Feng Ru Ai - 21

8.7K 734 1
                                    


Ai berhasil keluar dari hutan yang tidak jauh dari halaman belakang kediaman Feng. Ai membungkuk seraya mengatur nafasnya yang memburu hebat, sesekali Ai menoleh kebelakang seraya memastikan bahwa ia telah aman.

Bobo terus memasang sikap waspada, ia terus saja mengitari tubuh Ai yang bergetar hebat, sesekali serigala putih itu mengeram ketika para penduduk kerajaan MingQi yang berlalu lalang menatap Ai dengan raut wajah bingung dan juga penasaran. Selain itu ada beberapa dari mereka yang memilih mengambil jarak lumayan jauh dari keberadaan Ai yang berada di pingir jalan besar ibukota karena takut dan ngeri dengan keberadaan Bobo yang melindungi Ai.

"Hengh.. henghh.."

Nafas Ai masih memburu hebat, Ai tak menyangka mampu berlari secepat itu. Refleks tubuhnya sangat baik ketika mengetahui adanya bahaya yang mengancam nyawanya. Ai tak tahu, mengapa hatinya begitu ingin kembali kemasa lalu. Mengapa hatinya ingin tinggal ketempat yang sama sekali tak mampu memberinya rasa aman dan kebebasan. Keinginan hatinya memang patut di pertanyakan, keinginan hatinya yang terbesar dan paling gila adalah pilihan dimana ia ingin menaruh dirinya dalam mara bahaya.

"Bobo, mari kita pulang!" Kata Ai menegakan tubuhnya melangkah meninggalkan para penduduk yang masih menatap Ai dengan tatapan penasaran akan sosoknya.

Ai yang ditatap seperti itu sama sekali tidak peduli, saat ini yang perlu ia lakukan adalah pulang kekediaman Feng dengan selamat. Mungkin besok - besok ia akan menghindari atau tidak akan pernah mendatangi hutan yang berada dibelakang kediaman Feng. Jujur saja Ai masih merasa takut dan trauma dengan ingatan yang diberikan padanya.

.
.
.

Sepanjang perjalanan, Ai baru saja menyadari bahwa ia mengambil rute yang berbeda. Sebelumnya saat ia hendak kehutan yang berada dibelakang kediaman keluarga Feng, ia tidak perlu melewati jalan raya ibukota MingQi. Tapi dibawah sinar matahari yang terik ini, ia harus melewati jalan yang berbeda untuk menuju kediaman keluarga Feng.

Ai mendesah, karena ketakutan ia berlari mencari jalan keluar yang berbeda dari jalan yang ia masuki. Alhasil saat ini Ai harus menahan diri untuk tidak menyemprot luapan kemarahan yang sudah mencapai ubun - ubunnya karena tatapan penasaran banyak orang yang kini tertuju pada dirinya.

Disaat Ai tengah merutuki kesalahannya yang mengambil jalan yang salah, tiba - tiba saja tubuhnya terhuyung kebelakang dan tubuh mungilnya terhempas jatuh ke atas tanah yang kasar dan memancarkan hawa yang panas.

Buk!

Ai meringis merasakan sakit ketika pantatnya dengan keras menghantam permukaan tanah. Ai mendongak, ia menatap tajam benda yang baru saja menabraknya dengan begitu keras dan kasar.

Dihadapannya, seorang pemuda tampan berusia 24 tahun dengan dibalut baju kebesaran seorang pangeran tengah menatap Ai dengan raut wajah bersalah. Pemuda itu lantas mengulurkan tangannya hendak membantu Ai, namun diluar dugaan, sebelum pemuda itu mengulurkan bantuan, Ai lebih dulu berdiri dengan susah payah dan membersihkan rok bahawannya yang kotor tanpa mempedulikan pemuda yang nampak terkejut dengan sikap yang Ai tunjukan.

Pemuda itu adalah pangeran Rong, siang ini ia memang berencana keluar dari istana menghindari kepenatan dan keagresifan para pejabat pemerintahan yang tak pernah surut datang menemuinya dan terus mencari perhatiannya. Karena bosan dan jenuh, pangeran Rong memilih keluar istana mencari udara segar.

Siapa yang menyangka, disaat ia asik bercanda dan bercerita dengan sahabatnya Ji YuSu ditengah keramaian ibukota MingQi yang semakin padat walaupun cuaca siang ini sangat panas, pangeran Rong tak sengaja menabrak seorang nona muda hingga terjatuh dan menghantam permukaan tanah dengan begitu keras.

Pangeran Rong menarik uluran tangannya yang sempat tergantung diudara saat hendak membantu nona muda yang sibuk membersihkan hanfunya yang kotor, pangeran Rong lantas meringis dan berucap "apakah kau tidak apa - apa nona muda?" Tanya pangeran Rong hati - hati pasalnya nona muda dihadapannya nampaknya sangat kesal dengan kejadian yang baru saja di alaminya.

Ai yang mendengar pertanyaan itu mengalihkan tatapannya pada pemuda yang baru saja berhasil membuat pantatnya bercumbu dengan mesra dengan permukaan tanah yang kasar. Ai menatapnya dengan tatapan amat kesal. Coba beritahu Ai, apakah ada seseorang yang tidak marah mendapat perlakuan seperti ini? Walaupun Ai tahu mungkin pemuda dihadapannya tidak sengaja menabrak Ai, tetap saja Ai yang dalam suasana hati buruk merasa marah.

Ai menghela nafas berat, percuma jika ia membuang waktunya dan tenaganya berhadapan dengan pemuda dihadapannya. Ai cukup menyelesaikan semuanya dengan cepat dan pergi dari kerumunan orang yang semakin menatap mereka dengan tatapan penasaran.

"Saya tidak apa - apa" jawab Ai sopan

"Tapi lain kali, saya harap anda berhati - hati. Ini jalan raya ibukota MingQi, banyak orang yang berlalu lalang disini" Tukas Ai lalu lantas membungkuk meninggalkan pangeran Rong dan YuSu yang tertengun dengan ucapan sarkas Ai yang kini berlalu meninggalkan mereka di bawa tatapan terkejut para penduduk MingQi yang baru saja menyaksikan tontonan yang menarik.

"Entah hanya perasaanku saja, mengapa aku merasa bahwa kita seolah - olah baru saja dicampakan?" Gumam YuSu sepeninggal para penduduk MingQi yang mulai berhamburan meninggalkan tempat mereka berdua.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 14th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Where stories live. Discover now