Feng Ru Ai - 17

10.5K 785 8
                                    


Hari mulai semakin beranjak naik, namun sebuah rumah mewah didalam pedalaman hutan masih nampak gelap dan suram karena minimnya pencahayaan matahari yang tak mampu menembus lebatnya dedaunan pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi disekelilingnya.

Walaupun rumah mewah tersebut nampak suram dan sepi dilihat dari luar, nyatanya didalam bangunan banyak prajurit yang berlatih dengan tengah bertelanjang dada. Mereka semua melatih kemampuan mereka dibawah pengawasan pria berusia 23 tahun yang kini terus memberi intruksi dengan mata tajam yang memancarkan aura dingin yang mengertak hati hingga membeku.

Pemuda tampan dengan balutan pakaian kebesaran yang terbuat dari sutra kualitas terbaik itu terus mengamati setiap pergerakan para prajuritnya, sesekali ia akan menegur dan memarahi para prajurit yang melakukan gerakan yang tak sesuai dengan intruksinya.

Para prajurit tak mampu berkutik, tubuh mereka hanya mampu menegang dengan kaku ketika aura dingin mengintimidasi kembali dikeluarkan oleh sang perawaris sah kerajaan MingQi. Tidak ada yang berani bergerak apalagi bersuara. Mereka mematung ditempat seperti sebuah pahatan batu yang diukir semenyerupai manusia dan ditanam dengan sangat dalam hingga tak mampu bergerak seincipun dari tempat mereka berpijak.

Raut wajah dingin putra mahkota Rui sejak pagi sudah mampu membuat mereka merasakan firasat buruk. Junjungan mereka jelas tidak dalam kondisi yang baik - baik saja. Entah siapa lagi yang mengusik junjungan mereka yang selama ini menyembunyikan wajah aslinya di balik topeng lemah dan pesakitan, mereka hanya berharap orang tersebut menyerah dan memilih menjalankan hidup dengan damai tanpa mengambil langkah yang merugikan masa depannya kelak.

Sayang mereka tak tahu, lawan junjungan mereka hanya satu. Siapa lagi jika bukan saudara putra mahkota Rui sendiri. Pangeran Rong yang selalu berambisi mengambil dan merebut apa yang seharusnya putra mahkota Rui miliki. Selama ini mereka melihat pangeran Rong selalu memberi dukungan dan semangat kepada putra mahkota Rui untuk mengambil tahta kerajaan MingQi dan pemerintahan sepenuhnya, siapa yang menyangka, pangeran Rong dan permaisuri Lien sebenarnya dalang dalam rencana pembunuhan yang nyaris membuat mereka tidak selamat tiga bulan yang lalu.

Sebelumnya putra mahkota Rui tidak percaya dengan perkataan Yong, awalnya Yong memperingatinya bahwa 'pengkhianatan itu selalu ada dari orang - orang terdekat', sahabatnya itu mengingatkan untuk tetap waspada pada kakak pertamanya walaupun didepannya ia menunjukan dukungannya. Sayang putra mahkota Rui terlalu terbuai dan percaya begitu saja dengan pangeran Rong, pada akhirnya pengkhianatan itu terjadi dan membawanya pada titik terendah yang membuatnya berubah menjadi sosok yang mengerikan.

"Nikmatilah semua miliki Ben gong saat ini, sebab Ben gong akan kembali merebut semua yang telah menjadi milik Ben gong dan Ben gong pastikan kau tidak akan lepas dengan mudah dalam gengaman Ben gong" desis putra mahkota Rui memancarkan aura yang sangat mengerikan dibalik wajah putih pucatnya.

.
.
.

Tong menatap pangeran Yan dengan tatapan jengah, junjungannya itu bahkan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri hingga tak mempedulikan kekacauan yang terjadi didalam istana dalam yang semakin mencekik.

Kabar menurunnya kondisi kesehatan kaisar Wei karena keberadaan putra mahkota Rui yang sampai ini belum mendapatkan titik terang membuat sang penguasa kerajaan MingQi itu terus diliputi kekhawatiran yang berkepanjangan sehingga kondisi kesehatannya menurun dengan drastis.

Hal itu jelas membuat politik dan pemerintahan dalam istana semakin goyah dan kacau. Segala peraduga buruk mengenai kondisi kaisar Wei mulai menghantui para mentri dan pejabat. Mereka seakan sudah melihat ajal kaisar Wei telah di depan mata sehingga mereka mulai berbondong - bondong mendatangi manor pangeran Rong seraya membentuk kubu dukungan.

Tong tak habis pikir, hanya kesehatan kaisar Wei yang menurun namun akan sangat menghebohkan dan menggemparkan politik dan pemerintahan siang ini diistana dalam.

Para mentri dan pejabat seakan berlomba - lomba menunjukan dukungan mereka kepada satu - satunya calon pewaris tahta yang begitu berambisi meraih kekuasaan dan posisi tertinggi di kerajaan MingQi.

Tong tak tahu, mengapa semua pejabat pemerintahan memilih mendukung pangeran Rong. Padahal junjungannya juga memiliki potensi yang cukup kuat ikut bertempur dan bertarung dalam memperebutkan tahta, namun mengapa tidak ada di antara mereka yang berusaha membujuk dan meluluhkan hati pangeran Yan untuk ikut serta dalam kompetisi perebutan tahta tersebut.

"Berhentilah mendesah seperti itu Tong, itu sangat mengganggu!" Tegur pemuda berusia 20 tahun itu tanpa mengalihkan tatapannya dari buku yang dibacanya.

"Bagaimana bisa hamba tidak mendesah? Hamba masih sangat sulit percaya bahwa anda sama sekali tidak memiliki minat untuk memperebutkan tahta seperti saudara - saudara anda. Padahal anda juga memiliki potensi dan kemampuan yang lumayan, mengapa para mentri dan pejabat sama sekali tidak mempertimbangkan anda?" Tanya Tong merasa tidak terima dengan sikap para pejabat pemerintahan.

Pangeran Yan yang seusia dengan Tong lantas terkekeh "Ben Wang tidak masuk dalam penilaian mereka karena mereka tahu, akan berakhir sia - sia mendukung Ben Wang yang bahkan sama sekali tidak berminat dalam kompetisi memperebutkan tahta" jawab pangeran Yan acuh

"Itu hanya akan membuang - buang tenaga untuk mereka, maka dari itu mereka lebih memilih memperioritaskan kakak pertama. Pangeran Rong memiliki semua potensi dan kemampuan untuk menjadi seorang kaisar, ia memiliki semuanya. Ambisi, dukungan, kemampuan dan pengetahuan. Berbanding terbalik denganku yang lebih memilih menikmati hidup dengan bersenang - senang" tambah pangeran Yan setenang air.

Tong berdecak kesal dengan jawaban junjungannya. Jika saja ia terlahir dari keluarga kerajaan dan seberuntung pangeran Yan, tentu saja ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang ada. Selagi ada peluang, ia akan berusaha semampunya mencari dukung. Tak peduli jika ia harus mencium kaki para pejabat pemerintahan atau bahkan menjilat mereka dengan kata-kata sanjungan yang membuat perut mual. Selama usahanya sepadan dengan pengorbanannya, maka itu tidak akan jadi masalah.

Pangeran Yan menurunkan bukunya dan menatap Tong dengan tatapan tajam, ia lantas terkekeh saat mampu membaca raut wajah dan pikiran bawahan yang sangat dekat dengannya.

"Jika kau berpikir ingin berganti posisi dengan Ben Wang, Ben Wang sarankan untuk mengenyahkan pikiran tersebut, sebab kakak kedua bukanlah orang yang mudah!" Kata pangeran Yan memperingati Tong.

Tong yang mendengar hal itu tersentak dari lamunannya, ia menatap junjungannya dengan tatapan tidak percaya.

'Bagaimana pangeran Yan tahu apa yang ia pikirkan?'

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 12th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang