#31 - Cemburu

318 68 5
                                    

Mobil yang ayah kendarai berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Satpam yang sudah mengenal ayah Chandra dengan baik menyapa ramah pun sambil memberi hormat. Chandra menatap ayah yang sudah berlagak layaknya para petinggi yang disegani dengan raut tak suka. Tangan anak itu masih diberi penyangga. Kata dokter paling cepat masa pemulihannya adalah dua minggu dan selama itu Chandra harus merelakan tangan kanannya diistarahatkan secara total.

"Chandra masuk dulu, Yah," pamit Chandra setelah mencium tangan ayah.

"Hei. Bagaskara muda!" panggil ayah sesaat setelah Chandra menutup pintu mobil.

"Jalannya jangan loyo begitu dong. Apaan tuh punggung? Yang tegap. Ayo semangat! Masih pagi nggak boleh loyo."

Chandra berdecak malas tetapi menuruti perintah sang ayah juga. Dibalik gerbang ada pak Praja–satpam sekolah– yang menahan tawa. Chandra pun berjalan malas menuju gedung sekolah.

Tak lama ada Rosé yang melewati Chandra bersama Jayden menggunakan motor yang sepertinya telah selesai diperbaiki.

"Heh Bagaskara muda! Satu, Dua, Satu, Dua. Ayo jalan yang bener! Nggak malu apa tuh dilihatin gebetan!" Ayah ternyata masih di sana pun masih meneriaki Chandra yang terlanjur malu.

"Haish!"

Karena sudah tak tahan lagi. Chandra berlarian menuju kelasnya. Ia tak mau lagi berlama-lama di dalam jangkauan sang ayah. Bisa-bisa mati berdiri nanti dirinya karena malu.

"Lari apaan itu begitu!"

***

Ranjang ruang kesehatan berderit ketika Chandra duduk di atasnya. Karena sedang jam pelajaran, ruang kesehatan tak berpenghuni. Chandra sedang malas mengikuti pelajaran. Tangan kanannya pun tak bisa ia gunakan untuk menulis jadi daripada tak bisa melakukan apa pun di kelas. Chandra memilih izin beristirahat di ruang kesehatan.

Chandra merasa ada yang membuka pintu ruangan jadi anak itu menutup tirai pemisah ranjangnya dengan ranjang lain. Tak lama Chandra merasa ada seseorang yang menggunakan ranjang di sebelahnya karena penasaran anak lelaki itu pun menyingkap tirai. Dan pemandangan pertama yang Chandra lihat adalah wajah pucat Roseanne. Rosé terbaring menghadap ke arah Chandra. Saat tirai dibuka mereka sama-sama terkejut. Rasa canggung tiba-tiba mengelilingi ruang kesehatan.

"Mau gue panggilin anak PMR?" tanya Chandra yang akhirnya sudah tak tahan lagi sedari tadi diam membisu.

Rosé menggeleng lemah.

"Sebentar."

Chandra turun dari ranjang hanya untuk mengecek keadaan Rosé.

Mata Rosé mengerjap ketika wajah Chandra maju mendekati wajahnya.

"Wajah lo merah banget," nilai Chandra.

Telapak tangan pemuda itu menyentuh dahi Rosé untuk mengecek suhu tubuh gadis itu. Ada sensasi lain selain rasa dingin ketika telapak itu menyetuh dahi Rosé. Seolah ada sengatan tak terlihat yang menyertai dan menghujam hatinya.

"Panas banget. Lo demam ya?"

"Iya. Biarin aku tidur sebentar ya. Kepala aku pusing," jawab Rosé dengan suara serak.

Chandra mengangguk dan membiarkan mata sayu itu terpejam.

"Istirahat aja. Cepet sembuh ya dan jangan sakit lagi. Sakit itu nggak enak. Apalagi sampe bikin gue khawatir."

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now