#33 - Diskusi Kelabu

283 64 20
                                    

Latihan rutin panahan di sekolah mulai kembali dilakukan menjelang pekan olahraga. Walau tidak bisa berlatih, Chandra tetap datang. Sebentar lagi Chandra pasti akan merindukan masa-masa seperti ini mengingat ia akan menjadi siswa tahun akhir. Ya walau tetap rutin latihan di klub, tetapi sensasinya berbeda ketika berlatih di sekolah. Ada kenangan yang akan menetap mengisi bagian tertentu di kotak memorinya.

"Chan, liatin gue dong. Lama nggak latihan, gue ngerasa agak kaku." Julia masih sama. Gadis itu tetap berusaha mencuri perhatian Chandra.

"Okeh!"

Senyum Julia semakin lebar. Dengan penuh semangat, anak itu mengambil busur dan mulai menarik string. Anak panah itu kemudian melesat dan menancap di papan target. Julia berbalik. Menunggu pendapat Chandra.

"Drawing lo kurang tuh. Aimingnya juga kurang tajem." Bang Joni menilai.

"Ih. Bang. Gue nggak minta pendapat lo. Gue mintanya Chandra," protes Julia.

"Ya sama aja," balas Bang Joni.

"Bedalah." Julia merasa tidak terima.

"Bedanya di mana Julia? Yang pelatih siapa sih?"

Julia tak menjawab. Anak itu memilih kembali berlatih.

"Heh! Lo pikir cuma Chandra aja yang hebat main panahan? Gue juga ya."

"Udah Bang, udah." Chandra yang sedari tadi diam menyimak pun menengahi.

"Bener kata Bang Joni, Jul. Tangan lo kaku pas mau reales." Chandra memberi penilaian, "Tapi kalau dipakai terus buat latihan lama-lama nggak kok. Rileks aja, Jul. Anggep aja hari ini doi lo nonton jadi lo harus nunjukin yang terbaik."

Julia yang tadinya bermuka masam kini menjadi sangat sumringah. Senyum lebar gadis itu tunjukan. Pecutan semangat seolah telah memacu adrenalin Julia.

"Jangan terlalu dibaikin dah tuh bocah. Makin kegeeran entar. Udah tahu dia suka sama lo." Bang Joni mengambil air mineral lalu memberikannya kepada Chandra.

"Kapan bisa bebas tuh tangan lo?"

"Hari ini kayaknya," jawab Chandra.

"Chandra! Tolongin gue! Ada godzila ngamuk!"

Dari kejauhan ada Ibam yang tengah berusaha menghindar dari kejaran Lisa yang terlihat sangat marah. Bang Joni dan Chandra yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tak habis pikir.

"Stop! Stop!" Ibam berusaha mengumpulkan oksigen. Napas anak itu naik-turun. Dengan kedua telapak tangan yang bertumpu pada lutut. Ibam meminta Lisa untuk tidak lagi mengejar.

"Nggak mau tahu. Pokoknya lo harus gantiin susu gue." Lisa sama lelahnya. Namun, bedanya gadis itu masih memiliki tenaga untuk mengomel.

"Lo udah punya dua tuh. Masih kurang?"

Lisa menatap Ibam tak paham. Tak lama tanpa rasa takut, Ibam menunjuk ke arah dada Lisa. Lisa yang mulai mengerti jadi naik pitam. Sepertinya Ibam bosan hidup.

"Bosen hidup lo, Ibrahim?"

Nyali Ibam menciut ketika Lisa mulai mengepalkan kedua tangan. Chandra yang pengertian memberikan gadis itu botol minumannya.

"Kok Lisa doang yang lo kasih minum?" Sebagai sahabat, Ibam merasa dikhianati.

"Lo ngerti istilah lady first nggak sih?"

Ibam tak peduli. Anak lelaki itu membuang pandangan dongkol. Sepertinya persahabatan mereka berakhir hanya karena sebotol air mineral.

"Minjem panah dong, Chan! Mau gue panah tuh ubun-ubunnya si Ibrahim!"

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now