Feng Ru Ai - 37

6.7K 671 29
                                    

Selamat malam minggu 🤗

Masiha adakah yang menunggu updatean cerita ini? 😅

Sadar Yung, mereka udah pada tidur jam segini 😂. Aduh maafkan daku yang updatenya telat untuk para pembaca SETIA 😘 dan juga para SIDER yang sekarang makin banyak :V

Aneh tau nggak! Kalian para SIDER pada tetap lanjut baca cerita ini, tapi nggak pernah ngasih Vote sebagai dukungan dan semangat untuk para author. Tau nggak vote dan komen bahkan sudah sangat cukup bagi kami yang nyari ide nggak segambang nyari upil :V

Apa susahnya beri Vote dan Komen? Kalian nggak pernah dirugikan bukan? Tidak ada pungutan biaya, dengan kata lain GRATIS. Hanya saja mungkin kalian para SIDER adalah orang - orang pelit dan tak ingin menghargai usaha saya ataupun Author lain dengan Vote dan juga Komen.

Warrrrbiiaassaa sekali, tanga nia siri' na :V

Untuk next update, tembus 150 Vote dan 50 komentar. Malmingnya saya update 7 - 10 part, kalau capai target 🤣

Finally, happy reading dan awas typo masih bertebaran

.

Yu Su mengerjap matanya berharap apa yang ia lihat dari balkon kedai mie yang ada di lantai dua tempat pribadi dan privasi yang ia dan pangeran Rong pesan adalah sebuah halusinasi.

Bagaimana bisa seorang nona muda bertubuh kecil dan mungil membanting seorang nona muda yang tubuhnya bahkan lebih besar dari dirinya? Hal itu tentu saja sangat sulit Yu Su percaya, ia berpikir apa yang ia lihat bukanlah sebuah kenyataan melainkan hanya mimpi atau hanya sekedar halusinasi belaka.

Namun saat Yu Su mencubit lengannya, ia memekik kesakitan. Tentu saja apa yang ia lihat adalah kenyataan saat tubuhnya, bahkan semua indranya berfungsi dengan sangat baik. Dengan langkah gontai, Yu Su kembali memasuki ruang yang mereka pesan. Raut wajahnya nampak linglung dan hal itu membuat pangeran Rong yang memperhatikan langkahnya sejak ia kembali masuk mengernyit bingung.

"Yu Su ada apa denganmu?" Tanya pangeran Rong

Yu Su yang baru saja duduk dengan raut wajah yang sama lantas menoleh menatap sahabatnya yang berada di atas kursi panjang sambil berbaring dan menikmati hembusan angin yang menerpa tubuhnya berkat kipasan dari para pelayan.

"Kau percaya bahwa aku baru saja melihat nona muda Feng membanting seorang nona muda yang tubuhnya dua kali lipat darinya?" Tanya Yu Su

Pangeran Rong yang mendengar pertanyaan Yu Su lantas tertawa kencang " Kau bercanda? Mana mungkin gadis sombong dan nampak lemah itu membanting nona muda yang tubuhnya dua kali lipat dari dirinya? Yang ada ia yang akan di tindih karena tak mampu mengangkatnya" kata pangeran Rong disela - sela tawanya.

"Astaga Yu Su kau sungguh mengada - ada, mungkin karena kau terlalu lelah akhir - akhir ini sehingga berhalusinasi. Ada baiknya jika kau istirahat saja" tambah pangeran Rong

"Sayangnya aku tidak berhalusinasi, itu kenyataan" gumam Yu Su

.
.
.

Ai melangkah pergi meninggalkan kedai tak peduli dengan rintihan kesakitan dari nona muda yang baru saja ia banting, atau tatapan banyak orang yang tertuju padanya.

Ai menulikan telinganya, ia bahkan bersikap sangat tenang walaupun ada beberapa orang yang menhujatnya karena berperilaku dan berkelakuan tidak sopan dan bar bar. Tapi walaupun demikian, ada beberapa orang juga membela sikap Ai. Mereka bahkan mendukung apa yang baru saja Ai lakukan karena para nona muda yang menghadangnya, terutama nona muda Li Ming An yang merupakan nona muda bertubuh gemuk dari keluarga Li memang pantas mendapat kemalangan tersebut karena perilakunya yang menyinggung, mengancam, bahkan berniat mencelakai putri jendral besar Holing.

Mereka yang berpendidikan jelas tak ingin mengambil perkara dengan putri jendral besar Holing yang disegani. Namun para nona muda dari berbagai keluarga pejabat dengan berani menentang nona muda Feng yang sama sekali tak mengusik ataupun mengganggu mereka. Orang - orang berpendidikan jelas mencibir kecerobohan dan tindakan mereka yang tanpa pikir panjang menjerat mereka pada masalah besar. Mereka jelas - jelas menggali lubang kuburan mereka sendiri jika mencari perkara dan masalah pada keluarga Feng. Terlebih lagi, rumor yang pernah beredar bahwa jendral besar Holing yang terhormat dan disegani, juga nyonya Fan Hua sangat menyayangi putrinya. Lantas bagaimana nasib para nona muda dan keluarganya yang posisi dan jabatannya tak sebanding dengan posisi dan jabatan keluarga Feng? Tak perlu berpikir lama untuk mencari jawabannya, tentu saja mereka tidak akan lepas dari cengkraman jendral Holing ketika salah satu jendral besar kerajaan Holing itu tahu, putrinya tengah di ganggu atau di usik oleh seseorang.

Terlepas dari pikiran banyak penduduk yang menyaksikan kegaduhan dan keributan yang di ciptakan Ai dan juga para nona muda dari keluarga Li, dan para putri keluarga pejabat lainnya. Guang dan Di Yu masih berada di tempat mereka. Mereka masih tertengun dan mencerna apa yang baru saja terjadi di ambang pintu masuk dan keluar kedai mei yang terkenal di ibukota MingQi. Jika saja mereka tak di tegur oleh sang kasir yang merupakan menejer sekaligus pemilik kedai memang berada di dekat pintu, keduanya mungkin tak akan sadar jika nona muda mereka telah pergi dan meninggalkan mereka.

"Dimana nona muda Ai?" Tanya Guang yang lebih dulu tersadar

Guang menoleh kanan kiri mencari keberadaan nonanya setelah ia berada di luar kedai bersama Di Yu yang sempat ia seret paksa keluar dari ambang pintu kedai karena mengalangi jalan para pembeli dan pelanggan yang ingin masuk ataupun keluar.

"Apakah kalian mencari nona muda yang baru saja membanting putri pejabat Li?" Tanya salah satu pria paruh baya yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Guang mengangguk "apakah anda melihatnya?"

"Nona muda itu baru saja pergi kearah sana" jawab pria paruh baya itu menunjuk jalan yang baru saja dilewati Ai

Baik Guang maupun Di Yu segera bergegas pergi setelah mengucap terima kasih pada pria paruh baya itu, mereka melangkah dengan cepat bahkan langkah mereka kini berubah menjadi lari saat menyadari mereka tertinggal sangat jauh di belakang.

"Bagaimana bisa kita tertengun selama itu?" Tanya Guang di sela - sela larinya

"Mana aku tahu. Aku juga tertengun sama sepertimu saat itu, lantas bagaimana aku bisa tahu berapa lama kita tertengun!" Balas Di Yu yang entah mengapa membuat Guang kesal.

Guang merutuki dirinya yang melontarkan pertanyaan bodoh pada Di Yu disaat mereka berdua saat itu sama - sama tertengun. Namun tetap saja walaupun Guang merutuki kebodohannya, Guang jelas tidak suka jawaban Di Yu yang seakan memancing amarah dan kekesalannya. Entah bagaimana mereka kedepannya nanti, mampukah mereka bekerja sama menjaga nona muda mereka dengan baik disaat mereka berdua jelas tidak sependapat dan tidak sejalan? Guang ragu mereka mampu melakukan hal itu.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 5th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang