Feng Ru Ai - 50

6.8K 599 10
                                    

Setelah kupikir - pikir. Nampaknya akan menguras waktu dan tenaga jika membuat cerita Feng Ru Ai dalam versi baru untuk ebooknya 😖

Setelah beberapa hari berpikir akhirnya saya memutuskan untuk membuat ebook cerita ini sama dengan versi Wattpad tapi, ada beberapa part tambahan dan juga extra part yang tidak akan ada di Wattpad.

Loh kok plin plan?

Wkwkwk maklum saya nggak mau ambil susah. Kalau sudah ada yang 'Ada' kenapa harus menyusahkan diri dengan yang 'Tidak Ada' 🤣

Ini sudah keputusan MUTLAK yah say. Saya nggak nerima protes apapun dari kalian. Cerita ini akan tetap lengkap, namun jika kalian cukup teliti, di part depan ceritanya bakal lompat ke ending karena ada dua atau lebih dari dua part yang tidak akan saya update di sini. Part itu hanya akan ada dalam versi Ebook bersamaan dengan extra partnya 😘.

Dan buat kalian yang merasa update saya kelamaan. Saya mohon maaf 🙏. Saya nggak bisa update setiap saat seperti cerita - cerita saya sebelumnya, kalian harus tahu jika saya juga punya kesibukan di dunia nyata. Tidak mungkin bukan saya prioritaskan melanjut cerita ini di Wattpad sedangkan kerjaan saya terbengkalai, nggak dapat gaji dong sayanya. 😂

Tolong kalian ingat baik - baik 🙏 saya nulis disini gratis! Jadi jangan nuntut banyak 😅 ikuti saja alurnya. Saya sayang sama kalian makanya sebisa mungkin tetap update walaupun sibuk ini itu. Saya nggak minta banyak kok, saya cuma minta kalian bisa sabar dan memaklumi kondisi saya 🙏.

Finally happy reading and don't forget to VoMent 😘

.

Disaat semua orang masih dilanda keterkejutan akan sosok putra mahkota Rui, hanya Ai yang menatap pemuda itu dengan tatapan dalam. Ada perasaan lega yang ia rasakan saat pemuda itu akhirnya kembali ketempatnya semula.

Saat Ai sibuk menatap putra mahkota Rui, tiba - tiba pemuda itu menoleh dan tatapan mereka bertemu. Seakan terhipnotis, Ai merasakan tatapan mereka seakan terkunci. Entah hanya perasaannya saja, ia melihat ada sebuah kerinduan mendalam dari pancaran mata putra mahkota Rui saat menatapnya.

Ai segera saja mengerjap dan membuang muka. Jantungnya berdebar sangat kencang. Bahkan ia dengan jelas dapat mendengar jantungnya berdetak tidak normal dan tidak berirama seperti biasanya.

Ai memegang kedua pipinya yang terasa panas dengan kedua tangannya. Perilaku kecilnya itu nampak sangat menggemaskan terlebih lagi saat ini kedua pipinya nampak merona merah dimata para pemuda yang terus saja menperhatikan gerak gerik Ai sejak pertama kali mencuri perhatian mereka.

Disaat putra mahkota Rui masih menatap Ai dengan tatapan dalam, juga dengan para pemuda yang menatap putri jendral Holing itu dengan tatapan penuh kekaguman. Disisi lain, tepatnya di teras aula utama. Pria paruh baya yang tidak lain dan tidak bukan adalah kaisar Wei menarik kedua tangannya yang masih menegang mahkota yang masih tergantung di udara.

Kaisar Wei kembali menyematkan mahkotanya pada kepalanya sendiri. Kedatangan putra mahkota Rui membuat kerinduan yang selama ini ia rasakan membuncah. Ada perasaan lega dan juga perasaan senang yang ia rasakan saat melihat sosok putra kesayangannya yang nampak baik - baik saja seperti laporan Lie padanya, setiap kali pengawal pribadi dan tangan kanannya berkunjung ketempat putranya.

Kaisar Wei merutuki dirinya yang sempat meragukan dan menghilangkan kepercayaannya pada Lie. Mungkin kedepannya ia tak akan menimbulkan keraguan itu sebab Lie sudah bekerja padanya dan ia selalu memegang janji kesetiaan dan kepercayaan yang di berikan. Terbukti dengan kehadiran putra mahkota Rui sesuai dengan apa yang ia katakan sebelum - sebelumnya. Kaisar Wei menyesal telah berperasangka buruk pada abdi setianya itu.

"APA MAKSUDMU!" teriak permaisuri Lien tidak terima dengan perkataan putra mahkota Rui.

Ibu negara ibukota MingQi itu nampak sangat marah dengan tuduhan putra mahkota Rui. Walaupun saat ini ia menampilkan raut wajah marah, hal itu jelas berbanding terbalik dengan hatinya yang merasakan ketakutan. Selama ini ia menyembunyikan fakta bahwa pangeran Rong memang bukan anaknya. Ia menutup mata langit dan menyembunyikan kebusukan itu selama bertahun tahun lamanya. Tidak mungkin jika ada yang mengetahui masalah tersebut. Bahkan kaisar Wei ataupun pangeran Rong tidak tahu bahwa ia bukan anak yang keluar dari rahimnya.

Seingat permaisuri Lien semua bawahannya telah membersihkan bukti - bukti kebusukannya. Semua kejahatannya berjalan selama hampir 25 tahun dan semuanya berjalan lancar. Namun kehadiran putra mahkota Rui setelah lama hilang dan mulai terdengar kabar burung bahwa tidak ada harapan dan kemungkinan besar telah meninggal, kini tengah berdiri di tengah halaman aula utama mengungkit masalah kebusukannya yang tersembunyi rapat selama bertahun - tahun.

"Apa maksud Ben Gong? Seharusnya anda tahu sangat jelas apa maksud Ben Gong yang mulia permaisuri" balas putra mahkota Rui menoleh dan menatap permaisuri yang duduk di singgasananya dengan tatapan tajam dan dingin yang mampu membuat semua orang mengigil.

"Pangeran Rong bukan putramu!"

Pangeran Rong yang mendengar hal itu lantas bangun dari posisi berlututnya. Dengan nafas naik turun karena amarah ia berkata "Omong kosong apa yang adik pertama katakan, Ben Wang jelas anak dari Ibunda dan Ayahanda!"

"Kakak pertama yakin?" Tanya putra mahkota Rui dengan nada mengejek dan mencemoh yang membuat pangeran Rong semakin naik pitan.

Saat ia ingin menjawab pertanyaan putra mahkota Rui. Putra mahkota Rui lebih dulu berujar sehingga ia tak memiliki kesempatan untuk membela dirinya atas tuduhan adik keduanya.

"Ben Gong bakan punya bukti dan membawa seseorang untuk memberitahukan kebenarannya" tambah putra mahkota Rui melangkah semakin dekat menuju kaki tangga.

Langkah putra mahkota Rui sangat ringan. Sangat kental terasa aura keagungan dan kemimpinan yang terpancar keluar dari tubuhnya. Semua orang tak dapat memungkiri bahwa aura kekaisaran tergambar sangat jelas oleh sosoknya. Hal yang masih belum mereka percaya akan sosok yang menaiki anak tangga satu persatu adalah karena keadaan fisiknya yang terlihat sehat. Tidak ada tanda - tanda ia adalah seorang yang sakit keras seperti rumor dan kabar burung yang beredar di ibukota MingQi. Apa yang mereka lihat sangat jelas membantah rumor dan kabar burung tersebut.

Saat putra mahkota Rui telah mencapai teras aula utama, ia berdiri dihadapan pangeran Rong dimana tinggi mereka setara. Tampak keduanya mengeluarkan aura permusuhan saat berhadapan dan hal itu membuat pangeran Yan merasa senang.

Tentu saja pangeran Yan sangat senang. Terakhir kali ia melihat kedua saudaranya saling berhadapan seperti ini saat usianya 9 tahun. Pertengkaran keduanya bagi pangeran Yan adalah tontonan dan hiburan yang sangat menarik. Dan hari ini, setelah beberapa tahun berlalu dengan sangat lancar dan membosankan, ia kembali dapat menyaksikan keduanya saling bersitegang.

"Ini menarik!" Gumam pangeran Yan saat kedua saudaranya dilanda kebekuan.

Tatapan tajam dan dingin yang saling mereka lemparkan jelas membekukan suasana. Permaisuri Lien yang mulai merasa was was mulai memikirkan jalan keluar dari masalah yang putra mahkota Rui ciptakan. Hatinya terus gemetar ketakutan. Segala pikiran buruk terus berputar, bahkan pertanyaan - pertanyaan terus saja bermunculan dalam benaknya.

'Siapa? Siapa seseorang yang akan memberikan pembenaran akan kebusukannya selama ini?'  Pertanyaan itu membuat permaisuri Lien semakin ketakutan. Walaupun ia terus menenangkan diri bahwa putra mahkota Rui hanya mengertak dan menakut - nakuti mereka atau apa yang dikatakan putra mahkota Rui hanyalah sebuah kebohongan. Tapi tetap saja di dalam hatinya ia mulai merasakan gemetar karena ketakutan yang ia rasakan.

Saat ia terus berpikir keras. Putra mahkora Rui lantas berkata "Bawa saksi kita untuk masuk dan memberi pengakuan akan kebenaran yang Ben Gong katakan"

Tak berselang setelah putra mahkota Rui berkata demikian, Yong melangkah ke tengah halaman aula utama bersama seseorang yang nyaris membuat jantung permaisuri Lien meledak. Seketika wajahnya pucat pasih saat menyadari siapa orang yang akan membenarkan tuduhan putra mahkota Rui akan kebusukannya selama ini.

"Li -- Li Bang!"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Des 9th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Where stories live. Discover now