#29 - Rival?

302 67 2
                                    

Siang itu matahari bersinar cukup terik membuat sebagian siswa yang memiliki jam pelajaran olahraga di siang hari tentu saja mengeluh. Dua kali jam pelajaran lagi sebelum bel istirahat yang dinanti berbunyi. Waktu di mana matahari benar-benar akan berada pada puncaknya. Jayden keluar dari toilet setelah selesai mengganti seragam putih abu dengan baju olahraga. Anak lelaki itu masih menggunakan baju olahraga milik sekolah lamanya membuat ia terlihat mencolok. Suasana lapangan masih terlihat sepi mungkin karena masih ada waktu sebelum jam pergantian benar-benar berbunyi. Anak itu baru akan melihat jam saat tahu jam tangannya tak lagi melingkar di tangan. Jayden tentu saja panik.

"Lo nyari ini?"

Jayden bernapas lega. Seseorang telah menemukkan jam tangan berharganya.

"Iya. Sama-sama."

"Makasih," sahut Jayden cepat.

Chandra terkekeh lantas menepuk bahu Jayden sok asik.

"Iya. Iya. Nyantai aja. Muka lo panik banget tuh," ucap Chandra masih dengan kekehan.

Jayden berdehem mencoba bersikap santai.

"Agak males ya olahraga pas panas-panas gini," ucap Chandra.

Jayden memperhatikan Chandra dan baru menyadari jika anak itu juga sedang memakai baju olahraga. Sepertinya kelas mereka memiliki jam pelajaran olahraga di waktu yang sama.

"Tapi gue sih udah biasa. Omong-omong kayaknya lo juga gitu."

Jayden menatap bingung.

"Keliatan dari postur tubuh lo, badan lo atletis. Manteplah," tutur Chandra lagi.

"Anak baru 'kan?" tanya Chandra sadar jika sedari tadi dirinya hanya berbicara sendiri sedang lawan bicaranya masih terlihat begitu canggung.

"Iya. Baru semingguan. Kamu juga ya? Hampir semua siswa di sini aku pernah lihat tapi kamu belum," balas Jayden.

"Keliatannya gue kayak anak baru ya?"

"Salah ya? Maaf," tutur Jayden merasa tidak enak.

"Yaelah. Santai aja. Lo canggung banget deh."

"Jayden!"

Pembicaraan keduanya terintrupsi oleh kehadiran seseorang. Seorang gadis yang akhir-akhir ini sangat Chandra rindukan. Dan Chandra merasa waktu disekitarnya melamban. Ingin rasanya Chandra memutar waktu tapi ini bukan cerita fantasi. Ia hanyalah manusia biasa yang sering mengecewakan dan dikecewakan orang lain.

"Ayo! Yang lain udah nunggu di lapangan."

Seharusnya tangan Chandra yang sedang dipegang oleh Rosé. Seharusnya Chandra yang dikhawatirkan oleh Rosé. Seharusnya Chandra yang berada di posisi Jayden bukannya justru dilewati begitu saja seolah kehadiran Chandra tak terlihat. Mengapa cinta itu membingungkan? Kenapa perkara cinta sesulit ini untuk dicari titik temunya?

***

Ada sekiranya waktu tigapuluh menit lagi sebelum bel yang sangat dinanti berbunyi. Kelas Chandra sudah selesai melakukan pengambilan nilai dan sekarang kelasnya diberi kebebasan untuk melakukan olahraga apa saja. Chandra sendiri duduk lesehan di tepi lapangan dengan handuk yang menutupi kepala. Raut wajahnya terlihat lesu dan seolah tak memiliki semangat hidup.

"Heh Chandra!" Lisa memanggil pun setelahnya mengacungkan kepalan tangan seolah bendera perang kepada Chandra.

"Rosie!"

Belum juga menyahut. Lisa sudah berlalu pergi.

"Dia kenapa deh?"

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now