#20 - Jayden

375 68 5
                                    

Jayden Yudha Prasaja adalah anak bungsu di keluarganya. Cucu ke enam di keluarga Prasaja. Meninggalkan keluarga besar di Jakarta. Keluarga Jayden memilih pindah ke Surabaya saat usia Jayden baru menginjak angka sepuluh. Karena usia Jayden dan Rosé sama maka dari semua cucu Prasaja hanya Jayden yang dekat dengan Rosé hingga ketika mereka tumbuh remaja sebuah rasa terlarang hadir pada salah satu di antara mereka. Rasa sayang kepada saudara berubah begitu saja. Dan sialnya embel-embel sepupu membuat perasaan itu makin jelas terlarang untuk diperjuangkan.

"Jadi sampai kapan di Jakarta?" Bunda bertanya di ruang tamu ketika Jayden baru saja datang.

"Sampai akhir pekan, Tante."

"Wah lama juga ya?"

"Iya soalnya sampai tiga hari Tan lombanya," jawab Jayden.

"Eum. Kamu pasti harus belajar keras. Jadi kamu juga nginep di hotel?"

"Nggak juga kok, Tan. Iya. Aku sama tim nginep di hotel."

"Kenapa nggak tidur di sini aja? Masih ada kamar yang kosong lho, Jay," usul bunda.

"Nggak usah, Tan. Lagian dari pihak sekolah emang udah ditentuin."

Bunda mengangguk paham, tak lama ada Rosé yang baru saja pulang dari sekolah diikuti Joy di belakangnya.

"Lho Jay?" kaget Joy.

"Hai Kak Joy, hai Rosé," sapa Jay dengan senyum menawannya.

***

Malam datang lebih cepat. Bulan terlihat bertengger anggun di atap bumi. Di bawah remang lampu jalanan dan lampu pertokoan. Rosé dan Jayden menyusuri jalan pulang setelah sebelumnya Rosé menemani anak Surabaya itu berbelanja beberapa kebutuhan selama berada di ibukota walau sebenarnya tak ditemani pun bukan sebuah masalah.

"Bentar deh aku mau ngomong," ucap Jayden dengan kaki yang tak lagi melangkah membuat Rosé mau tak mau ikut berhenti berjalan.

"Ngomong aja," balas Rosé.

"Bisa nggak kamu nggak mengabaikan chat dari aku? Kalau kamu nggak suka aku telpon paling nggak bales chat aku. Apa susahnya?"

"Kamu tahu sendiri aku nggak suka telponan," sahut Rosé.

"Kalau gitu bales chat aku."

Rosé mengalihkan pandangan ke mana saja asal tidak menatap wajah Jayden. Ia tahu akan ke mana ujung dari konversasi mereka malam ini dan Rosé paling tidak suka untuk membahas hal itu.

"Ayo pulang," ajak Rosé.

"Rosé aku serius waktu aku bilang aku suka kam-"

"Jay!" potong Rosé dengan nada yang sedikit meninggi, raut tak suka jelas terlihat namun setelahnya terdengar suara helaan napas, "Kamu nggak usah nganter aku. Aku bisa pulang sendiri."

"Kenapa kamu selalu ngehindarin aku? Apa rasa suka aku ini sebuah petaka?"

Rosé menatap Jayden dengan raut datar. Tak ada emosi di sana. Hanya menatap Jayden datar seolah sudah lelah terhadap konversasi yang selalu sama ujungnya jika mereka hanya berdua.

"Nggak mungkin kan aku salahin rasa suka yang tiba-tiba dateng ini. Nggak ada yang tahu kapan dan pada siapa rasa suka itu hadir. Lagipula aku rasa ini nggak salah. Maksudnya nggak salah aku suka kamu toh kita nggak sedarah. Kita-"

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now