggung luka tanpa ada sebuah dukungan untuk mengobati luka itu. Chandra tidak boleh egois demi sang adik. Terkadang ia benci menjadi si sulung yang selalu berusaha menyemangati saudaranya yang lebih muda padahal ia sendiri pun bukan seseorang yang memiliki pundak yang kokoh. Berpura-pura kuat padahal serapuh kayu lapuk.

"Chandra, maaf aku telat banget."

Chandra tampak terkejut. Masih tak percaya bahwa dihadapannya sekarang adalah gadis yang beberapa hari ini membuat seorang Chandra uring-uringan.

"Lho gue pikir lo nggak akan dateng?"

"I know you need someone to holding you. Aku bilang sibuk bukan berarti nggak bisa dateng, kan?"

Roseanne tampak cantik dengan gaun selutut berwarna pastel yang dikenakannya sedang rambutnya dibiarkan tergerai ke samping. Walaupun sederhana namun masih terlihat anggun. Chandra sampai tidak bisa berkedip saking terpesonanya.

"Jadi selama balas chat lo lagi di jalan?"

"Nggak. Tapi lagi ribet milih gaun. Kak Joy sama Bunda sih yang akhirnya milihin," jawab Roseanne dengan senyum malu-malunya.

Coba lihat. Bagaimana Chandra tidak semakin jatuh hati jika begini. Rosé punya caranya sendiri membuat seorang Chandra semakin masuk ke dalam jeratan pesona gadis itu.

"Ayo. Kita harus nemuin Ibu kamu, kan?"

"Tapi gue ...." Kepala Chandra tertunduk. Tangan pemuda itu terkepal kuat. Sepertinya belum punya nyali untuk menerima keadaan yang ada.

"It must hurt you. Don't worry. Kan ada aku."

Lantas Chandra merasa suntikan semangat menjalar di tubuhnya. Kehangatan merambat seiring senyum tulus yang diberikan Rosé kepadanya. Benar. Sepertinya Chandra tidak perlu berpikir dua kali. Chandra memang sudah jatuh hati.

Panah Rasa (BangRosé) | ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora