Feng Ru Ai - 28

7.8K 598 11
                                    


Seorang pemuda melompat dari atap keatap bangunan istana MingQi, ia melompat tanpa kendala seakan - akan atap miring setiap bangunan yang ada di istana adalah jalan setapak.

Pemuda itu mengenakan pakaian hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki, wajahnya di tutupi cadar dan hanya menyisahkan kedua mata yang memancarkan tatapan tajam.

Pemuda itu adalah tangan kanan pangeran Rong, Ju Muan. Saat ini ia akan keluar istana menjalankan perintah pangeran Rong untuk mencari informasi mengenai nona muda yang membuat pangeran Rong terusik dan terus kepikiran.

Tujuan Muan saat ini jelas menuju rumah pelacuran Qujin. Alasan ia kesana bukan untuk bersenang - senang, tapi karena dirumah pelacuran Qujin, ia bisa mendapat apa saja. Walaupun rumah pelacuran Qujin nampak seperti rumah pelacuran lainnya yang ada di ibukota MingQi, tapi sebenarnya, rumah pelacuran Qujin bukan hanya sekedar rumah pelacuran.

Tidak banyak yang tahu jika rumah pelacuran Qujin juga merupakan tempat perjudian, pengadaian dan juga pasar gelap. Selain menyediakan jasa hiburan, berupa tarian, dan kehangatan untuk memuaskan nafsu para pria bejat, rumah pelacuran Qujin juga menjual minuman keras, wanita, informasi, binatang langka dan barang - barang ilegal lainnya.

Ada beberapa orang yang mengetahui fakta itu, tapi tak ada satupun penduduk yang berani melaporkan transaksi gelap yang biasa terjadi di rumah pelacuran Qujin sebab beberapa dari mereka kadang membutuhkan apa yang rumah pelacuran Qujin jual dan tawarkan.

Muan melompat turun dan menapakan kakinya dengan sempurna di atas tanah yang kasar, ia kini berdiri dihadapan sebuah bangun besar berlantai dua yang masih nampak ramai walaupun malam sudah semakin larut.

Muan melangkah masuk kerumah pelacuran Qujin, saat ia baru saja melangkahkan kakinya memasuki bangunan tersebut, Muan sudah diserbu dan disambut para gadis penghibur dengan pakaian tipis dan transparan yang memamerkan lekuk tubuh mereka yang nampak menggoda.

"Tuan, apakah anda kemari ingin mencari kehangatan?" Tanya seorang gadis penghibur yang mengapit tangan kanan Muan dengan manja.

Muan menunduk menatap gadis penghibur yang bergelayut manja di lengannya, ia menatap gadis itu dengan tatapan datar dan dingin, dan hal itu berhasil membuat gadis penghibur itu merasakan aura mengintimidasi. Dengan cepat gadis itu melepas lengan Muan, karena takut dengan aura yang Muan keluarkan.

Melihat rekannya mendapat sikap dingin dan acuh dari pemuda yang baru saja datang, para gadis penghibur lain memilih menyingkir dan menyambut para pria hidung belang lain yang datang berkunjung.

"Sikap dinginmu tidak pernah berubah Muan" tegur seorang gadis berbalut hanfu dengan potongan kerah yang rendah sehingga memamerkan buah dadanya.

"Aku tidak peduli" balas Muan melangkah menghampiri gadis itu.

"Jika kau kesini bukan untuk dirayu mereka, lantas apa yang kau cari dengan datang kemari?" Tanya Chenyu yang merupakan asisten menejer sekaligus anak pemilik rumah pelacuran Qujin.

"Dimana menejer Chong?" Tanya Muan mengabaikan pertanyaan Chenyu

"Tks, kau kebiasaan mengabaikan pertanyaan orang lain" dengus Chenyu kesal.

"Karena pertanyaanmu tidak penting!" Balas Muan cepat

"Tentu saja pertanyaanku penting, aku menanyakan alasan keberadanmu disini" sahut Chenyu dengan kekesalan yang sudah mencapai ubun - ubun karena sikap dan perilaku sahabat kecilnya yang selalu berhasil membuatnya kesal setengah mati.

"Bukankah sudah ku jawab dengan mencari keberadaan menejer Chong?" Balas Muan yang berhasil membuat Chenyu mengamuk dengan berlari menerjangnya.

Chenyu sangat kesal dengan Muan, pria itu selalu saja membuat Chenyu ingin memukul ataupun mencakarnya jika ia datang berkunjung kerumah pelacuran Qujin.

Muan yang sadar akan mendapat amukan dari sahabat kecilnya segera menahan kedua tangan Chenyu yang ingin menancapkan kuku - kuku panjang miliknya kewajah Muan yang masih tertutupi cadar.

"Lepaskan tanganku brengsek! Aku ingin mencakar wajah menyebalkanmu itu" kata Chenyu meronta.

"Aku tidak akan melepaskan tanganmu, jika ku lepaskan wajah tampanku akan mendapat luka gores darimu" balas Muan.

"Biarkan saja, biakan saja wajahmu itu mendapat luka gores. Kau sangat menyebalkan Muaaannn!" Teriak Chenyu.

"Apa yang kalian lakukan?"

Suara berat itu menghentikan aksi keduanya, Muan dengan cepat melepas kedua tangan Chenyu dan dengan cepat melangkah menghampiri pria paruh baya yang kini munuruni setiap anak tangga.

"Manejer Chong" seru Muan

"Anak nakal, mengapa kau terus mencariku jika kau kemari?" Tanya menejer Chong kesal.

"Apakah aku tak boleh mencarimu? Kau jahat sekali!" Kata Muan pura - pura merajuk.

Hal itu jelas membuat Chenyu yang melihatnya nyaris muntah. Tentu saja perkataan Muan tak singkron dengan ekspresi yang ia tampilkan saat ini.

"Siapa bilang tidak boleh?" Tanya menejer Chong pada Muan.

"Mungkin Chenyu" jawab Muan yang langsung mendapat teriakan tidak terima dari Chenyu

"Jangan menyeret - nyeretkan namaku!" Protes Chenyu yang membuat menejer Chong dan Muan terkekeh.

"Jadi, ada apa kau mencariku Muan?" Tanya menejer Chong langsung pada intinya.

"Aku mencarimu karena menginginkan informasi seorang nona muda!"

"Apa?"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 19th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang