Feng Ru Ai - 39

7.1K 578 17
                                    


Kaisar Wei bangun dari duduknya dan menggebrak meja kerjanya saat Lie melapor dan juga mengatakan syarat yang putra mahkota Rui pinta agar ia mau kembali dan pulang ke istana MingQi.

"Apa putra mahkota Rui gila? Bagaimana bisa ia meminta Zhen menyerahkan tahkta kekaisar kepada pangeran Rong padahal ia adalah sang penerus yang sah!" Kata kaisar Wei berang

"'Yang mulia tenangkan diri anda" kata Lie memperingati "Yang mulia putra mahkota akan melakukan sebuah rencana di hari penobatan nanti. Saya harap ada baiknya memberi yang mulia putra mahkota Rui kesempatan untuk menjatuhkan dua atau lebih banyak orang dalam satu pukulan" tambah Lie menjelaskan.

Kaisar Wei menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya, ia menghela nafas berat dan memijit kepalanya yang berdenyut sakit. Kaisar Wei tidak percaya putra kesayangannya akan membuka jalan kepada pangeran Rong dan pendukungnya. Bukankah hal itu akan sangat beresiko untuknya sendiri? Lantas mengapa ia ingin mengambil langkah yang beresiko, padahal dengan dirinya pulang saja sudah cukup membuat pangeran Rong dan para pendukungnya terhambat mencapai keinginan dan ambisi mereka.

"Walaupun ia anakku, Zhen jelas tidak tahu pemikirannya segila ini"

.
.
.

Di manor pangeran Yan, suasana di peraduan pangeran Yan sangat hening dan sepi seakan tak ada penghuni di dalamnya. Padahal ada sang pemilik ruangan yang nampak tengah sibuk dalam bacaannya dan juga para kasim dan dayang yang baru saja memasuki peraduannya seraya menjalankan tugas mereka.

Walaupun matanya tertuju pada setiap kalimat pada buku bacaannya, telinganya tak pernah lepas menangkap setiap pergerakan yang menimbulkan sebuah suara berisik dari segala aktivitas para kasim dan dayang yang nampaknya mereka sedang sibuk menyiapkan air hangat untuknya mandi, juga makan malam yang akan ia santap sehabis mandi.

Ditengah suara gerakan dan langkah kaki para kasim dan dayang yang nampak sibuk hilir mudik. Pangeran Yan menangkap suara langkah kaki yang melangkah mendekat dan menghampirinya. Tak perlu untuk pangeran Yan mengalihkan tatapannya dari buku yang ia baca, ia sudah sangat hafal siapa sosok yang menghampirinya kini.

"Yang mulia pangeran"

"Katakan!" Perintah pangeran Yan tanpa menunggu basah basih langsung menuju inti dari kedatangan Tong yang tidak lain pasti ingin melaporkan masalah yang terjadi di dalam istana selama ia menutup mata, telinga, dan mulutnya untuk menikmati kehidupan dan dunianya tanpa niat ikut serta campur tangan atau berurusan dengan masalah pemerintahan dan politik yang menurut pangeran Yan sangat membosankan.

"Baru saja permaisuri Lien dan pengikut pangeran Rong mengakhiri pertemuan mereka. Menurut mata - mata yang menyusup dalam pertemuan itu melaporkan bahwa permaisuri Lien mulai mendesak, merayu dan memprovokasi para pengikut putranya untuk mendesak yang mulia kaisar segera turun tahkta" jelas Tong melaporkan apa yang mata - mata mereka laporkan.

"Ben Wang tidak perlu terkejut dengan laporanmu itu" kata pangeran Yan cuek "permaisuri Lien memang akan selalu bertindak cepat, namun gegabah dan ceroboh diwaktu yang bersamaan. Kau pikir ayahanda akan tetap diam mengetahui hal ini? Kurasa sekarang ayahanda juga menyusun sebuah rencana saat mata - matanya melaporkan pertemuan permaisuri Lien dan para pendukung pangeran Rong" tambah pangeran Yan.

Tuk!

Pangeran Yan menutup buku yang selesai ia baca, wajahnya menampilkan sebuah senyum yang membuat Tong mengernyit dengan perubahan raut wajah junjungannya yang sangat drastis.

"Kurasa akan ada hal yang menarik yang akan terjadi. Ben Wang tidak boleh ketinggalan untuk menonton dan menyaksikan pertunjukan menarik tersebut!" Kata pangeran Yan bersemangat.

Tong yang mendengar itu hanya mampu melongo karena begitu terkejut dengan perkataan dan juga pemikiran pangeran Yan yang sulit ditebak.

Sebenarnya, junjunganya itu bodoh atau idiot?

Disisi lain, tepatnya di manor pangeran Rong. Nampak pemuda berusia 24 tahun yang masih berbalut baju kebesaran seorang pangeran tengah menatap tajam pengawal pribadinya yang baru saja memberinya laporan mengenai pertemuan yang diadakan ibunya bersama para pendukungnya.

Awalnya pangeran Rong membiarkan ibunya melakukan semua hal sesukanya, namun mendengar bahwa hari ini ibunya kembali mengeluarkan taringnya, pangeran Rong mulai merasa muak dan tidak suka atas tindakan yang permaisuri Lien ambil.

Permaisuri Lien selalu berlaku semaunya, ia bahkan mendesak para pendukungnya untuk meminta kaisar Wei segera turun takhta. Bukankah dengan mendesak kaisar Wei sangat beresiko besar untuk mereka semua? Kaisar Wei bukan orang bodoh yang tidak dapat mengartikan jika desakan mereka sebenarnya adalah sebuah 'Penggulingan'.

Bagaimana bisa permaisuri Lien begitu nekat melakukan hal tersebut? Tidakah ia berpikir kaisar Wei akan murka. Terlebih lagi, ibunya itu bahkan tidak menanyai kesiapannya menjadi kaisar jika rencana ibunya berhasil. Padahal saat ini pangeran Rong masih ingin menikmati kebebasan, jika ia menjadi kaisar, maka tidak ada lagi namanya kebebasan untuknya berkeliaran. Semua yang ia lakukan hanya mengurus pemerintahan di balik meja kerjanya dan membayangkan hal itu akan segera menghampiri dan mendatanginya, pangeran Rong tak mampu untuk tidak menghembuskan nafas berat.

Pangeran Rong memijit keningnya yang berdenyut sakit, mengapa ibunya itu tidak bisa bersabar barang sejenak? Mengapa ia selalu melakukan hal tergesah - gesah? Bukannya pangeran Rong tak ingin takhta dan menjadi seorang kaisar, bukan pula ia tak mendukung segala tindakan permaisuri Lien untuknya meraih kekuasaan tertinggi di MingQi. Hanya saja pangeran Rong takut, dengan rencana yang dibuat secara cepat dan tergesah - gesah tanpa melakukan banyak pertimbangan, jelas akan menciptakan sebuah cela dan kelemahan untuk mereka. Walaupun baik ibunya dan dirinya memiliki ambisi yang sama besar, tetap saja pangeran Rong takut semuanya gagal dan pada akhirnya membawa mereka pada kehancuran.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 7th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Where stories live. Discover now