[vol. 2] 20. Maaf

4.5K 696 180
                                    

SPAM KOMENTAR YG BANYAK YAA
GAK BANYAK = GAK UP!

***

Tingkat tersulit untuk mempercayai seseorang adalah ketika kita telah dikecewakannya.

Tingkat terbodoh setelah dikecewakan adalah ketika kita masih mengharapkannya.

Tingkat terpelik saat masih mengharapkan adalah ketika kita tidak tahu harus berbuat apa, lantaran hati dan logika tak pernah sejalan.

***

Tanpa permisi, tanpa memberi salam apapun, Galen memasuki ruang rawat inap Angkasa. Berdiri berhadapan dengan Angkasa yang baru saja berbalik setelah membuang bunga yang Galen tahu bunga itu adalah berian Sakura, di keranjang sampah.

"Kenapa cuma sehari?" tanya Galen, menatap Angkasa begitu serius.

"Sehari apa?"

Sejenak Galen mengambil kembali bunga itu, lalu dipegangnya erat menyatu dengan cengkraman tangannya yang seharusnya mengepal. "Kenapa cuma sehari lo bahagiain dia, dan habis itu lo sakitin dia?"

Angkasa tampak tak acuh. Sehingga Galen kian kesal dibuatnya.

Daripada menjawab, Angkasa hanya memilih diam, membalas tatapan tajam Galen dengan sorot mata yang tak mampu terbaca oleh siapapun.

"Siapa perempuan yang lo cium? Sakura bilang, dia liat lo cium perempuan lain?" Lalu tanpa basa-basi, Galen menandas lagi, "Gue nggak nyangka lo setega itu, Sa, ngehianatin dia! Nyakitin dia!"

"Perempuan itu Kak Lista." Bahkan tanpa berperasaan, Angkasa menyahut begitu enteng. Sehingga hal itu sukses besar menyulut emosi Galen.

Galen mengusap wajahnya, kasar. Mengalihkan matanya sebentar, kemudian berpaling lagi pada Angkasa. "Jadi setelah lo nyakitin Sakura, sekarang lo mau mainin Kakak gue, gitu?!"

"Gue nggak pernah cium cewek lain selain Sakura."

Baru saja Galen ingin pergi, seruan Angkasa seketika berhasil membuatnya berhenti melangkah. Kemudian berbalik.

"Ish!" Lista menyuingkan bibirnya. "Ada apa? Apa yang lebih penting dari nyawa gue?"

"Duduk di sini lo." Perintah Angkasa, sembari menepuk-nepuk pinggir ranjangnya.

Lista menatap curiga. "Mau ngapain?"

"Udah duduk aja." Sejenak Angkasa mengubah posisinya menjadi duduk bersandar. "Jangan pindah-pindah. Gue mau bicara serius."

"Lo ngapain, sih?!"

Setelah beberapa saat mendekatkan wajahnya dengan wajah Lista, akhirnya Angkasa memundurkan kepalanya. Membetulkan posisi duduknya kembali seperti semula.

Lista mengernyit, heran sekaligus kesal. "Lo kesambet apaan, sih, Sa? Jadi sama nggak jelasnya gitu sama adek gue."

Tidak ada baper-baperan, Angkasa ini sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Jadi bukan baper, yang ada malah ia ingin sekali menggeplak kepalanya kencang-kencang!

Alih-alih menjawab, Angkasa malah terdiam dengan pandangan yang membuang ke arah yang berlawanan. Bukannya tidak tahu ketika Sakura datang dan berdiri tertahan di depan pintu, Angkasa tahu semua. Justru ia memang sengaja merencanakannya untuk Sakura. Hanya dengan cara ini, ia bisa membuat Sakura membencinya dan menjauhinya.

"Buat apa lo ngelakuin itu ke dia? Apa lo tau seberapa sakit yang dia rasain gara-gara prasangka yang lo buat itu?"

"Gue tau. Emang itu tujuan gue. Buat nyakitin dia," ungkap Angkasa, tak ada intonasi.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang